Senin, 25 Maret 2019

Safinatunnaja2

Niat Shalat

(فصل) النيه ثلاث درجات : إن كانت الصلاة فرضا وجب قصد الفعل والتعيين والفرضية

Anniyyatu Tsalaatsu Darojaatin , In Kaanatishsolaatu Fardhon Wajaba Qoshdul Fi’li Watta’yiinu Wal Fardhiyyatu , Niat itu 3 derajat , jika adalah sholat itu fardhu maka wajib Qoshdu Fi’il dan Ta’yin dan Fardhiyyah ,
  وإن كانت نافلة مؤقتة كراتبة او ذات سبب وجب قصد الفعل والتعيين ، وان كانت نافلة مطلقة وجب قصد الفعل فقط .

Wain Kaanat Naafilatan Muaqqotatan Aw Dzata Sababin Wajaba Qoshdul Fi’li Watta’yiinu , Wain Kaanat Naafilatan Muthlaqon Wajaba Qoshdul Fi’li Faqoth .

dan jika adalah sholat itu sunah yang ditentukan waktunya atau memiliki sebab maka wajib Qoshdu Fi’il dan Ta’yin , dan jika adalah sholat itu sunah mutlak maka wajib Qoshdu Fi’il saja .
الفعل :أصلي والتعيين: ظهرا أو عصرا و الفرضية : فرضا .

Al-Fi’lu Usholli , Watta’yiinu Zhuhron Aw ‘Ashron , Wal Fardhiyyatu Fardhon . Al-’Fi’lu yaitu kalimat Usholli , dan Ta’yin yaitu kalimat  Zhuhur atau ‘Ashar , dan Fardhiyyah yaitu kalimat Fardhon . Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah an-Najah Tiga derajat Niat : Ada 3 derajat niat. Pertama, menyengaja mengerjakan seperti mengerjakan shalat dihadirkan di dalam hati untuk membedakan dengan pekerjaan-pekerjaan yang lain. Kedua, menentukan (ta’yin) seperti shalat harus ditentukan shalat dzuhur, asar, dll., agar dibedakan dengan shalat-shalat lainnya. Ketiga, menyebutkan ke-fardhluan-nya (fardliyyah), agar membedakannya dengan pekerjaan atau shalat sunnah. Ketiganya diwajibkan ada pada saat niat mengerjakan shalat wajib atau fardhu. Syarat Takbiratul Ihrom
(فصل) شروط تكبيرة الإحرام : ستة عشرة أن تقع حالة القيام في الفرض وأن تكون بالعربيه وأن تكون بلفظ الجلالة وبلفظ أكبر والترتيب بين اللفظتين وأن لايمد همزة الجلالة وعدم مد باء أكبر وأن لا يشدد الباء وأن لايزيد واواً ساكنة أو متحركة بين الكلمتين ، وأن لايزيد واوا قبل الجلالة وأن لايقف بين كلمتي التكبير وقفة طويلة ولا قصيرة ، وأن يسمع نفسة جميع حروفها ودخول الوقت في المؤقت وإيقاعها حال الإستقبال وأن لا يخل بحرف من حروفها وتأخير تكبيرة المأموم عن تكبيرة الإمام.

Syuruuthu Takbiirotil Ihroomi Sittata ‘Asyaro : An Taqo’a Haalatal Qiyaami Fil Fardhi , Wa An Takuuna Bil ‘Arobiyyati , Wa An Takuuna Bilafzhil Jalaalati Wabilafzhi Akbaru , Wattartiibu Bainallafzhoini , Wa An Laa Yamudda Hamzatal Jalaalati ,Wa ‘Adamu Maddi Baa-i Akbaru , Wa An Laa Yusyaddidal Baa-a , Wa An Laa Yaziida Waawan Saakinatan Aw Mutaharrikatan Bainal Kalimataini , Wa An Laa Yaziida Waawan Qoblal Jalaalati , Wa An Laa Yaqifa Baina Kalimataittakbiiri Waqfatan Thowiilatan Walaa Qoshiirotan , Wa An Yusmi’a Nafsahu Jamii’a Huruufiha Wadukhuulul Waqti Fil Muwaqqoti Wa Iiqoo’uhaa Haalal Istiqbaali , Wa An Laa Yukhilla Biharfin Min Huruufihaa , Wata’khiiru Takbiirotil Ma’muumi ‘An Takbiirotil Imaami .

Syarat-syarat takbirotul ihrom yaitu 16 : bahwa jatuhnya takbirotul ihrom pada ketika berdiri pada fardhu , dan bahwa takbirotul ihrom itu dengan bahasa Arab , dan bahwa takbirotul ihrom itu dengan lafaz Allah dan lafaz Akbar , dan tertib antara 2 lafaz , dan bahwa tidak memanjangkan huruf hamzah lafaz Allah , dan tidak memanjangkan huruf ba pada lafaz Akbar , dan bahwa tidak mentasydidkan huruf ba , dan bahwa tidak menambah huruf wawu yg mati atau yg berharokat antara2 kalimat , dan bahwa tidak menambah huruf wawu sebelum lafaz Allah , dan bahwa tidak berhenti antara 2 kalimat takbir dengan berhenti yg panjang , dan tidak pula yg pendek , dan bahwa ia memperdengarkan dirinya akan seluruh huruf-huruf Allahu Akbar , dan masuk waktu pada sholat yg ditentukan waktunya , dan menjatuhkan takbirotul ihrom ketika menghadap kiblat, dan bahwa mencampur dengan satu huruf daripada huruf-huruf takbir, mengakhirkan takbir ma’mum daripada takbir imam . Tasydid Pada al-Fatihah

(فصل) تشديدات الفاتحة أربع عشرة : بسم الله فوق اللام ، الرَّحمن فوق الراء ، الرَّحيم فوق الراء ، الحمد لله فوق لام الجلالة ، ربُّ العالمين فوق الباء ، الرَّحمن فوق الراء ،مالك يوم الدِّين فوق الدال ، إيَّاك نعبد فوق الياء ، إيَّاك نستعين فوق الياء ، اهدنا الصِّراط المستقيم فوق الصاد ، صراط الَّذين فوق اللام ، أنعمت عليهم غير المغضوب عليهم ولا الضَّالِّين فوق الضاد واللام .

Tasydiidaatul Faatihati Arba’a ‘Asyarota : Bismillaahi Fauqollaami , Robbal ‘Aalamiina Fauqol Baa-i , Arrohmaani Fauqorroo-i , Arrohiimi Fauqorroo-i , Maaliki Yaumiddiini Fauqoddaali , Iyyaaka Na’budu Fauqol Yaa-i , Waiyyaaka Nasta’iinu Fauqol Yaa-i , Ihdinashshiroothol Mustaqiima Fauqoshsoodi , Shirootolladziina Fauqollaami , An’amta ‘Alaihim Ghoyril Maghdhuubi ‘Alaihim Waladhdhoolliina Fauqodhdhoodi Wallaami .

Segala tasydid Fatihah yaitu 14 : Lafazh Bismillah diatas huruf Lam , Lafazh Robbal ‘Aalamiina diatas huruf Ba , Lafazh Arrohmaani diatas huruf Ro , Lafazh Arrohiimi diatas huruf Ro , Lafazh Maaliki Yaumiddini diatas huruf Dal , Lafazh Iyyaaka Na’budu diatas huruf Ya , Lafazh Waiyyaaka Nasta’iinu diatas huruf Ya , Lafazh Ihdinashshiroothol Mustaqiima diatas huruf Shod , Lafazh Shirootholladziina diatas huruf Lam Lafazh An’amta ‘Alaihim Ghoyril Maghdhuubi ‘Alaihim Waladhdhoolliina diatas huruf Dhod dan huruf Lam . Syarat al-Fatihah

(فصل ) شروط الفاتحة عشرة : الترتيب والموالاة ومراعاة تشديداتها وأن لا يسكت سكتة طويلة ولا قصيرة يقصد قطع القراءة وقراءة كل آياتها ومنها البسملة وعدم اللحن المخل بالمعنى وأن تكون حالة القيام في الفرض ، وأن يسمع نفسة القراءة وأن لا يتخللها ذكر أجنبي .

Syuruuthul Faatihati ‘Asyarotun : Attartiibu , Wal-Muwaalatu , Wamuroo’atu Huruufihaa ,Wamuroo’atu Tasydiidaatihaa , Wa An Laa Yaskuta Saktatan Thowiilatan Walaa Qoshiirotan Yaqshidu Bihaa Qoth’al Qirooati , Wa’adamullahnil Mukhilla Bilma’naa , Wa An Takuuna Haalatal Qiyaami Fil Fardhi , Wa An Yusmi’a Nafsahul Qirooata , Wa An Laa Yatakhollalahaa Dzikrun Ajnabiyyun .

Syarat-syarat Fatihah yaitu 10 : Tertib , dan berturut-turut , dan memelihara segala hurufnya , dan memelihara segala tasydidnya , dan bahwa jangan ia (orang yg sholat) diam dengan diam yg panjang dan tidak pula yg pendek yg ia bermaksud dengannya memutuskan bacaan , dan tiada salah bacaan yg dengan merusakkan makna , dan bahwa dibaca Fatihah itu ketika berdiri , pada sholat Fardhu,  dan bahwa ia memperdengarkan dirinya akan bacaan , dan bahwa tidak menyelangi akan Fatihah oleh dzikir yg lain. Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah an-Najah Syarat al-fatihah Syarat al-fatihah ada sepuluh (11). Pertama, harus tartib. Artinya dibaca secara runut sesuai dengan runutan ayat-ayat yang ada dalam surah al-fatihah. Kedua, mulat (berurutan). Artinya satu ayat dengan ayat yang lain tidak ada yang menyela-nyelai, seperti membaca dzikir lain yang tidak ada sangkut-pautnya dengan shalat di antara bacaan ayat-ayat surah al-fatihah. Ketiga, menjaga secara keseluruhan huruf-huruf yang terdapat dalam surah al-fatihah. Diketahui bahwa huruf yang ada dalam surah al-fatihah berjumlah 138 huruf, dan semuanya harus dijaga dengan cara membacanya yang benar dan sesuai dengan tempat dan letaknya huruf-huruf itu keluar dari mulut dan tenggorokan seseorang (makharij al-huruf). Keempat, menjaga bacaan tasydid yang ada di segenap huruf-huruf surah al-fatihah. Kelima, tidak boleh berdiam diri cukup lama. Tapi jika ada udzur, seperti lupa atau tidak tahu, maka tidak merusak kesahan shalat. Keenam, tidak boleh diam sebentar yang bertujuan memutus bacaan. Ketujuh, membaca seluruh ayat-ayat yang ada di dalam surah al-fatihah, dan di antara yang termasuk dalam surah al-fatihah adalah ayat Basmalah. Sebab Nabi sendiri menganggap Basmalah sebagai bagian dari ayat dari surah al-fatihah, diriwayatkan Ibnu Khuzaimah dan al-Hakim dan keduanya meniali bahwa hadits tersebut adalah sahih. Kedelapan, tidak boleh membaca ayat-ayat secara pelo yang dapat merusak makna yang terkandung di dalam kalimat-kalimat yang ada dalam ayat. Sebab berubahnya cara baca akan merubah kanduangan maknanya. Kesembilan, membaca dengan cara berdiri pada saat melaksanakan shalat fardhu. Sudah barang tentu persyaratan ini bagi orang-orang yang mampu melaksanannya. Kesepuluh, seseorang dapat mendengarkan seluruh bacaannya secara komprehensif dari awal sampai akhir. Kesebelas, tidak boleh menyisipkan atau menyela-nyelai bacaan dzikir lain di tengah-tengah bacaan ayat-ayat al-fatihah. Kecuali dzikir yang ada kaitannya dengan kemaslahatan shalat, seperti bacaan amin bagi makmum yang sedang berjamaah. Beranda Sunnah Takbir

(فصل) يسن رفع اليدين في أربعة مواضع: عند تكبيرة الإحرام وعند الركوع وعند الإعتدال وعند القيام من التشهد الأول .

Yusannu Rof’ul Yadaini Fii Arba’ati Mawaadhi’a : ‘Inda Takbiirotil Ihroomi , Wa’indarrukuu’i ,Wa’indal I’tidaali , Wa’indal Qiyaami Minattasyahhudil Awwali Ketika shalat disunahkan mengangkat tangan sebanyak empat kali, yaitu ketika takbiratul ihram, ketika akan rukuk, ketika akan I’tidal, dan ketika berdiri dari tasyahud awal. Beranda Syarat Sujud

(فصل) شروط السجود سبعة : أن يسجد على سبعة أعضاء وأن تكون جبهته مكشوفة والتحامل برأسة وعدم الهوى لغيره وأن لايسجد على شيء يتحرك بحركته وارتفاع أسافلة على أعالية والطمأنينة فية.

Syuruuthussujuudi Sab’atun : An Yasjuda ‘Alaa Sab’ati A’dhooin , Wa An Takuuna Jabhatuhu Maksyuufatan , Wattahaamulu Biro’sihi , Wa ‘Adamul Huwiyyi Lighoyrihi , Wa An Laa Yasjuda ‘Alaa Syain Yataharroku Biharokatihi , Wartifaa’u Asaafilihi ‘Alaa A’aaliihi , Waththuma’niinatu Fiihi ,  Wa An Yaquula Fii Sujuudihi "Subhaana Robbiyal A’laa Wabihamdihi " (Tsalaatsa Marrootin) . Syarat-syarat sujud ada tujuh 1.Harus dengan tujuh anggota badan 2.Dahi harus terbuka 3.Kepala harus ditekan (ketika meletakkan di tempat sujud) 4.Tidak boleh ada tujuan lain ketika membungkuk kecuali untuk sujud 5.Tidak boleh sujud di atas sesuatu yang bergerak bila bergerak untuk sujud 6.Kepala harus lebih rendah daripada pantatnya 7.Harus tuma’ninah Beranda Anggota Sujud

(خاتمة) أعضاء السجود سبعة : الجبهة وبطون الكفين والركبتان وبطون الأصابع والرجلين.

( Khootimatun ) A’Dhooussujuudi Sab’atun : Al-Jabhatu , Wabuthuunul Kaffaini , Warrukbataini ,Wabuthuunul Ashoobi’irrijlaini . Anggota-anggota sujud antara lain: dahi, telapak tangan, kedua lutut dan jari-jari kedua yang dalam. Beranda Tasydid Tasyahud

(فصل) تشديدات التشهد إحدى وعشرون : خمس في أكمله وستة عشر في أقلة : التحيات على التاء والياء المباركات الصلوات على الصاد ، الطيبات على الطاء والياء ، لله على لام الجلالة ، السلام على السين ، عليك أيها النبي على الياء والنون والياء ، ورحمه الله على لام الجلاله ، وبركاته السلام على السين ، علينا وعلى عباد الله على لام الجلاله ، الصالحين على الصاد، أشهد أن لاإله على لام ألف ،إلا الله على لام ألف ولام الجلاله، وأشهدأن على النون ، محمدا رسول الله على ميم محمدا وعلى الراء وعلى لام الجلاله.

Tasydiid aatuttasyahhudi Ihdaa Wa’isyruuna Khomsun Fii Akmalihi Wasittata ‘Asyaro Fii Aqollihi . Attahiyyaatu ‘Alattaa-i Walyaa-i ,  almubaarokatushsholawaatu ‘Alashshoodi , Ath-Thoyyibaatu ‘Alaththoo-i walyaa-i ,  Lillaahi ‘Alaa Laamil Jalaalati , Assalaamu ‘Alassiini ,  ‘Alaika Ayyuhannabiyyu ‘Alalyaa-i Wannuuni Walyaa-i , Warohmatullaahi ‘Alaa Laamil Jalaalati ,  Wabarokaatuhu Assalaamu ‘Alassiini , ‘Alainaa Wa’alaa ‘Ibaadillaahi ‘Alaa Laamil Jalaalati ,  Ash-Shoolihiina ‘Alashshoodi , Asyhadu An Laa Ilaaha Illallaahu ‘Alaa Lam Alif Walaamil Jalaalati ,  Wa Asyhadu Anna ‘Alannuuni ,  Muhammadarrosuulullaahi ‘Alaa Mimi Muhammadin Wa ‘Alarroo-i Wa ‘Alaa Laamil Jalaalati . Tasydid-tasydit tasyahud ada dua puluh satu, yang lima ada pada bacaan sempurna dan yang enam belas ada pada bacaan paling singkat. Maksudnya, bila dibaca dengan sempurna maka tasydidnya ada dua puluh satu, bila di singkat ada enam belas tasydid. 1.“Attahiiyatu” tasydid ada pada “tak dan yak” 2.“almubaarakatus sokawatu” tasydid ada pada “Sad” 3.“athoiyibaatu” tasydid ada pada “Thok dan yak” 4.“Lillaahi” tasydid ada pada “lam jalalah” 5.“asalaamu ‘alaika” tasydid ada pada “Sin” 6.“wa rahmatullaahi” tasydid ada pada “Lam jalalah” 7.“wa barakaatuhu asalaamu” tasydid ada pada “Sin” 8.“ ’ibadillaahi ” tasydid ada pada “Lam jalalah” 9.“ashalihiin” tasydid ada pada “Sad” 10.“asyhadu allaa ilaaha” tasydid ada pada “Lam Alif” 11.“illallaahu” tasydid ada pada “Lam jalalah dan lam jalalah” 12.“ wa asyhaduanna” tasydid ada pada “Nun” 13.“muhammadar rasuulullaah” tasydid ada pada “mim, rok, dan lam jalalah” Beranda Tasydid Shalawat & Salam

(فصل ) تشديدات أقل الصلاة على النبي أربع : اللهم على اللام والميم ، صل على اللام ، على محمد على الميم .

Tasydiidaatu Aqollishsolaati ‘Alannabiyyi Shollallaahu ‘Alaihi wasallama Tsalaatsun :Allaahumma ‘Alallaami Wal Miimi , Sholli ‘Alallaami , ‘Alaa Muhammadin ‘Alal Miimi Tasydid-tasydid salawat yang pendek ada empat yaitu 1.“Allaahumma” tasydidnya di atas “lam jalalah dan mim” 2.“sholli” tasydidnya di atas “Lam” 3.“ ’alaa muhammadin” tasydidnya di atas “mim”

(فصل) أقل السلام : السلام عليكم تشديد السلام على السين .

Aqollussalaami Assalaamu’alaikum . Tasydiidussalaami ‘Alassiini Membaca Salam yang pendek adalah "Assalamu'alaikum", Tasydid ada di  ’Assalamu"  di atas “siin” Beranda Waktu Shalat

(فصل) أوقات الصلاة خمس: أول وقت الظهر زوال الشمس ، وآخره مصير ظل الشيء مثله غير ظل الإستواء ، وأول وقت العصر إذا صار ظل كل شيء مثلة وزاد قليلا ، وآخره غروب الشمس . وأول وقت المغرب غروب الشمس وآخره غروب الشفق الأحمر ، وآخره طلوع الفجر الصادق وآخره طلوع الشمس .

Awqootushsholaati Khomsun : Awwalu Waqtizhzhuhri Zawaalusysyamsi Wa Aakhiruhu Mashiiru Zhilli Kulli Syaiin Mitslahu Ghoyro Zhillil Istiwaa-i , Wa Awwalu Waqtil ‘Ashri Idzaa Shooro Zhillu Kulli Syaiin Mitslahu Wazaada Qoliilan Wa Aakhiruhu Ghuruubusysyamsi ,Wa Awwalu Waqtil Maghribi Ghuruubusysyamsi Wa Aakhiruhu Ghuruubusysyafaqil Ahmari , Wa Awwalu Waqtil ‘Isyaa-i Ghuruubusysyafaqil Ahmari Wa Aakhiruhu Thuluu’ul Fajrishsoodiqi , Wa Awwalu Waqtishshubhi Thuluu’ul Fajrishshoodiqi Wa Aakhiruhu Thuluu’usysyamsi. Waktu-waktu salat ada lima: 1. Salat dhuhur, waktunya mulai tergelincir matahari sampai terjadinya banyangan suatu benda sama persis dengan ukuran benda itu (benda satu meter, banyangan ukurannya juga satu meter dalam posisi tegak) hingga banyangan lebih tinggi dari tinggi benda. 2.Shalat ashar, waktunya bila ukuran antar benda dan bayangan legih panjang bayangannya, itulah mulai waktu ashar dan berakhir ketika matahari terbenam. 3.Salat magrib mulai matahari terbenam sampai terbenamnya mega merah. 4.Salat isya’ waktunya mulai dari mega merah terbenam hingga terbutnya fajar sadiq. 5.Salat subuh waktunya mulai terbit ajar sadiq sampai terbit matahari Mega itu ada tiga macam mega kuning, merah, dan putih. Sedangkan mega merah untuk tanda waktu magrib, kuning dan putih untuk waktu isya’. Salat isya’ disunahkan untuk diakhirkan hingga mega kuning dan putih telah hilang. Beranda Diharamkan Shalat

(فصل ) تحرم الصلاة التي ليس لها سبب متقدم ولا مقارن في خمسة أوقات : عند طلوع الشمس حتى ترتفع قدر رمح وعند الإستواء في غير يوم الجمعة حتى تزول ، وعند الإصفرار حتى تطلع الشمس وبعد صلاة العصر حتى تغرب .

Tahrumushsolaatu Allatii Laisa Lahaa Sababun Mutaqoddimun Walaa Muqoorinun Fii Khomsati Awqootin : ‘Inda Thuluu’isysyamsi Hattaa Tartafi’a Qodro Rumhin , Wa’indal Istiwaa’i Fii Ghoyri Yaumil Jumu’ati Hattaa Tazuula , Wa’indal Ishfiroori Hattaa Taghruba , Waba’da Sholaatishshubhi Hattaa Tathlu’asysyamsu , Waba’da Sholaatil ‘Ashri Hattaa Taghruba . Shalat itu haram manakala tidak ada mempunyai sebab terdahulu atau sebab yang bersamaan (maksudnya tanpa ada sebab sama sekaliseperti sunat mutlaq) dalam beberapa waktu, yaitu: 1. Ketika terbit matahari sampai naik sekira-kira sama dengan ukuran tongkat atau tombak. 2. Ketika matahari berada tepat ditengah tengah langit sampai bergeser kecuali hari Jum’at. 3. Ketika matahari kemerah-merahan sampai tenggelam. 4. Sesudah shalat Shubuh sampai terbit matahari. 5. Sesudah shalat Asar sampai matahari terbenam. Beranda Diamnya Shalat

(فصل) سكتات الصلاة ستة : بين تكبيرة الإحرام ودعاء الإفتتاح والتعوذ، وبين الفاتحة والتعوذ، وبين آخر الفاتحة وآمين ، وبين آمين والسوره ، وبين السورة والركوع .

Saktaatushsolaati Sittun : Baina Takbiirotil Ihroomi Wadu’aa-il Iftitaahi, Wabaina Du’aa-il Iftitaahi Watta’awwudzi ,Wabainatta’awwudzi Wal Faatihati , Wabaina Aakhiril Faatihati Wa Aamiina ,Wabaina Aamiina Wassuuroti , Wabainassuuroti Warrukuu’i .  Tempat saktah (berhenti dari membaca) pada waktu shalat ada enam tempat, yaitu 1. Antara takbiratul ihram dan do’a iftitah (doa pembuka sesudah takbiratul ihram). 2. Antara doa iftitah dan ta’awudz (mengucapkan perlindungan dengan Allah SWT dari setan yang terkutuk). 3. Antara ta’awudz dan membaca fatihah. 4. Antara akhir fatihah dan ta’min (mengucapkan amin). 5. Antara ta’min dan membaca surat (qur’an). 6. Antara membaca surat dan ruku’. Semua tersebut dengan kadar tasbih (bacaan subhanallah), kecuali antara ta’min dan membaca surat, disunahkan bagi imam memanjangkan saktah dengan kadar membaca fatihah. Beranda Wajib Tuma'ninah

(فصل) الأركان التي تلزمه فيها الطمأنينة أربعة : الركوع والإعتدال والسجود والجلوس بين السجدتين .

Al-Arkaanu Allatii Tulzamu Fiihaththuma’niinatu Arba’atun : Arrukuu’u , Wali’tidaalu , Wassujuudu , Waljuluusu Bainassajdataini . Rukun-rukun yang diwajibkan didalamnya tuma’ninah ada empat, yaitu: 1. Ketika ruku’. 2. Ketika i’tidal. 3. Ketika sujud. 4. Ketika duduk antara dua sujud.

الطمأنينة هي : سكون بعد حركة بحيث يستقر كل عضو محله بقدر سبحان الله .

Ath-Thuma’niinatu Hiya Sukuunun Ba’da Harkatin BihaitsuYastaqirru Kullu ‘Udhwin Mahallahu Biqodri Subhaanalloohi . Tuma’ninah adalah diam sesudah gerakan sebelumnya, sekira-kira semua anggota badan tetap (tidak bergerak) dengan kadar tasbih (membaca subhanallah). Beranda Sujud Sahwi

(فصل) أسباب سجود السهو أربعة :الأول ترك بعض من أبعاض الصلاة أو بعض البعض ، الثاني فعل مايبطل عمده ولايبطل سهوه إذا فعله ناسيا ، الثالث نقل ركن قولي إلى غير محله ، الرابع إيقاع ركن فعلي مع احتمال الزيادة .

Sebab sujud sahwi ada empat, yaitu: 1. Meninggalkan sebagian dari ab’adhus shalat (pekerjaan sunnah dalam shalat yang buruk jika seseorang meniggalkannya). 2. Mengerjakan sesuatu yang membatalkan (padahal ia lupa), jika dikerjakan dengan sengaja dan tidak membatalkan jika ia lupa. 3. Memindahkan rukun qauli (yang diucapkan) kebukan tempatnya. 4. Mengerjakan rukun Fi’li (yang diperbuat) dengan kemungkinan kelebihan.
Ab'adus shalat (فصل) أبعاض الصلاة سبعة : التشهد الأول وقعوده والصلاه على النبي صلى الله عليه وسلم فيه ، والصلاه على الآل التشهد الأخير، والقنوت ،والصلاة على النبي صلى الله علية وسلم وآله فيه. Ab’adus shalah (Sunnah Ab'ad) ada enam, yaitu: 1. Tasyahud awal 2. Duduk tasyahud awal. 3. Shalawat untuk nabi Muhammad SAW ketika tasyahud awal. 4. Shalawat untuk keluarga nabi ketika tasyahud akhir. 5. Berdiri untuk do’a qunut. 6. Shalawat dan Salam untuk nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabat ketika do’a qunut. Pembatal Shalat (فصل) تبطل الصلاة بأربع عشرة خصلة : بالحدث وبوقوع النجاسة إن لم تلق حالا من غير حمل ، وانكشاف العورة إن لم تستر حالا، والنطق بحرفين أو حرف مفهم عمدا ، وبالمفطر عمدا ، والأكل الكثير ناسيا ،أوثلاث حركات متواليات ولو سهوا والوثبة الفاحشة والضربة المفرطة ، وزيادة ركن فعلي عمدا ، والتقدم على إمامه بركنين فعليين ، والتخلف بهما بغير عذر ، ونية قطع الصلاة ، وتعليق قطعها بشيء والتردد في قطعها . Perkara yang membatalkan shalat ada empat belas, yaitu: 1. Berhadats (seperti kencing dan buang air besar). 2. Terkena najis, jika tidak dihilangkan seketika, tanpa dipegang atau diangkat (dengan tangan atau selainnya). 3. Terbuka aurat, jika tidak dihilangkan seketikas. 4. Mengucapkan dua huruf atau satu huruf yang dapat difaham. 5. Mengerjakan sesuatu yang membatalkan puasa dengn sengaja. 6. Makan yang banyak sekalipun lupa. 7. Bergerak dengan tiga gerakan berturut-turut sekalipun lupa. 8. Melompat yang luas. 9. Memukul yang keras. 10. Menambah rukun fi’li dengan sengaja. 11. Mendahului imam dengan dua rukun fi’li dengan sengaja. 12. Terlambat denga dua rukun fi’li tanpa udzur. 13. Niat yang membatalkan shalat. 14. Mensyaratkan berhenti shalat dengan sesuatu dan ragu dalam memberhentikannya. Niat Imam (فصل) الذي يلزم فية نية الإمامة أربع : الجمعة والمعاداة والمنذورة جماعة والمتقدمة في المطر . Diwajibkan bagi seorang imam berniat menjadi imam terdapat dalam empat shalat, yaitu: 1- Menjadi Imam juma`t 2- Menjadi imam dalam shalat i`aadah (mengulangi shalat). 3- Menjadi imam shalat nazar berjama`ah 4- Menjadi imam shalat jamak taqdim sebab hujan (فصل) شروط القدوة أحد عشر : أن لايعلم بطلان صلاة إمامة بحدث أو غيرة , وأن لايعتقد وجوب قضائها عليه وأن لا يكون مأموما ولا أميا وأن لايتقدم علية في الموقف وأن يعلم انتقالات إمامة وأن يجتمعا في مسجد أو في ثلثمائة ذراع تقريبا وأن ينوي القدوة أو الجماعة وأن يتوافق نظم صلاتيهما وأن لا يخالفه في سنة فاحشة المخالفة وأن يتابعة . Syarat – Syarat ma`mum mengikut imam ada sebelas perkara, yaitu: 1- Tidak mengetahui batal nya shalat imam dengan sebab hadats atau yang lain nya. 2- Tidak meyakinkan bahwa imam wajib mengqadha` shalat tersebut. 3- Seorang imam tidak menjadi ma`mum . 4- Seorang imam tidak ummi (harus baik bacaanya). 5- Ma`mum tidak melebihi tempat berdiri imam. 6- Harus mengetahui gerak gerik perpindahan perbuatan shalat imam. 7- Berada dalam satu masjid (tempat) atau berada dalam jarak kurang lebih tiga ratus hasta. 8- Ma`mum berniat mengikut imam atau niat jama`ah. 9- Shalat imam dan ma`mum harus sama cara dan kaifiyatnya 10- Ma`mum tidak menyelahi imam dalam perbuata sunnah yang sangat berlainan atau berbeda sekali. 11- Ma`mum harus mengikuti perbuatan imam Yang Sah berjamaah (فصل) صور القدوة تسع تصح في خمس : قدوة رجل برجل وقدوة امرأه برجل وقدوة خنثى برجل وقدوة امرأة بخنثى وقدوة امرأة بامرأة ، وتبطل في أربع : قدوة رجل بامرأة وقدوة رجل بخنثى Ada lima golongan orang–orang yang sah dalam berjamaah, yaitu: 1- Laki –laki mengikut laki – laki. 2- Perempuan mengikut laki – laki. 3- Banci mengikut laki – laki. 4- Perempuan mengikut banci. 5- Perempuan mengikut perempuan. Ada empat golongan orang – orang yang tidak sah dalam berjamaah, yaitu: 1-Laki – laki mengikut perempuan. 2- Laki – laki mengikut banci. 3- Banci mengikut perempuan. 4.-Banci mengikut banci. Syarat Jamak Takdim (فصل) شروط جمع التقديم أربعة : البداءة بالأولى ونية الجمع والموالاة بينهما ودوام العذر . Ada empat, syarat sah jamak taqdim (mengabung dua shalat diwaktu yang pertama), yaitu: 1- Di mulai dari shalat yang pertama. 2- Niat jamak (mengumpulkan dua shalat sekali gus). 3- Berturut – turut. 4.-Udzurnya terus menerus. Syarat Qashar (فصل) شروط القصر سبعة : أن يكون سفره مرحلتين وأن يكون مباحا والعلم بجواز القصر ونيه القصر عند الإحرام وأن لايقتدي بمتم في جزء من صلاتة . Ada tujuh syarat qasar, yaitu: 1- Jauh perjalanan dengan dua marhalah atau lebih (80,640 km atau perjalanan sehari semalam). 2- Perjalanan yang di lakukan adalah safar mubah (bukan perlayaran yang didasari niat mengerja maksiat ). 3- Mengetahui hukum kebolehan qasar. 4- Niat qasar ketika takbiratul `ihram. 5- Shalat yang di qasar adalah shalat ruba`iyah (tidak kurang dari empat rak`aat). 6- Perjalanan terus menerus sampai selesai shalat tersebut. 7- Tidak mengikuti dengan orang yang itmam (shalat yang tidak di qasar) dalam sebagian shalat nya. Beranda Syarat Shalat Jumat (فصل) شروط الجمعة ستة : أن تكون كلها في وقت الظهر وأن تقام في خطة البلد وأن تصلي جماعة وأن يكونوا أربعين أحرارا ذكورا بالغين مستوطنين وأن لا تسبقها ولا تقارنها جمعة في تلك البلد وأن يتقدمها خطبتان . Syarat sah shalat Jum’at ada enam, yaitu: 1. Khutbah dan shalat Jum’at dilaksanakan pada waktu Dzuhur. 2. Kegiatan Jum’at tersebut dilakukan dalam batas desa. 3. Dilaksanakan secara berjamaah. 4. Jamaah Jum’at minimal berjumlah empat puluh (40) laki-laki merdeka, balig dan penduduk asli daerah tersebut. 5. Dilaksanakan secara tertib, yaitu dengan khutbah terlebih dahulu, disusul dengan shalat Jum’at. Beranda Rukun Khutbah Jum'at (فصل)أركان الخطبتين خمسة: حمد الله فيهما والصلاة على النبي صلى الله علية وسلم فيهما والوصية بالتقوى فيهما وقراءة آية من القرآن في أحداهما والدعاء للمؤمنين والمؤمنات في الأخيرة . Rukun khutbah Jum’at ada lima, yaitu: 1. Mengucapkan “الحمد لله” dalam dua khutbah tersebut. 2. Bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW dalam dua khutbah tersebut. 3. Berwasiat ketaqwaan kepada jamaah Jum’at dalam dua khutbah Jum’at tersebut. 4. Membaca ayat al-qur’an dalam salah satu khutbah. 5. Mendo’akan seluruh umat muslim pada akhir khutbah. Beranda Syarat Sah Khutbah Jum'at (فصل) شروط الخطبتين عشرة : الطهارة عن الحدثين الأصغر والأكبر والطهارة عن النجاسة في الثوب والبدن والمكان وستر العورة والقيام على القادر والجلوس بينهما فوق طمأنينة الصلاة والموالاة بينهما وبين الصلاة وأن تكون بالعربية وأن يسمعها أربعون وأن تكون كلها في وقت الظهر Syarat sah khutbah jum’at ada sepuluh, yaitu: 1. Bersih dari hadats kecil (seperti kencing) dan besar seperti junub. 2. Pakaian, badan dan tempat bersih dari segala najis. 3. Menutup aurat. 4. Khutbah disampaikan dengan berdiri bagi yang mampu. 5. Kedua khutbah dipisahkan dengan duduk ringan seperti tuma’ninah dalam shalat ditambah beberapa detik. 6. Kedua khutbah dilaksanakan dengan berurutan (tidak diselangi dengan kegiatan yang lain, kecuali duduk). 7. Khutbah dan sholat Jum’at dilaksanakan secara berurutan. 8. Kedua khutbah disampaikan dengan bahasa Arab. 9. Khutbah Jum’at didengarkan oleh 40 laki-laki merdeka, balig serta penduduk asli daerah tersebut. 10. Khutbah Jum’at dilaksanakan dalam waktu Dzuhur Beranda Kewajiban Pada Jenazah KEWAJIBAN PADA JENAZAH FASLUN. AL-LADZI YALZAMU LIL-MAYYITI ARBA’U KHISHALIN. GHOSLUHU, WA TAKFINUHU, WA AS-SHOLATU ‘ALAIHI WA DAFNIHI. Kewajiban pada jenazah. Pertama: Kewajiban muslim terhadap saudaranya yang meninggal dunia ada empat perkara, yaitu: 1. Memandikan. 2. Mengkafani. 3. Menshalatkan (sholat jenazah). 4. Memakamkan . Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah an-Najah Kewajiban bagi orang yang hidup atas mayat ada empat. Pertama, memandikannya. Atau gantinya mandi, seperti tayammum jika mayat tidak dapat dimandukan dengan air, semisal mayat yang gosong terbakar api dengan sekiranya jika dimandikan maka akan rapuh dan hancur. Kecuali orang yang telah mati syahid. Sebab orang yang mati syahid haram dimandikan dan wajib dishalati. Kedua, mengkafaninya setelah selesai memandikannya atau setelah men-tayamumi-nya. Ketiga, menshalati setelah dimandikan dan dikafani secara sempurna. Keempat, menguburkannya. Bagi mayat yang mati syahid disunnahkan dikuburkan berikut pakean-pakeannya yang menempel di badan. Sedangkan mayat orang kafir—baik dzimmi (kafir yang berdamai dengan umat Islam) atau harby (kafir yang memerangi umat Islam)—tidak wajib dimandikan, tapi boleh dimadikan secara mutlak. Diharamkan untuk dishalati. Beranda Memandikan Jenazah MEMANDIKAN JENASAH FASLUN. AQALLUL-GHUSLI TA’MIMU BADANIHI BIL-MA’I, WA AKMALUHU AN YAGHSILA SAU’ATAYHI, WA AN YAGHSILA AL-QADZRA MIN ANFIHI, WA ANYUDHIUHU, WA AN YUDLIKA BADANAHU BIL-SADRI, WA AN YUSHIBA AL-MA’A ‘ALAIHI TSALATSAN. Cara memandikan seorang muslim yang meninggal dunia: Minimal (paling sedikit): membasahi seluruh badannya dengan air dan bisa disempurnakan dengan membasuh qubul dan duburnya, membersihkan hidungnya dari kotoran, mewudhukannya, memandikannya sambil diurut/digosok dengan air daun sidr dan menyiramnya tiga (3) kali. Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah an-Najah Menjelaskan cara memandikan mayat. Paling minimal memandikan mayat adalah dengan mengguyurkan air dengan secara merata pada sekujur tubuh mayit. Akan tetapi jika targetnya adalah memandikan mayat yang baik adalah dengan sekiranya dapat membersihkannya. Jika satu kali basuhan atau siraman belum juga dapat membersihkannya, maka harus disusul dengan siraman kedua, dan siraman berikutnya dan seterusnya. Memandikan mayat yang paling sempurna adalah dengan cara membasuh kedua alat kelamin mayit, menghilangkan kotoran yang ada di dalam hidung mayat, mewudhulinya, menggosok sekujur tubuhnya dengan daun widara atau dengan sabun, membasuh dengan air tiga kali basuhan. Beranda Mengkafani Jenazah MENGKAFANI JENAZAH FASLUN. AQOLLUL-KAFANI TSAUBUN YU’UMMUHU, WA AKMALUHU LIR-ROJULI TSALATSU LAFAIFA, WA LIL-MAR’ATI QOMISHUN WA KHIMARUN WA IZARUN WA LAFAFATANI. Cara mengkafani: Minimal: dengan sehelai kain yang menutupi seluruh badan. Adapun cara yang sempurna bagi laki-laki: menutup seluruh badannya dengan tiga helai kain, sedangkan untuk wanita yaitu dengan baju, khimar (penutup kepala), sarung dan 2 helai kain. Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah an-Najah Batasan mengkafani mayit. Batas minimal mengkafani mayit adalah baju atau pakean yang dapat menutupi sekujur tubuh mayit. Artinya baju yang dapat menutupi sekujur tubuh kecuali kepalanya mayit. Batas maksimal dan yang paling sempurna kafan bagi mayat laki-laki adalah tiga lapis kain yang dapat menutup sekujur tubuhnya. Sementara kafan yang paling sempurna bagi mayat perempuan adalah baju gamis, baju kurung, kain jarik (nyamping atau izar) dan dua lapis kain. Beranda Rukun Shalat Jenazah RUKUN SHALAT JENAZAH FASLUN. ARKANU SHALATIL-JANAZATI SAB’ATHUN. AL-AWWALU AN-NIYATU. ATSANI ARBA’U TAKBIRATIN. AT-TSALITSU AL-QIYAMU ‘ALAL-QODHIR. AR-ROBI’U QIRO’ATUL-FATIHAH. AL-KHOMISU AS-SHOLATU ‘ALAN-NABIYYI BA’DA AT-TSANIYYAH. AS-SADISU AD-DU’AU LIL-MAYYITI BA’DA AT-TSALITSAH. AS-SABI’U AS-SALAMU. Rukun shalat jenazah ada tujuh (7), yaitu: 1. Niat. 2. Empat kali takbir. 3. Berdiri bagi orang yang mampu. 4. Membaca Surat Al-Fatihah. 5. Membaca shalawat atas Nabi SAW sesudah takbir yang kedua. 6. Do’a untuk si mayat sesudah takbir yang ketiga. 7. Salam. Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah an-Najah Rukun shalat janazah. Ada tujuh (7) rukun shalat janazah. Pertama, niat shalat janazah. Kedua, empat kali takbir. Ketiga, berdiri bagi orang yang mampu. Jika tidak mampu berdiri, cukup dengan duduk. Keempat, membaca al-fatihah setelah takbir yang pertama. Kelima, membaca shalawat pada Nabi setelah tabir kedua. Keenam, do’a bagi mayit setelah takbir yang ketiga. Doa-doa yang berkaitan dengan ritual janazah sebagaimana disebutkan di bawah ini; DOA KETIKA MEMEJAMKAN MATA MAYAT اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِفُلاَنٍ وَارْفَعْ دَرَجَتَهُ فِي الْمَهْدِيِّيْنَ، وَاخْلُفْهُ فِيْ عَقِبِهِ فِي الْغَابِرِيْنَ، وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ، وَافْسَحْ لَهُ فِيْ قَبْرِهِ وَنَوِّرْ لَهُ فِيْهِ “Ya Allah! Ampunilah si Fulan angkatlah derajatnya bersama orang-orang yg mendapat petunjuk berilah penggantinya bagi orang-orang yg ditinggalkan sesudahnya. Dan ampunilah kami dan dia wahai Tuhan seru sekalian alam. Lebarkan kuburannya dan berilah penerangan di dalamnya.” DOA DALAM SHALAT JENAZAH اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ، وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ، وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ، وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ اْلأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ، وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ، وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ، وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ (وَعَذَابِ النَّارِ) “Ya Allah! Ampunilah dia berilah rahmat kepadanya selamatkanlah dia maafkanlah dia dan tempatkanlah di tempat yang mulia luaskan kuburannya mandikan dia dgn air salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan sebagaimana Engkau membersihkan baju yg putih dari kotoran berilahrumah yg lbh baik dari rumahnya berilah keluarga yg lbh baik daripada keluarganya istri yg lbh baik daripada istrinya dan masukkan dia ke Surga jagalah dia dari siksa kubur dan Neraka.” اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِحَيِّنَا وَمَيِّتِنَا وَشَاهِدِنَا وَغَائِبِنَا وَصَغِيْرِنَا وَكَبِيْرِنَا وَذَكَرِنَا وَأُنْثَانَا. اَللَّهُمَّ مَنْ أَحْيَيْتَهُ مِنَّا فَأَحْيِهِ عَلَى اْلإِسْلاَمِ، وَمَنْ تَوَفَّيْتَهُ مِنَّا فَتَوَفَّهُ عَلَى اْلإِيْمَانِ، اَللَّهُمَّ لاَ تَحْرِمْنَا أَجْرَهُ وَلاَ تُضِلَّنَا بَعْدَهُ “Ya Allah! Ampunilah kepada orang yg hidup di antara kami dan yg mati orang yg hadir di antara kami dan yg tidak hadir laki-laki maupun perempuan. Ya Allah! Orang yg Engkau hidupkan di antara kami hidupkan dgn memegang ajaran Islam dan orang yg Engkau matikan di antara kami maka matikan dgn memegang keimanan. Ya Allah! Jangan menghalangi kami utk tidak memperoleh pahalanya dan jangan sesatkan kami sepeninggalnya.” اَللَّهُمَّ إِنَّ فُلاَنَ بْنَ فُلاَنٍ فِيْ ذِمَّتِكَ، وَحَبْلِ جِوَارِكَ، فَقِهِ مِنْ فِتْنَةِ الْقَبْرِ وَعَذَابِ النَّارِ، وَأَنْتَ أَهْلُ الْوَفَاءِ وَالْحَقِّ. فَاغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ “Ya Allah! Sesungguhnya Fulan bin Fulan dalam tanggunganMu dan tali perlindunganMu. Peliharalah dia dari fitnah kubur dan siksa Neraka. Engkau adl Maha Setia dan Maha Benar. Ampunilah dan belas kasihanilah dia. Sesungguhnya Engkau Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Penyayang.” اَللَّهُمَّ عَبْدُكَ وَابْنُ أَمْتِكَ احْتَاجَ إِلَى رَحْمَتِكَ، وَأَنْتَ غَنِيٌّ عَنْ عَذَابِهِ، إِنْ كَانَ مُحْسِنًا فَزِدْ فِيْ حَسَنَاتِهِ، وَإِنْ كَانَ مُسِيْئًا فَتَجَاوَزْ عَنْهُ. Ya Allah ini hambaMu anak hambaMu perempuan membutuhkan rahmatMu sedang Engkau tidak membutuhkan utk menyiksanya jika ia berbuat baik tambahkanlah dalam amalan baiknya dan jika dia orang yg salah lewatkanlah dari kesalahan-nya. DOA UNTUK MAYAT ANAK KECIL اَللَّهُمَّ أَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ. Ya Allah lindungilah dia dari siksa kubur. Apabila membaca doa berikut maka itu lbh baik: اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُ فَرَطًا وَذُخْرًا لِوَالِدَيْهِ، وَشَفِيْعًا مُجَابًا. اَللَّهُمَّ ثَقِّلْ بِهِ مَوَازِيْنَهُمَا وَأَعْظِمْ بِهِ أُجُوْرَهُمَا، وَأَلْحِقْهُ بِصَالِحِ الْمُؤْمِنِيْنَ، وَاجْعَلْهُ فِيْ كَفَالَةِ إِبْرَاهِيْمَ، وَقِهِ بِرَحْمَتِكَ عَذَابَ الْجَحِيْمِ، وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ، وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لأَسْلاَفِنَا، وَأَفْرَاطِنَا وَمَنْ سَبَقَنَا بِاْلإِيْمَانِ .“Ya Allah! Jadikanlah kematian anak ini sebagai pahala pendahulu dan simpanan bagi kedua orang tuanya dan pemberi syafaat yg dikabulkan doanya. Ya Allah! Dengan musibah ini beratkanlah timbangan perbuatan mereka dan berilah pahala yg agung. Anak ini kumpulkan dgn orang-orang yg shalih dan jadikanlah dia dipelihara oleh Nabi Ibrahim. Peliharalah dia dgn rahmatMu dari siksaan Neraka Jahim. Berilah rumah yg lbh baik dari rumahnya berilah keluarga {di Surga} yg lbh baik daripada keluarganya . Ya Allah ampunilah pendahulu-pendahulu kami anak-anak kami dan orang-orang yg mendahului kami dalam keimanan” اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُ لَنَا فَرَطًا وَسَلَفًا وَأَجْرًا “Ya Allah! Jadikan kematian anak ini sebagai simpanan pahala dan amal baik serta pahala buat kami.” DOA UNTUK BELASUNGKAWA إِنَّ لِلَّهِ مَا أَخَذَ، وَلَهُ مَا أَعْطَى وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمًّى .. فَلْتَصْبِرْ وَلْتَحْتَسِبْ. Sesungguhnya hak Allah adl mengambil sesuatu dan memberikan sesuatu. Segala sesuatu yg di sisi-Nya dibatasi dgn ajal yg ditentukan. Oleh krn itu bersabarlah dan carilah ridha Allah.” وَإِنْ قَالَ: أَعْظَمَ اللهُ أَجْرَكَ، وَأَحْسَنَ عَزَاءَكَ وَغَفَرَ لِمَيِّتِكَ. فَحَسَنٌ. Apabila seseorang berkata: “Semoga Allah memperbesar pahalamu dan memperbagus dalam menghiburmu dan semoga diampuni mayatmu” adalah suatu perkataan yg baik. BACAAN KETIKA MEMASUKKAN MAYAT KE LIANG KUBUR بِسْمِ اللهِ وَعَلَى سُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ Bismillaahi wa ‘alaa sunnati Rasulillaah. artinya Dengan nama Allah dan di atas petunjuk Rasulullah. DOA SETELAH MAYAT DIMAKAMKAN اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ اَللَّهُمَّ ثَبِّتْهُ Ya Allah ampunilah dia ya Allah teguhkanlah dia. DOA ZIARAH KUBUR السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ لاَحِقُوْنَ (وَيَرْحَمُ اللهُ الْمُسْتَقْدِمِيْنَ مِنَّا وَالْمُسْتَأْخِرِيْنَ) أَسْأَلُ اللهَ لَنَا وَلَكُمُ الْعَافِيَةَ Semoga kesejahteraan untukmu wahai penduduk kampung dari orang-orang mukmin dan muslim. Sesungguhnya kami –insya Allah- akan menyusulkan kami mohon kepada Allah utk kami dan kamu agar diberi keselamatan. Ketujuh, membaca salam. Mengubur Jenazah MENGUBUR JENAZAH FASLUN. AQOLLU AD-DAFNI HAFROTUN TAKTUMU ROIHATUHU WA TAHRISUHU MIN AS-SIBA’I. WA AKMALUHU QOMATUN WA BASTHATUN, WA YUDHA’U KHODDAHU ‘ALA AT-TUROB, WA YAJIBU TAUJIHUHU ILA AL-QIBLAT. Sekurang-kurang menanam (mengubur) mayat adalah dalam lubang yang menutup bau mayat dan menjaganya dari binatang buas. Yang lebih sempurna adalah setinggi orang dan luasnya, serta diletakkan pipinya di atas tanah. Dan wajib menghadapkannya ke arah qiblat. Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah an-Najah Penguburan Janazah. Batas minimal liang lahat bagi kuburan janazah adalah lubang yang dapat menyimpan dan meredam bau busuk mayat dan menjaganya dari hewan atau binatang buas. Artinya liang lahat yang dapat menyimpan bau busuk mayat dengan sekiranya bau busuknya tidak sampai keluar dari lubang dan terbawa oleh angin menyebar ke seluruh sekitar lingkungannya yang dapat menyebabkan polusi udara. Dan lubang tersebut juga dapat menyimpannya sekiranya tidak dapat dibongkar dan dibuka oleh binatang buas yang akan memangsannya. Sedangkan batas maksimal liang lahat bagi jenazah adalah kedalamannya sedalam dan sepanjang orang yang sedang berdiri sambil mengangkatkan tangannya, pipi janazah sebelah kanan diletakkan di atas tanah, dan wajib menghadapkan janazah ke arah kiblat. Menggali Kuburan MENGGALI KUBURAN FASLUN. YUNBASYU AL-MAYYITU LI-ARBA’I KHISHOLIN. LIL-GHUSLI IDZA LAM YATAGHOYYAR. WA LI TAUJIHIHI ILA AL-QIBLATI. WA LI AL-MALI IDZA DUFINA MA’AHU. WA LI AL-MAR’ATI IDA DUFINA JANINUHA MA’AHA WA AMKANAT HAYATUHU. Mayat boleh digali kembali, karena ada salah satu dari empat perkara, yaitu: 1. Untuk dimandikan apabila belum berubah bentuk. 2. Untuk menghadapkannya ke arah qiblat. 3. Untuk mengambil harta yang tertanam bersama mayat. 4. Wanita yang janinnya tertanam bersamanya dan ada kemungkinan janin tersebut masih hidup. Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah an-Najah Kuburan mayit boleh dibuka atau dibongkar dengan adanya empat (4) sebab. Pertama, karena hendak memandikannya jika mayat belum berubah, atau belum hancur dan membusuk. Artinya ketika mayat—mungkin karena lupa—belum dimandikan kemudian dikuburkan dengan begitu saja, maka kuburannya boleh dibuka kembali bertujuan hendak memandikannya. Kedua, karena hendak menghadapkan mayat ke arah kiblat. Jika mayat dalam posisi berpaling dari arah kiblat atau telungkup, maka kuburannya boleh dibuka dan posisi mayat dibenahi agar menghadap kiblat. Ketiga, mengambil harta atau materi yang terkubur bersama mayat. Keempat, bagi mayat perempuan yang dikuburkan beserta janin yang dikandungnya di dalam perut dengan sekiranya dimungkinkan atau ada harapan janinnya bisa hidup. Artinya demi menyelamatkan janin yang ada di dalam perut mayit, yang masih ada harapan hidup, maka boleh dibongkar kembali kuburannya tersebut. Isti'ana ISTI'ANAH ASLUN. AL-ISTI’ANATU ARBA’U KHISHOLIN. MUBAHATUN, WA KHILAT AL-AULA, WA MAKRUHAH, WA WAJIBAH. FA AL-MUBAHATU HIYA TAQRIBU AL-MA’I. WA KHILAFU AL-AULAI HIYA SHOBBU AL-MA’I ‘ALA NAHWI AL-MUTAWADDHI’. WA AL-MAKRUHATU HIYA LI-MAN YAGHSILU A’DHA’AHU. WA AL-WAJIBATU HIYA LIL-MARIDLI ‘INDA AL-‘IJZI. Hukum isti’anah (minta bantuan orang lain dalam bersuci) ada empat (4) perkara, yaitu: 1. Boleh. 2. Khilaf Aula. 3. Makruh 4. Wajib. Boleh (mubah) meminta untuk mendekatkan air.v Khilaf aula meminta menuangkan air atas orang yang berwudlu.v Makruh meminta menuangkan air bagi orang yang membasuh anggota-anggota (wudhu) nya.v Wajib meminta menuangkan air bagi orang yang sakit ketika ia lemah (tidak mampu untuk melakukannya sendiri).v Syarh atau Penjelasan Kitab Safinah an-Najah Macam-macam pertolongan ada empat (4) hukumnya menurut syariat Islam, yaitu hukum mubah (diperbolehkan), khilaf al-aula (tidak yang lebih utama), makruh, dan makruh. Pertama, pertolongan yang diperbolehkan adalah mendatangkan atau memberikan air. Kedua, pertolongan yang dihukumi khilaf al-aula (tidak yang lebih utama) adalah mengalirkan atau mengucurkan air pada orang yang berwudhu. Ketiga, makruh memberikan pertolongan pada orang yang mampu membasuh anggota badanya sendiri. Keempat, wajib memperikan pertolongan bagi orang yang sedang sakit ketika ia tidak mampu membasuhnya sendiri.


Selanjutnya klik disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar