Minggu, 30 Juni 2019

Riyadul badiah


بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على سيدنا محمد سيد المرسلين وعلى آله وصحبه اجمعين والتابعين لهم باحسان الى يوم الدين.
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih maha penyayang, segala puji bagi Allah tuhan semesta alam, Rahmat dan salam (semoga tercurah) atas baginda kita nabi Muhammad ketua para rosul dan (semoga tercurah) atas keluarganya dan sahabatnya semua dan (semoga tercurah atas) para pengikut pada sahabat nabi dengan beriman hingga hari kiamat.

(Terjemah bahasa jawa klik disini atau disini)
اما بعد، فهذا مختصر فى اصول الدين وجملة من فروعه على مذهب الامام الشافعى رضى الله عنه ، سميته الرياض البديعة فى اصول الدين وبعض فروع الشريعة راجيا من الله ان ينفع به طلبة العلم لاسيما المبتدئين وان يوجه اليه رغبة الراغبين.
Adapun setelahnya (baca basmalah, hamdalah, Sholawat dan salam) ini (yang hadir dalam akal/hati) adalah mukhtasor /yang diringkas dalam usuluddin (pokok agama/ ilmu tauhid) dan sebagian masalah cabang agama  (ilmu fiqih) pada madzhab imam syafi'i radliAllahu 'anhu, yang saya berinama " RIYADUL BADI'AH FII USHULIDDIN WABA'DI FURU'IS SYARII'ATI" Dengan harapan semoga Allah memberi kemanfaatan dengan nya terhadap para penuntut ilmu apalagi para pemula, dan berharap semoga Allah menghadapkan ke mukhtasor ini rasa cintanya para pencinta ilmu agama.
اعلم انه يجب على كل شخص من المكلفين ولو كان رقيقا ان يعرف اركان الاسلام والايمان فاركان الاسلام خمسة ان تشهد ان لا اله الا الله وان محمدا رسول الله وتقيم الصلاة وتؤتى الزكاة وتصوم رمضان وتحج البيت إن استطعت اليه سبيلا
Ketahuilah sesungguhnya wajib terhadap tiap-tiap orang dari orang mukallaf (orang yang sudah balig dan berakal) walaupun dia seorang budak, untuk mengetahui rukun-rukun islam dan rukun-rukun iman. Rukun-rukun islam itu ada lima yaitu 1 kamu bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan bersaksi sesungguhnya nabi Muhammad SAW Adalah utusan Allah. 2. Kamu mendirikan solat. 3. Kamu memberikan zakat. 4. Kamu berpuasa bulan Romadon. 5. Kamu berhaji ke baitullah /ka'bah kalau kamu mampu menempuh perjalanannya kesana.
واركان الايمان ستة أن تؤمن بالله وملائكته وكتبه ورسوله واليوم الاخر وبالقدر خيره وشره، ويجب أيضا أن يعرف عقائد الايمان وهى الصفات الواجبة لله تعالى والمستحيلة عليه والجائزة فى حقه والصفات الواجبة للرسل عليهم الصلاة والسلام والمستحيلة عليهم والجائزة فى حقهم.
Rukun-rukun iman ada enam: 1. Kamu beriman kepada Allah, 2. Beriman kepada para malaikatnya, 3. Beriman kepada kitab-kitabnya, 4. Beriman kepada para rosulnya, 5. Beriman kepada hari akhir, 6. Beriman kepada takdir (ketetapan Allah), baik buruknya takdir.
Dan wajib pula terhadap tiap-tiap orang untuk mengetahui akidah-akidah iman, yaitu sifat-sifat yang wajib bagi Allah, yang mustahil padanya dan yang jaiz dalam haknya Allah, sifat-sifat yang wajib bagi para rosul bagi mereka rahmat dan salam, sifat-sifat yang mustahil para rosul dan sifat yang jaiz bagi mereka.
ﻓﻴﺠﺐ ﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺍﻟﻮﺟﻮﺩ ﻭﺍﻟﻘﺪﻡ ﻭﺍﻟﺒﻘﺎﺀ ﻭﻣﺨﺎﻟﻔﺘﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻟﺠﻤﻴﻊ ﺧﻠﻘﻪ ﻭﻗﻴﺎﻣﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺑﻨﻔﺴﻪ، ﻭﻣﻌﻨﺎﻩ ﺃﻧﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻻ ﻳﻔﺘﻘﺮ ﺇﻟﻰ ﺫﺍﺕ ﻳﻘﻮﻡ ﺑﻬﺎ ﻭﻻ ﺇﻟﻰ ﻣﻮﺟﺪ ﻳﻮﺟﺪﻩ، ﺑﻞ ﻫﻮ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺍﻟﻤﻮﺟﺪ ﻟﻸﺷﻴﺎﺀ ﻛﻠﻬﺎ، وﻳﺠﺐ ﻟﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺍﻟﻮﺣﺪﺍﻧﻴﺔ ﻭﻣﻌﻨﺎﻫﺎ ﺃﻧﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻻ ﺛﺎﻧﻲ ﻟﻪ ﻓﻲ ﺫﺍﺗﻪ ﻭﻻ ﻓﻲ ﺻﻔﺎﺗﻪ ﻭﻻ ﻓﻲ ﺃﻓﻌﺎﻟﻪ، ﻓﻬﺬﻩ ﺳﺖ ﺻﻔﺎﺕ، ﺍﻷﻭﻟﻰ ﻣﻨﻬﺎ ﺗﺴﻤﻰ ﺻﻔﺔ ﻧﻔﺴﻴﺔ ﻭﻫﻲ ﺍﻟﻮﺟﻮﺩ ﻭﺍﻟﺨﻤﺴﺔ ﺍﻟﺘﻲ ﺑﻌﺪﻫﺎ ﻳﻘﺎﻝ ﻟﻬﺎ ﺻﻔﺎﺕ ﺳﻠﺒﻴﺔ، ﻭﻳﺠﺐ ﻟﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺃﻳﻀﺎً ﺳﺒﻊ ﺻﻔﺎﺕ ﻳﻘﺎﻝ ﻟﻬﺎ ﺻﻔﺎﺕ ﺍﻟﻤﻌﺎﻧﻲ ﻭﻫﻲ : ﺍﻟﻘﺪﺭﺓ ﻭﺍﻹﺭﺍﺩﺓ ﻭﺍﻟﻌﻠﻢ ﺍﻟﻤﺤﻴﻂ ﺑﺠﻤﻴﻊ ﺍﻟﻤﻌﻠﻮﻣﺎﺕ ﻭﺍﻟﺤﻴﺎﺓ ﻭﺍﻟﺴﻤﻊ ﻭﺍﻟﺒﺼﺮ ﻭﺍﻟﻜﻼﻡ ﺍﻟﺨﺎﻟﻲ ﻋﻦ ﺍﻟﺤﺮﻭﻑ ﻭﺍﻷﺻﻮﺍﺕ ﻭﻏﻴﺮﻫﺎ ﻣﻤﺎ ﻳﻮﺟﺪ ﻓﻲ ﻛﻼﻡ ﺍﻟﺤﻮﺍﺩﺙ
Maka wajib bagi Allah sifat wujud
(ada) dan sifat qidam (Dahulu / Tidak berawal / tidak terlahir), dan sifat baqo (Kekal / abadi), dan sifat
Mukholifatuhu lijami’i khalqihi (Allah
berbeda / tidak sama dengan seluruh ciptaanya / mahluknya ) dan sifat Kiyamuhu binafsihi (Allah berdiri sendiri) Artinya : Allah tidak membutuhkan dzat / tempat untuk tinggal dan Allah tidak membutuhkan pencipta yang
menciptakanya, tetapi justru Allah yangmenciptakan seluruh yang ada.
Wajib bagi Allah, sifat Wahdaniyah
(esa) artinya : Allah tidak ganda /
tidak dua pada dzatnya, pada sifatnya, dan pada perbuatanya.
Maka sifat-sifat ini (dari yang disebutkan diatas), yang pertama
adalah (disebut) “ sifat Nafsiyah” yaitu sifat wujud . Dan lima sifat sesudahnya adalah (disebut) Sifat Salabiyah. Dan begitu juga (sifat) yang wajib bagi Allah, tujuh sifat yang disebut sifat-sifat Ma’ani yaitu sifat Qudrah ( Kuasa / berkuasa) dan sifat Iradah ( Berkehendak ) dan sifat Ilmu ( Mengetahui ) yang meliputi semua, dan sifat Hayat (Hidup) dan sifat Sama (Mendengar) dan sifat Bashor (Melihat) dan sifat Kalam (Berbicara) yang kosong dari hurup dan suara (tidak ada hurup dan suara) dan selain hurup dan suara, yaitu dari sesuatu yang ada di pembicaraan makhluk.
ويستخيل عليه تعالى العدم والحدوث والفناء ومماثلته تعالى لشيىء من خلقه وافتقاره الى ذات او موجد وان لايكون واحدا فى ذاته او صفاته او افعاله، ويستخيل عليه تعالى العجز ووجود شيء من العالم بغير ارادته تعالى والجهل بشيء من المعلومات والموت والصمم والعمى والبكم اووجود حرف او صوت فى كلامه القديم.
Mustahil bagi Allah sifat 'adam (ketidak adaan) , baru, fana (bisa binasa), menyamainya Allah terhadap sesuatu dari mahluknya, butuhnya  Allah terhadap dzat atau yang meng-adakan, tidak satu adanya pada dzatnya, sifatnya dan af'alnya (perbuatannya), dan mustahil bagi Allah lemah (tidak kuasa), dan adanya sesuatu dari alam dengan tanpa kehendaknya, bodoh dengan sesuatu diketahui , mati, tuli, buta, bisu, dan adanya huruf atau suara pada kalamnya Allah yang dahulu.
 ويجوز في حقه عز وجل فعل كل ممكن وتركه.
ويجب له تعالى إجمالاً كل كمال يليق بذاته العلية ويستحيل عليه جميع النقائص، والدليل على ذلك كله وجود هذا العالم على هذا الشكل البديع.
boleh (tidak wajib tidak mustahil,/jaiz) pada haq Allah azza wajalla mengerjakan segala yang mungkin dan meninggalkan yang mungkin. Wajib bagi Allah secara ijmal (keseluruhan) segala sifat kesempurnaan yang layak pada dzatnya yang luhur, dan mustahil atasnya segala kekurangan, dalil atas itu semua ialah adanya alam ini dengan bentuk yang bagus sekali.
ﻭﻳﺠﺐ ﻟﻠﺮﺳﻞ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭﺍﻟﺴﻼﻡ ﺍﻟﺼﺪﻕ ﻓﻲ ﺟﻤﻴﻊ ﻣﺎ ﺃﺧﺒﺮﻭﺍ ﺑﻪ ﻭﻟﻮ ﺑﺎﻟﻤﺰﺡ ﻭﺍﻷﻣﺎﻧﺔ ﻭﺍﻟﻔﻄﺎﻧﺔ ﻭﺗﺒﻠﻴﻎ ﻣﺎ ﺃﻣﺮﻭﺍ ﺑﺘﺒﻠﻴﻐﻪ ﻟﻠﺨﻠﻖ
ﻭﻳﺴﺘﺤﻴﻞ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺍﻟﻜﺬﺏ ﻭﺍﻟﺨﻴﺎﻧﺔ ﻭﺍﻟﺒﻼﺩﺓ ﻭﻛﺘﻤﺎﻥ ﺷﻲﺀ ﻣﻤﺎ ﺃﻣﺮﻭﺍ ﺑﺘﺒﻠﻴﻐﻪ
Dan Wajib bagi Rasul bagi mereka Shalawat dan Salam, bahwa mereka benar dalam segala apa yang diberitakan oleh para Rasul, walau hanya dengan dengan candanya (para Rasul), dan Wajib mengetahui dan mengimani, bahwa para Rasul itu (memiliki) Sifat Amanah (Terpercaya) dan memiliki Sifat Fathonah (Pintar) dan memiliki Sifat Tabligh, menyampaikan semua yang diperintahkan Allah kepada Para Rasul untuk menyampaikanya kepada Makhluq Allah.
Dan mustahil kepada Para Rasul, bahwa mereka memiliki Sifat Bohong, dan memiliki Sifat Khiyanat, dan memiliki sifat Bodoh, dan memiliki Sifat menyembunyikan sesuatu yang diperintahkan Allah kepada Para Rasul untuk menyampaikanya.
ﻭﻳﺠﻮﺯ ﻓﻲ ﺣﻘﻬﻢ ﺻﻔﺎﺕ ﺍﻟﺒﺸﺮ ﺍﻟﺘﻲ ﻻ ﺗﻨﻘﺺ ﺑﺴﺒﺒﻬﺎ ﻣﺮﺍﺗﺒﻬﻢ ﺍﻟﻌﻠﻴﺔ ﻛﺎﻷﻛﻞ ﻭﺍﻟﺸﺮﺏ ﻭﺍﻟﻤﺮﺽ ﻭﺍﻟﻮﻗﺎﻉ ﺍﻟﺤﻼﻝ ﻭﻳﺠﻤﻊ ﻣﻌﻨﻰ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﺼﻔﺎﺕ ﻛﻠﻬﺎ ﻗﻮﻝ ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﺍﻟﻠﻪ ﻣﺤﻤﺪ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ
“Dan Boleh (Tidak Wajib dan Tidak Mustahil) bagi Haq para Rasul, memiliki sifat-sifat kemanusiaan yang tidak akan mengurangi dengan sebab sifat manusia itu akan martabat ke Rasulan mereka yang luhur seperti Sifat Makan, Minum, Sakit, berhubungan yang halal”Dan terkumpul arti dari sifat-sifat ini (yang disebutkan dari pertama bab) semuanya dalam ucapan ( ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ ﺍﻟﻠﻪ ﻣﺤﻤﺪ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ) Laa Ilaaha Illallah Muhammadur Rasulullah (Tidak ada Tuhan yang Haq kecuali Allah, Muhammad adalah utusan Allah).
ويجب على المكلف أيضاً أن يعتقد أن الملائكة عليهم الصلاة والسلام من جملة عباد الله المكرمين وأنهم معصومون من جميع المعاصي منزهون عن صفات البشر، وأنه لا يعلم كثرتهم إلا الله تعالى ومنهم جبريل وميكائيل وإسرافيل وعزرائيل وهؤلاء الأربعة هم الرؤساء وهم أفضلهم، ومنهم حملة العرش وهم الآن أربعة ويزاد عليهم يوم القيامة أربعة ومنهم  منكر ونكير ورضوان خازن الجنة ومالك خازن النار، وأن يعتقد أن أفضل الخلق كلهم نبينا محمد صلى الله عليه وسلم ثم الرسل ثم الأنبياء ثم الملائكة صلوات الله وسلامه عليهم، ثم الصحابة رضي الله عنهم.
Dan wajib pula terhadap orang mukalaf ber-i'tikad bahwa sesungguhnya para malaikat itu alaihimus solatu was salam adalah sebagian dari jumlah hamba-hamba Allah yang dimulyakan, dan sesungguhnya mereka terhindar dari segala maksiat, yang disucikan dari sifat manusia, dan sesungguhnya tidak ada yang tahu banyaknya mereka kecuali Allah, sebagai dari mereka adalah malaikat jibril, mikail, isrofil, izroil, empat malaikat ini mereka adalah ketua para malaikat, dan paling utamanya malaikat.
Sebagian dari mereka adalah malaikat para penanggung Arasy merdeka sekarang ada empat dan nanti dihari kiamat akan ditambahkan empat lagi, sebagian dari mereka adalah malaikat munkar, nakir, malaikat Ridwan penjaga surga, dan malaikat Malik penjaga neraka. Dan (wajib) mengi’tiqadkan bahwa sebaik-baiknya makhluq seluruhnya adalah Nabi kita Muhammad Shollallahu Alaihi wa Sallam kemudian para Rasul kemudian para Nabi , kemudian para Malaikat (Sholawat dan Salam Allah atas mereka) kemudian para Sahabat Radhiyallahu Anhum.
ﻭﺃﻥ ﻳﻌﺘﻘﺪ ﺃﻥ ﺍﻟﺨﻠﻖ ﻛﻠﻬﻢ ﻳﻤﻮﺗﻮﻥ ﻋﻨﺪ ﺍﻧﻘﻀﺎﺀ ﺃﻋﻤﺎﺭﻫﻢ، ﻭﺃﻥ ﺍﻟﻘﺎﺑﺾ ﻷﺭﻭﺍﺣﻬﻢ ﻣﻠﻚ ﺍﻟﻤﻮﺕ ﻭﻫﻮ ﻋﺰﺭﺍﺋﻴﻞ، ﻭﺃﻧﻬﻢ ﻳﺴﺄﻟﻮﻥ ﺑﻌﺪ ﺩﻓﻨﻬﻢ ﻓﻲ ﻗﺒﻮﺭﻫﻢ ﺇﻻ ﺟﻤﺎﻋﺔ ﻣﺨﺼﻮﺻﻴﻦ، ﻭﺃﻧﻬﻢ ﻳﺒﻌﺜﻮﻥ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ ﻭﻳﺤﺎﺳﺒﻮﻥ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻮﻗﻒ ﻋﻠﻰ ﺃﻋﻤﺎﻟﻬﻢ ﺇﻻ ﻣﻦ ﻳﺪﺧﻞ ﺍﻟﺠﻨﺔ ﺑﻐﻴﺮ ﺣﺴﺎﺏ، ﻭﺃﻥ ﺃﻋﻤﺎﻟﻬﻢ ﻛﻠﻬﺎ ﺗﻮﺯﻥ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻴﺰﺍﻥ، ﻭﺃﻧﻬﻢ ﻳﻤﺮﻭﻥ ﺟﻤﻴﻌﺎً ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺼﺮﺍﻁ، ﻭﺃﻥ ﺍﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ ﻳﺸﺮﺑﻮﻥ ﻣﻦ ﺣﻮﺽ ﻧﺒﻴﻨﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﻳﻨﺎﻟﻮﻥ ﺷﻔﺎﻋﺘﻪ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ ﻭﺃﻛﺒﺮ ﺷﻔﺎﻋﺎﺗﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺍﻟﺸﻔﻌﺔ ﺍﻟﻌﻈﻤﻰ ﻓﻲ ﻓﺼﻞ ﺍﻟﻘﻀﺎﺀ.
Dan (wajib) meng’itiqadkan bahwa semua mahkluq akan meninggal (wafat) ketika telah tiba habis batas umur mereka, dan bahwa yang mengambil arwah-arwah mereka adalah Malak Maut yaitu Izraiil, dan bahwa mereka akan ditanya di alam kubur mereka setelah mereka dikubur, kecuali golongan yang dikhususkan. Dan bahwa mereka akan dibangkitkan dihari kiamat dan mereka akan dihisab ditempat pemberhentian hisab (mahsyar) atas amal-amal perbuatan (yang pernah mereka lakukan), kecuali orang-orang yang masuk surga tanpa hisab. Dan bahwasanya amal-amal perbuatan mereka semuanya akan ditimbang di Mizan (Timbangan amal). Dan bahwasanya mereka semua akan melewati Shirot (Jembatan). Dan bahwasanya mereka akan meminum (Air) dari telaga Nabi kita Muhammad Sollallahu Alaihi wa Sallam, dan mereka akan mendapatkan Syafa’at Nabi dihari kiamat, dan sebesar-besarnya syafa’at syafaatnya nabi Kita Muhammad Solllallahu alaihi wa Sallam ialah Syafa’atul udzmaa dalam penetapan keputusan hukum. 
ﻭﺃﻥ ﻳﻌﺘﻘﺪ ﺃﻥ ﻧﺒﻴﻨﺎ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻋﺮﺑﻲ ﻗﺮﺷﻲ ﻭﻫﻮ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﻋﺒﺪﺍﻟﻤﻄﻠﺐ ﺑﻦ ﻫﺎﺷﻢ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﻣﻨﺎﻑ ﺑﻦ ﻗﺼﻲ ﺑﻦ ﻛﻼﺏ ﺑﻦ ﻣﺮﺓ ﺑﻦ ﻛﻌﺐ ﺑﻦ ﻟﺆﻱ ﺑﻦ ﻏﺎﻟﺐ ﺑﻦ ﻓﻬﺮ ﺑﻦ ﻣﺎﻟﻚ ﺑﻦ ﺍﻟﻨﻀﺮ ﺑﻦ ﻛﻨﺎﻧﺔ ﺑﻦ ﺧﺰﻳﻤﺔ ﺑﻦ ﻣﺪﺭﻛﺔ ﺑﻦ ﺍﻟﻴﺎﺱ ﺑﻦ ﻣﻀﺮ ﺑﻦ ﻧﺰﺍﺭ ﺑﻦ ﻣﻌﺪ ﺑﻦ ﻋﺪﻧﺎﻥ .
Dan (wajib) meng’itiqadkan bahwa sesungguhnya nabi kita Shlollallahu Alaihi wa Sallam itu bangsa arab, bangsa kuraiys dan beliau (nabi kita) ialah Muhammad putra Abdullah putra Abdul Mutholib, putra Hasyim, putra Abdul Manaf, putra Qusai, putra Qilab, putra Murrah, Putra Ka’ab, Putra Lu’ay, putra Ghalib, putra Fihir, putra Malik, putra Nadhor, putra Kinanah, putra Khuzaimah, putra Mudrikah, putra Ilyas, putra Mudhor, putra Nizar, Putra Ma’ad, Putra Adnan.
ﻭﺃﻣﻪ - ﺁﻣﻨﺔ ﺑﻨﺖ ﻭﻫﺐ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﻣﻨﺎﻑ ﺑﻦ ﺯﻫﺮﺓ ﺑﻦ ﻛﻼﺏ، ﻭﺃﻧﻪ ﺃﺑﻴﺾ ﻣﺸﺮﺏ ﺑﺤﻤﺮﺓ، ﻭﺃﻧﻪ ﺧﺎﺗﻢ ﺍﻷﻧﺒﻴﺎﺀ ﻭﺍﻟﻤﺮﺳﻠﻴﻦ، ﻭﺃﻧﻪ ﻭﻟﺪ ﺑﻤﻜﺔ ﻭﺑﻌﺚ ﺑﻬﺎ ﻭﻫﺎﺟﺮ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻤﺪﻳﻨﺔ ﺍﻟﻤﻨﻮﺭﺓ ﺑﻌﺪ ﺍﻹﺳﺮﺍﺀ ﻭﻣﺎﺕ ﺑﻬﺎ، ﻭﺩﻓﻦ ﺑﻬﺎ ﻓﻲ ﺑﻴﺖ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﺎ، ﻭﺃﻥ ﺷﺮﻳﻌﺘﻪ ﻧﺴﺨﺖ ﺟﻤﻴﻊ ﺍﻟﺸﺮﺍﺋﻊ ﺍﻟﺴﺎﺑﻘﺔ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻭﺗﺒﻘﻰ ﻣﺴﺘﻤﺮﺓ ﺇﻟﻰ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ.

Dan ibu (Rasulullah Shollallahu Alaihi wa Sallam) ialah Aminah putri Wahab putra Abdul Manaf, Putra Zuhrah, putra Kilab, beliau (Rasulullah Saw) berkulit putih yang tercampur kemerah merahan, dan sesungguhnya beliau adalah penutup para Nabi dan Rasul, dan sesungguhnya beliau dilahirkan di makkah dan diutus di makkah, dan hijrah ke madinah al-munawwarah setelah peristiwa isra, dan beliau wafat di madinah, dan di makamkan di madinah di rumah Sayyidati Aisyah Radhiyallahu Anha, dan bahwasanya Syariah Rasulullah Saw, menghapus / mengganti seluruh syariat yang telah lalu, dan syariat Rasulullah terus berlanjut sampai hari kiamat.
     ويجب على المكلف أيضاً أن يعرف شرائع الدين وهي فروعه وأهمها: الطهارة والصلاة والزكاة والصوم والحج، ونطلب من الله تعالى الإعانة على ذكر الأهم منها والبركة فيه فنقول:
Dan wajib juga terhadap orang mukalaf mengetahui syariat-syriat agama yaitu cabangnya agama ( ilmu fiqih) dan yang terpentingnya ialah tentang bersuci (thaharah), solat, zakat, puasa, dan haji. Dan aku mencari pertolongan dari Allah atas menyebut/memparkan hal yang penting dari furu' agama, dan mencari berkah didalamnya, maka aku berkata:
كتاب الطهارة
لا يصح الوضوء والغسل وإزالة النجاسة إلا بالماء الطهور وهو الذي لم تقع فيه نجاسة ولا شيء طاهر يذوب ولم يكن قليلاً مستعملاً وينحصر في النازل من السماء والنابع من الأرض،  فإذا وقع فيه شيء من الطاهرات التي تذوب كالعسل أو ينفصل منها شيء كالزعفران وغيره تغيـيراً فاحشاً فهو طاهر في نفسه لكنه لا يرفع الحدث ولا يطهر النجس ولو كان ألف قربة، ومثله الماء المستعمل إن كان أقل من قلتين ولم يتغير بالنجاسة 
(KITAB THOHAROH (bersuci)
Tidak sah wudu, mandi dan menghilangkan najis kecuali dengan air yang mensucikan, yaitu (air) yang tidak dicemplungkan padanya najis atau sesuatu yang suci yang cair, dan airnya itu tidak sedikit, tidak musta'mal.air itu mencakup pada yang turun dari langit dan yang bersumber dari bumi, apabila dituangkan pada air itu sesuatu dari benda suci yang cair seperti madu atau benda yang tidak begitu cair (tidak menyatu dalam air ) seperti minyak za'faran dan benda tersebut merubah air dengan perubahan yang mencolok maka air itu hukumnya suci pada zatnya tetapi air itu tidak dapat menghilangkan hadats dan tidak dapat mensucikan najis walau air itu sebanyak seribu qirbah /botol, begitu pula air musta'mal bila air itu lebih sedikit dari dua qullah dan tidak berubah karena najis.
 والمستعمل هو الذي رفع به الحدث أو أزيلت به نجاسة، وإذا وقع فيه نجاسة وتغير بها طعمه أو لونه أو رائحته ولو تغيراً يسيراً تنجس ولو كان قدر البحر، فإن لم يتغير بها منه شيء لم يتنجس إلا إذا كان أقل من قلتين، وإذا زال تغيره بنفسه أو بماء وضع عليه عاد طهوراً، وكذا لو زال التغيـير بماء أخذ منه وكان الباقي قلتين. والقلتان خمسمائة رطل برطل بغداد وقدروها بخمس قرب من قرب الحجاز، ولو وقع في السمن مثلاً أو في الماء القليل نجاسة لا يراها البصر المعتدل أو ميتة ليس لها دم سائل كعقرب ووزغ ولم تغيره لم يتنجس. 

Air musta'mal ialah air yang telah digunakan untuk menghilangkan hadats atau membersihkan najis. Apabila dijatuhkan najis pada air itu, dan najis itu merubah air itu, rasa airnya warna dan baunya, walau dengan perubahan yang sedikit maka air itu jadi mutanajis (air yang kena najis) walaupun air nya seukuran laut, apabila air nya tidak berubah oleh najis itu sesuatu pun (dari rasa warna dan baunya ) maka air itu tidak mutannjis kecuali airnya lebih sedikit dari dua qullah, apabila perubahan air itu telah hilang dengan sedirinya atau dengan air lain yang ditambahkan padanya, maka air itu kembali suci, begitu pula dengan mengambil air darinya dan sisa air masih dua qullah, Air dua qullah itu sebanyak limaratus kati, dengan kati bagdad, para ulama memperkirakannya dengan lima qirab dari qirab negeri Hijjaz. Apabila dijatuhkan pada minyak samin misalnya atau pada air yang sedikit sebuah najis yang tidak terlihat mata orang biasa, atau yang dijatuhkan itu bangkai hewan yang darahnya tidak mengalir, seperti kalajengking dan cicak, dan keadan air pun tidak berubah, maka air itu tidak mutanjis.


Selanjutnya klik disini

Aplikasi Download 

Jurumiyah

JURUMIYAH (hasil copas)

بِسْمِ اَللَّهِ اَلرَّحْمَنِ اَلرَّحِيمِ 

Macam Macam Kalam

أَنْوَاعُ اَلْكَلَامِ

اَلْكَلَامُ : هو اَللَّفْظُ اَلْمُرَكَّبُ, اَلْمُفِيدُ بِالْوَضْعِ 
وَأَقْسَامُهُ ثَلَاثَةٌ اسم وَفِعْلٌ وَحَرْفٌ جَاءَ لِمَعْنًى
فَالِاسْمُ يُعْرَفُ بالخفض وَالتَّنْوِينِ, وَدُخُولِ اَلْأَلِفِ وَاللَّامِ, وَحُرُوفِ اَلْخَفْضِ, وَهِيَ مِنْ, وَإِلَى, وَعَنْ, وَعَلَى, وَفِي, وَرُبَّ, وَالْبَاءُ, وَالْكَافُ, وَاللَّامُ, وَحُرُوفُ اَلْقَسَمِ, وَهِيَ اَلْوَاوُ, وَالْبَاءُ, وَالتَّاءُ 
وَالْفِعْلُ يُعْرَفُ بِقَدْ, وَالسِّينِ وَسَوْفَ وَتَاءِ اَلتَّأْنِيثِ اَلسَّاكِنَةِ 
وَالْحَرْفُ مَا لَا يَصْلُحُ مَعَهُ دَلِيلُ اَلِاسْمِ وَلَا دَلِيلُ اَلْفِعْلِ. 

Macam-macam Kalam

Al kalam adalah Lafadz yang tersusun yang berfaedah dengan bahasa arab. Kalam itu ada tiga bagian : Isim, fi’il, dan huruf yang memiliki arti . 
Isim itu dikenal dengan khafadh, tanwin, dan kemasukan alif dan lam. Dan huruf khafadh itu adalah : 
مِنْ, وَإِلَى, وَعَنْ, وَعَلَى, وَفِي, وَرُبَّ, وَالْبَاءُ, وَالْكَافُ, وَاللَّام
dan huruf qasam (sumpah) yaitu waw, ba dan ta . 
Fiil itu dikenal dengan huruf 
ِقَدْ, وَالسِّينِ وَسَوْفَ وَتَاءِ اَلتَّأْنِيثِ اَلسَّاكِنَة(ta ta’nits yang mati ) ِ
Huruf itu adalah sesuatu yang tidak sah bersamanya petunjuk isim dan petunjuk fi’il.

Al I'rab

بَابُ اَلْإِعْرَابِ

اَلْإِعْرَابُ هُوَ تغيير أَوَاخِرِ اَلْكَلِمِ لِاخْتِلَافِ اَلْعَوَامِلِ اَلدَّاخِلَةِ عَلَيْهَا لَفْظًا أَوْ تَقْدِيرًا.

وَأَقْسَامُهُ أَرْبَعَةٌ رَفْعٌ, وَنَصْبٌ, وَخَفْضٌ, وَجَزْمٌ, فَلِلْأَسْمَاءِ مِنْ ذَلِكَ اَلرَّفْعُ, وَالنَّصْبُ, وَالْخَفْضُ, وَلَا جَزْمَ فِيهَا, وَلِلْأَفْعَالِ مِنْ ذَلِكَ اَلرَّفْعُ, وَالنَّصْبُ, وَالْجَزْمُ, وَلَا خَفْضَ فيها. 

 

Bab Al I’rab

I’rab itu adalah berubahnya akhir-akhir kalimat karena perbedaan amil-amil yang masuk atasnya baik secara lafadz atau taqdir. Bagian i’rab itu ada empat, yaitu rafa’, nashab, khofadh atau jar, dan jazm.
Setiap isim itu bisa rafa’, nashab, khafad dan tidak bisa jazm
Setiap fi’il itu bisa rafa’, nashab, jazm, dan tidak bisa khofadh. 

     
    بَابُ مَعْرِفَةِ عَلَامَاتِ اَلْإِعْرَابِ 
    لِلرَّفْعِ أَرْبَعُ عَلَامَاتٍ : الضمة ، والواو وَالْأَلِفُ, وَالنُّونُ 
    فَأَمَّا اَلضَّمَّةُ فَتَكُونُ عَلَامَةً لِلرَّفْعِ فِي أَرْبَعَةِ مَوَاضِعَ فِي اَلِاسْمِ اَلْمُفْرَدِ, وَجَمْعِ اَلتَّكْسِيرِ, وَجَمْعِ اَلْمُؤَنَّثِ اَلسَّالِمِ, وَالْفِعْلِ اَلْمُضَارِعِ اَلَّذِي لَمْ يَتَّصِلْ بِآخِرِهِ شَيْءٌ 
    وَأَمَّا اَلْوَاوُ فَتَكُونُ عَلَامَةً لِلرَّفْعِ فِي مَوْضِعَيْنِ فِي جَمْعِ اَلْمُذَكَّرِ اَلسَّالِمِ, وَفِي اَلْأَسْمَاءِ اَلْخَمْسَةِ, وَهِيَ أَبُوكَ, وَأَخُوكَ, وَحَمُوكَ, وَفُوكَ, وَذُو مَالٍ 
    وَأَمَّا اَلْأَلِفُ فَتَكُونُ عَلَامَةً لِلرَّفْعِ فِي تَثْنِيَةِ اَلْأَسْمَاءِ خَاصَّةً 
    وَأَمَّا اَلنُّونُ فَتَكُونُ عَلَامَةً لِلرَّفْعِ فِي اَلْفِعْلِ اَلْمُضَارِعِ, إِذَا اِتَّصَلَ بِهِ ضَمِيرُ تَثْنِيَةٍ, أَوْ ضَمِيرُ جَمْعٍ, أَوْ ضَمِيرُ اَلْمُؤَنَّثَةِ اَلْمُخَاطَبَةِ.  
    وَلِلنَّصْبِ خَمْسُ عَلَامَاتٍ: الْفَتْحَةُ، وَالْأَلِفُ، وَالْكَسْرَةُ، وَاليَاءُ، وَحَذْفُ النُّونِ. 
    فَأَمَّا الْفَتْحَةُ فَتَكُونُ عَلَامةً لِلنَّصْبِ فِي ثَلَاثَةِ مَوَاضِعَ: فِي الْاِسْمِ الْمُفْرَدِ، وَجَمْعِ التَّكْسِيرِ، وَالْفِعْلِ الْمُضَارِعِ إِذَا دَخَلَ عَلَيْهِ نَاصِبٌ وَلَمْ يَتَّصِلْ بِآَخِرِهِ شَيْءٌ. 
    وَأَمَّا الْأَلِفُ: فَتَكُونُ عَلَامَةً لِلنَّصْبِ فِي الْأَسْمَاءِ الْخَمْسَةِ، نَحْوَ: "رَأَيْتُ أَبَاكَ وَأَخَاكَ" وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ. 
    وَأَمَّا الْكَسْرَةُ: فَتَكُونُ عَلَامَةً لِلنَّصْبِ فِي جَمْعِ الْمُؤَنَّثِ السَّالِمِ. 
    وَأَمَّا الْيَاءُ: فَتَكُونُ عَلَامَةً لِلنَّصبِ فِي التَّثْنِيَةِ وَالْجَمْعِ. 
    وَأَمَّا حَذْفُ النُّونِ فَيَكُونُ عَلَامَةً لِلنَّصْبِ فِي الْأَفْعَالِ الْخَمْسَةِ الْتِي رَفْعُهَا بِثَبَاتِ النُّونِ.  
    الْكَسْرَةُ، وَالْيَاءُ، وَالْفَتْحَةُ. 
    وَلِلْخَفْضِ ثَلَاثُ عَلَامَاتٍ: 
    فَأَمَّا الْكَسْرَةُ: فَتَكُونُ عَلَامَةً لِلْخَفْضِ فِي ثَلَاثَةِ مَوَاضِعَ: فِي الْاِسْمِ الْمُفْرَدِ الْمُنْصَرِفِ، وَجَمْعِ التَّكْسِيرِ الْمُنْصَرِفِ، وَفِي جَمْعِ الْمُؤَنَّثِ السَّالِمِ. 
    وَأَمَّا الْيَاءُ: فَتَكُونُ عَلَامَةً لِلْخَفْضِ فِي ثَلَاثَةِ مَوَاضِعَ: فِي الْأَسْمَاءِ الْخَمْسَةِ، وَفِي التَّثْنِيَةِ، وَالْجَمْعِ. 
    وَأَمَّا الْفَتْحَةُ: فَتَكُونُ عَلَامَةً لِلْخَفْضِ فِي الْاِسْمِ الَّذِي لَا يَنْصَرِفُ.  
    وَلِلْجَزْمِ عَلَامَتَانِ: السُّكُونُ، وَالْحَذْفُ. 
    فَأَمَّا السُّكُونُ فَيَكُونُ عَلَامَةً لِلْجَزْمِ فِي الْفِعْلِ الْمُضَارِعِ الصَّحِيحِ الْآَخِرِ. 
    وَأَمَّا الْحَذْفُ فَيَكُونُ عَلَامَةً لِلْجَزْمِ فِي الْفِعْلِ الْمُضَارِعِ الْمُعْتَلِّ الْآَخِرِ، وَفِي الْأَفْعَالِ الْخَمْسَةِ الْتِي رَفْعُهَا بِثَبَاتِ النُّونِ. 


    Mengenal tanda-tanda I’rab

     

    1. Bagi rafa’ itu ada empat tanda, yaitu dhammah, waw, alif dan Nun
    Adapun Dhammah, maka ia menjadi tanda bagi rafa’ pada empat tempat :
    1. Pada Isim Mufrad,
    2. Jama’ taktsir
    3. Jama’ muannas salim, dan
    4. fiil mudhari’ yang tidak bersambung di akhirnya dengan sesuatu

    Adapun waw, maka ia menjadi tanda bagi rafa’ pada dua tempat
    1. Pada jama’ mudzakkar salim, dan
    2. Isim-isim yang lima yaitu
    أَبُوكَ, وَأَخُوكَ, وَحَمُوكَ, وَفُوكَ, وَذُو مَالٍ 

    Adapun alif, maka ia menjadi tanda bagi rafa’ pada isim-isim tatsniyyah yang tertentu
    Adapun Nun maka ia menjadi tanda bagi rafa’ pada fi’il mudhari yang bersambung dengan dhamir tatsniyah, dhamir jama’, dan dhamir muannats mukhatabah.

    2. Bagi Nashab itu ada lima tanda, yaitu Fathah, alif, kasrah, ya, dan hadzfunnuun (membuang nun).

    Adapun fathah maka ia menjadi tanda bagi nashab pada tiga tempat
    1. Pada Isim Mufrad
    2. Jama’ taksir, dan 
    3. fi’il Mudhari apabila masuk atasnya amil yang menashobkan dan tidak bersambung di akhirnya dengan sesuatupun
    adapun alif, maka ia menjadi tanda bagi nashab pada isim-isim yang lima contohnya : 
    رَأَيْتُ أَبَاكَ وَأَخَاكَ (aku melihat bapakmu dan saudaramu)dan apa-apa yang menyerupai contoh ini.
    Adapun kasrah, maka ia menjadi tanda bagi nashab pada jama’ muannats salim
    Adapun ya, maka ia menjadi tanda bagi nashab pada tatsniyah dan jama’
    Adapun Hadzfunnuun, maka ia menjadi tanda bagi nashab pada fi’il-fi’il yang lima yang ketika rafa’nya dengan tetap nun.

    3. Bagi Khafadh atau jar itu ada 3 tanda, yaitu kasrah, ya, dan fathah. 

    Adapun kasrah, maka ia menjadi tanda bagi khafadh pada tiga tempat
    1. Isim Mufrad yang menerima tanwin
    2. jama’ taksir yang menerima tanwin, dan
    3. jama’ muannats salim

    adapun ya, maka ia menjadi tanda bagi khafadh pada tiga tempat
    1. Pada isim-isim yang lima
    2. Isim Tatsniyah, dan 
    3. jama’
    adapun fathah, maka ia menjadi tanda bagi khafadh pada isim-isim yang tidak menerima tanwin.

    4. Bagi jazm itu ada 2 tanda, yaitu sukun dan al hadzfu (membuang). 
    Adapun sukun, maka ia menjadi tanda bagi jazm pada fi’il yang shahih akhirnya
    Adapun al hadzfu, maka ia menjadi tanda bagi jazm pada fi’il mudhari yang mu’tal akhirnya dan pada fi’il-fi’il yang ketika rafa’nya dengan tetap nun. 

    Pasal

    فَصْلٌ اَلْمُعْرَبَاتُ


    اَلْمُعْرَبَاتُ قِسْمَانِ قِسْمٌ يُعْرَبُ بِالْحَرَكَاتِ, وَقِسْمٌ يُعْرَبُ بِالْحُرُوفِ 
    فَاَلَّذِي يُعْرَبُ بِالْحَرَكَاتِ أَرْبَعَةُ أَنْوَاعٍ  اَلِاسْمُ اَلْمُفْرَدُ, وَجَمْعُ اَلتَّكْسِيرِ, وَجَمْعُ اَلْمُؤَنَّثِ اَلسَّالِمِ, وَالْفِعْلُ اَلْمُضَارِعُ اَلَّذِي لَمْ يَتَّصِلْ بِآخِرِهِ شَيْءٌ 
    وكلها ترفع بالضمة وتنصب بالفتحة وتخفض بالكسرة وتجزم بالسكون .
    وخرج عن ذلك ثلاثة أشياء : جمع المؤنث السالم ينصب بالكسرة والاسم الذى لاينصرف يخفض بالفتحة والفعل المضارع المعتل الاخر يجزم بحزف اخره.
    والذى يعرب بالحروف الاربعة :التثنية وجمع المذكر السالم والاسماء الخمسة والافعال الخمسة وهى: يفعلان وتفعلان ويفعلون وتفعلون وتفعلين .
    فأما التثنية : فترفع بالالف وتنصب وتخفض بالياء 
    وأما جمع المذكر السالم : فيرفع بالواو وينصب ويخفض بالياء
    وأما الاسماء الخمسة : فترفع بالواو وتنصب الالف وتخفض بالياء
    واما الافعال الخمسة : فترفع بالنون وتنصب وتجزم بحزفها

    Fashl (pasal)


    Yang di i'rab itu ada dua bagian : ada yang di i’rab dengan harkat (baris) dan ada yang di i’rab dengan huruf.
    Maka yang di i’rab dengan baris itu ada empat macam : 
    1. Isim Mufrad
    2. Jama’ taktsir
    3. Jama’ muannats salim, dan
    4. Fi’il Mudhari’ yang tidak bersambung dengan akhirnya sesuatupun

    Dan semuanya itu (yang di i’rab dengan baris) di rafa’kan dengan dhammah, dinashabkan dengan fathah, dan dijazmkan dengan sukun. Dan keluar dari itu tiga hal; jama’ muannats salim dinashabkan dengan kasrah, isim yang tidak menerima tanwin dijarkan (dikhafadhkan) dengan fathah dan fi’il mudhari’ yang mu’tal akhirnya dijazmkan dengan membuang akhirnya

    Yang dii’rab dengan huruf itu ada empat macam :
    1. Isim Tatsniyah
    2. Jama’ mudzakkar salim
    3. isim-isim yang lima, dan
    4. fi’il-fiil yang lima, yaitu يفعلان وتفعلان ويفعلون وتفعلون وتفعلين
    adapun isim tatsniyah, maka ia dirafa’kan dengan alif, dinashabkan dengan ya dan dijarkan dengan ya.
    Adapun jama’ mudzakkar salim, maka ia dirafa’kan dengan waw, dinashabkan dengan ya dan dijarkan dengan ya.
    Adapun Isim-isim yang lima, maka di rafa’kan dengan waw, dinashabkan dengan alif, dan dijarkan dengan ya.
    Adapun fi’il-fi’il yang lima, maka dirafa’kan dengan huruf nun, dan dinashabkan dan dijazamkan dengan membuang huruf nun.



    Tentang Fi'il

    بَابُ اَلْأَفْعَالِ


    اَلْأَفْعَالُ ثَلَاثَةٌ : ماض وَمُضَارِعٌ, وَأَمْرٌ, نَحْوَ ضَرَبَ, وَيَضْرِبُ, وَاضْرِبْ. فَالْمَاضِي مَفْتُوحُ اَلْآخِرِ أَبَدًا. وَالْأَمْرُ : مجزوم أَبَدًا. 
    والمضارع مَا كَانَ فِي أَوَّلِهِ إِحْدَى اَلزَّوَائِدِ اَلْأَرْبَعِ اَلَّتِي يَجْمَعُهَا قَوْلُكَ "أَنَيْتُ" وَهُوَ مَرْفُوعٌ أَبَدًا, حَتَّى يَدْخُلَ عَلَيْهِ نَاصِبٌ أَوْ جَازِمٌ.  
    فالنواصب عَشَرَةٌ, وَهِيَ 
    أَنْ, وَلَنْ, وَإِذَنْ, وَكَيْ, وَلَامُ كَيْ, وَلَامُ اَلْجُحُودِ, وَحَتَّى, وَالْجَوَابُ بِالْفَاءِ, وَالْوَاوِ, وَأَوْ. 
    وَالْجَوَازِمُ ثَمَانِيَةَ عَشَرَ وَهِيَ 
    لَمْ, وَلَمَّا, وَأَلَمْ, وَأَلَمَّا, وَلَامُ اَلْأَمْرِ وَالدُّعَاءِ, وَ "لَا" فِي اَلنَّهْيِ وَالدُّعَاءِ, وَإِنْ وَمَا وَمَنْ وَمَهْمَا, وَإِذْمَا ، وأي وَمَتَى, وَأَيْنَ وَأَيَّانَ, وَأَنَّى, وَحَيْثُمَا, وَكَيْفَمَا, وَإِذًا فِي اَلشِّعْرِ خاصة. 


    Bab tentang Fi’il-fi’il


    Fi’il itu ada tiga
    1. Fiil Madhi
    2. Fiil Mudhari’
    3. Fiil Amr

    Contohnya ضَرَبَ(madhi), (mudhari’) , وَيَضْرِبُ (amr’), وَاضْرِبْ

    Maka Fiil Madhi itu difathahkan selamanya dan fiil amar dijazamkan selamanya dan fiil mudhari’ itu fiil yang di awalnya terdapat salah satu dari huruf tambahan yang empat yang terkumpul dalam perkataan anaytu (alif, nun, ya, dan ta). Fiil mudhari’ itu dirafa’kan selamanya kecuali adaa amil nashab atau jazm yang masuk padanya.

    Maka amil nashab (huruf yang menashabkan) itu ada sepuluh, yaitu:
    أَنْ, وَلَنْ, وَإِذَنْ, وَكَيْ, وَلَامُ كَيْ, وَلَامُ اَلْجُحُودِ, وَحَتَّى, وَالْجَوَابُ بِالْفَاءِ, وَالْوَاوِ, وَأَوْ.
    Dan amil jazm itu ada delapan belas, yaitu :
    لَمْ, وَلَمَّا, وَأَلَمْ, وَأَلَمَّا, وَلَامُ اَلْأَمْرِ وَالدُّعَاءِ, وَ "لَا" فِي اَلنَّهْيِ وَالدُّعَاءِ, وَإِنْ وَمَا وَمَنْ وَمَهْمَا, وَإِذْمَا ، وأي وَمَتَى, وَأَيْنَ وَأَيَّانَ, وَأَنَّى, وَحَيْثُمَا, وَكَيْفَمَا, وَإِذًا فِي اَلشِّعْرِ خاصة. (dan idzan pada syair tertentu)


    Tentang Isim-Isim Yang Dirafa’kan

    بَابُ مَرْفُوعَاتِ اَلْأَسْمَاءِ


    اَلْمَرْفُوعَاتُ سَبْعَةٌ وَهِيَ 
    اَلْفَاعِلُ, وَالْمَفْعُولُ اَلَّذِي لَمْ يُسَمَّ فَاعِلُهُ, وَالْمُبْتَدَأُ, وَخَبَرُهُ, وَاسْمُ "كَانَ" وَأَخَوَاتِهَا, وَخَبَرُ "إِنَّ" وَأَخَوَاتِهَا, وَالتَّابِعُ لِلْمَرْفُوعِ, وَهُوَ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ اَلنَّعْتُ, وَالْعَطْفُ, وَالتَّوْكِيدُ, وَالْبَدَلُ  .


    Tentang Isim-isim yang Dirafa’kan


    Isim-isim yang dirafa’kan itu ada tujuh
    1. Isim Faa’il
    2. Isim Maf’ul yang tidak disebut failnya (naaibul fa’il)
    3. Mubtada 
    4. khabar mubtada
    5. Isim Kaana dan saudara-saudaranya
    6. khabar inna dan saudara-saudaranya
    7. Dan yang mengikuti yang dirafa’kan, yaitu ada empat : Na’at, ‘athaf, taukid, dan badal



    Faa'il

      بَابُ اَلْفَاعِلِ

    اَلْفَاعِلُ هُوَ الاسم اَلْمَرْفُوعُ اَلْمَذْكُورُ قَبْلَهُ فِعْلُهُ. وَهُوَ عَلَى قِسْمَيْنِ ظَاهِرٍ, وَمُضْمَرٍ. 
    فَالظَّاهِرُ نَحْوَ قَوْلِكَ قَامَ زَيْدٌ, وَيَقُومُ زَيْدٌ, وَقَامَ الزَّيْدَانِ, وَيَقُومُ الزَّيْدَانِ, وَقَامَ الزَّيْدُونَ, وَيَقُومُ الزَّيْدُونَ, وَقَامَ اَلرِّجَالُ, وَيَقُومُ اَلرِّجَالُ, وَقَامَتْ هِنْدٌ, وَقَامَتْ اَلْهِنْدُ, وَقَامَتْ الْهِنْدَانِ, وَتَقُومُ الْهِنْدَانِ, وَقَامَتْ الْهِنْدَاتُ, وَتَقُومُ الْهِنْدَاتُ, وَقَامَتْ اَلْهُنُودُ, وَتَقُومُ اَلْهُنُودُ, وَقَامَ أَخُوكَ, وَيَقُومُ أَخُوكَ, وَقَامَ غُلَامِي, وَيَقُومُ غُلَامِي, وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ. 
    وَالْمُضْمَرُ اِثْنَا عَشَرَ, نَحْوَ قَوْلِكَ "ضَرَبْتُ, وَضَرَبْنَا, وَضَرَبْتَ, وَضَرَبْتِ, وَضَرَبْتُمَا, وَضَرَبْتُمْ, وَضَرَبْتُنَّ, وَضَرَبَ, وَضَرَبَتْ, وَضَرَبَا, وَضَرَبُوا, وضربن". 


    Bab Faa’il


    Faa’il adalah isim yang dirafa’kan yang disebut sebelum faa’il itu fi’ilnya. Dan faa’il itu ada dua bagian, yaitu faa’il isim dzhahir dan faa’il isim dhamir.
    Maka faa’il isim dzhahir itu seperti contoh 
    قَامَ زَيْدٌ, وَيَقُومُ زَيْدٌ, وَقَامَ الزَّيْدَانِ, وَيَقُومُ الزَّيْدَانِ, وَقَامَ الزَّيْدُونَ, وَيَقُومُ الزَّيْدُونَ, وَقَامَ اَلرِّجَالُ, وَيَقُومُ اَلرِّجَالُ, وَقَامَتْ هِنْدٌ, وَقَامَتْ اَلْهِنْدُ, وَقَامَتْ الْهِنْدَانِ, وَتَقُومُ الْهِنْدَانِ, وَقَامَتْ الْهِنْدَاتُ, وَتَقُومُ الْهِنْدَاتُ, وَقَامَتْ اَلْهُنُودُ, وَتَقُومُ اَلْهُنُودُ, وَقَامَ أَخُوكَ, وَيَقُومُ أَخُوكَ, وَقَامَ غُلَامِي, وَيَقُومُ غُلَامِي,

    Dan Faa’il isim dhamir itu ada 12, yaitu
    ضَرَبْتُ, وَضَرَبْنَا, وَضَرَبْتَ, وَضَرَبْتِ, وَضَرَبْتُمَا, وَضَرَبْتُمْ, وَضَرَبْتُنَّ, وَضَرَبَ, وَضَرَبَتْ, وَضَرَبَا, وَضَرَبُوا, وضربن
    Bab Maf’ul yang tidak disebut Faa’ilnya (Naaibul faa’il)
    Naaibul faa’il adalah isim yang dirafa’kan yang tidak disebut bersamanya faa’ilnya. jika fi’ilnya itu fi’il madhi maka didhammahkan huruf awalnya dan dikasrahkan apa yang sebelum akhirnya dan jika fi’ilnya itu fi’il mudhari’ maka didhammahkan huruf awalnya dan difathahkan huruf yang sebelum akhirnya. Naa’ibul faa’il itu ada dua, yaitu Naaibul faa’il isim dzhahir dan naaibul faa’il isim dhamir.

    Maka naaibul faa’il isim dzhahir itu contohnya
    ضُرِبَ زَيْدٌ" وَ"يُضْرَبُ زَيْدٌ" وَ"أُكْرِمَ عَمْرٌو" وَ"يُكْرَمُ عَمْرٌو 

    dan naaibul faa’il isim dhamir contohnya
    ضُرِبْتُ وَضُرِبْنَا, وَضُرِبْتَ, وَضُرِبْتِ, وَضُرِبْتُمَا, وَضُرِبْتُمْ, وَضُرِبْتُنَّ, وَضُرِبَ, وَضُرِبَتْ, وَضُرِبَا, وَضُرِبُوا, وضُربن


    Mubtada Dan Khabar

      بَابُ اَلْمُبْتَدَأِ وَالْخَبَرِ


    اَلْمُبْتَدَأُ : هو اَلِاسْمُ اَلْمَرْفُوعُ اَلْعَارِي عَنْ اَلْعَوَامِلِ اَللَّفْظِيَّةِ 
    وَالْخَبَرُ هُوَ اَلِاسْمُ اَلْمَرْفُوعُ اَلْمُسْنَدُ إِلَيْهِ, نَحْوَ قَوْلِكَ "زَيْدٌ قَائِمٌ" وَ"الزَّيْدَانِ قَائِمَانِ" وَ"الزَّيْدُونَ قَائِمُونَ " . 
    والمبتدأ قِسْمَانِ ظَاهِرٌ وَمُضْمَرٌ 
    فَالظَّاهِرُ مَا تَقَدَّمَ ذِكْرُهُ 
    والمضمر اثنا عشر وهى :
    أنا ونحن وأنتَ وأنتِ و وأنتما وأنُتم وأنتن وهو وهى وهما وهم وهن نحو قولك (أنا قائم) و(نحن قائمون) وما أشبه ذلك 
    والخبر قسمان : مفرد وغير مفرد 
    فالمفرد نحو زيد قائم 
    وغير المفرد (اربعة اشياء )الجار والمجرور والظرف والفعل مع فاعله والمبتدأ مع خبره نحة قولك : (زيد فى الدار) وزيد عندك وزيد قام ابوه وزيد جاريته زاهبة) .

     

    Mubtada dan khabar

    Mubtada adalah isim yang dirafa’kan yang terbebas dari amil-amil lafadzh.
    Khabar adalah isim yang dirafa’akan yang disandarkan kepada mubtada’. Contohnya :
    "زَيْدٌ قَائِمٌ" وَ"الزَّيْدَانِ قَائِمَانِ" وَ"الزَّيْدُونَ قَائِمُونَ "
    Mubtada itu ada dua bagian, yaitu mubtada isim dzahir dan mubtada isim dhamir
    Maka Mubtada isim dzahir itu adalah sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya (seperti contoh di atas)
    Mubtada isim dhamir itu ada dua belas :
    أنا ونحن وأنتَ وأنتِ و وأنتما وأنُتم وأنتن وهو وهى وهما وهم وهن
    Dan apa-apa yang menyerupai contoh ini(أنا قائم) و(نحن قائمون)contohnya :

    Khabar itu ada dua bagian, yaitu khabar mufrad dan khabar ghair (bukan) mufrad. 
    Khabar mufrad contohnya زيد قائم
    Khabar ghair mufrad itu ada empat
    1. Jar dan majrur
    2. dzharaf
    3. fi’il beserta faa’ilnya
    4. Mubtada beserta khabarnya.
    Contohnya: (زيد فى الدار وزيد عندك وزيد قام ابوه وزيد جاريته ذاهبة)

    Bab Amil-amil yang masuk kepada mubtada dan khabar
    Amil-amil yang masuk kepada mubtada dan khabar itu ada tiga macam, yaitu kaana dan saudara-saudaranya, innna dan saudara-saudaranya dan dzhanna (dzhanantu) dan saudara-saudaranya.

    Adapun kaana dan saudara-saudaranya maka sesungguhnya mereka merafa’kan isism (mubtada) dan menashabkan khabar. Maka kaana dan suadara-saudaranya itu adalah : كَانَ, وَأَمْسَى, وَأَصْبَحَ, وَأَضْحَى, وَظَلَّ, وَبَاتَ, وَصَارَ, وَلَيْسَ, وَمَا زَالَ, وَمَا اِنْفَكَّ, وَمَا فَتِئَ, وَمَا بَرِحَ, وَمَا دَامَ, 
    dan apa-apa yang bisa ditashrif dari semuanya, seperti :
    َ كَانَ, وَيَكُونُ, وَكُنْ, وَأَصْبَحَ وَيُصْبِحُ وَأَصْبِحْ,
    Contohnya :
    "كَانَ زَيْدٌ قَائِمًا, وَلَيْسَ عَمْرٌو شَاخِصًا"
    dan sesuatu yang menyerupai contoh ini.

    Adapun inna dan saudara-saudaranya maka sesungguhnya mereka itu menashabkan mubtada dan merafa’kan khabar. inna dan saudara-saudaranya adalah : 
    إِنَّ، وَأَنَّ، وَلَكِنَّ، وَكَأَنَّ، وَلَيْتَ، وَلَعَلَّ،
    إِنَّ زَيْدًا قَائِمٌ، وَلَيْتَ عَمْرًا شَاخِصٌcontohnya :

    Makna inna dan anna adalah untuk taukid (penekanan), laakinna untuk istidraak (mempertentangkan), kaanna untuk tasybih (penyerupaan), laita untuk tamanniy (pengandaian), la’alla untuk tarajiy (pengharapan kebaikan) dan tawaqqu’ (ketakutan dari nasib buruk).

    Adapun dzhanantu (dzhanna) dan saudara-saudaranya maka sesunggunya mereka itu menashabkan mubtada dan khabar karena keduanya itu (mubtada dan khabar) adalah maf’ul bagi dzhanna dan saudara-saudaranya. Dzhanantu dan saudara-saudaranya itu :
    ظَنَنْتُ، وَحَسِبْتُ، وَخِلْتُ، وَزَعَمْتُ، وَرَأَيْتُ، وَعَلِمْتُ، وَوَجَدْتُ، وَاتَّخَذْتُ، وَجَعَلْتُ، وَسَمِعْتُ؛
    ظَنَنْتُ زَيْدًا قَائِمًا، وَرَأَيْتُ عَمْرًا شاخصًاcontohnya : 


    Na'at (Sifat)

    بَابُ اَلنَّعْتِ


    اَلنَّعْتُ تَابِعٌ لِلْمَنْعُوتِ فِي رَفْعِهِ وَنَصْبِهِ وَخَفْضِهِ, وَتَعْرِيفِهِ وَتَنْكِيرِهِ; تَقُولُ قَامَ زَيْدٌ اَلْعَاقِلُ, وَرَأَيْتُ زَيْدًا اَلْعَاقِلَ, وَمَرَرْتُ بِزَيْدٍ اَلْعَاقِلِ. 
    وَالْمَعْرِفَةُ خَمْسَةُ أَشْيَاءَ اَلِاسْمُ اَلْمُضْمَرُ نَحْوَ أَنَا وَأَنْتَ, وَالِاسْمُ اَلْعَلَمُ نَحْوَ زَيْدٍ وَمَكَّةَ, وَالِاسْمُ اَلْمُبْهَمُ نَحْوَ هَذَا, وَهَذِهِ, وَهَؤُلَاءِ, وَالِاسْمُ اَلَّذِي فِيهِ اَلْأَلِفُ وَاللَّامُ نَحْوَ اَلرَّجُلُ وَالْغُلَامُ, وَمَا أُضِيفَ إِلَى وَاحِدٍ مِنْ هَذِهِ اَلْأَرْبَعَةِ. 
    وَالنَّكِرَةُ كُلُّ اِسْمٍ شَائِعٍ فِي جِنْسِهِ لَا يَخْتَصُّ بِهِ وَاحِدٌ دُونَ آخَرَ, وَتَقْرِيبُهُ كُلُّ مَا صَلَحَ دُخُولُ اَلْأَلِفِ وَاللَّامِ عَلَيْهِ, نَحْوُ اَلرَّجُلِ والفرس. 

    Na’at (sifat)

    Na’at itu mengikuti yang disifati pada keadaan rafa’nya, nashabnya, khafadhnya, ma’rifatnya, dan nakirahnya. Contohnya: 
    قَامَ زَيْدٌ اَلْعَاقِلُ, وَرَأَيْتُ زَيْدًا اَلْعَاقِلَ, وَمَرَرْتُ بِزَيْدٍ اَلْعَاقِلِ. 
    Ma’rifat (kata khusus) itu ada lima:
    أَنَا وَأَنْتَ1. Isim Dhamir (kata ganti), contohnya :
    زَيْدٍ وَمَكَّةَ2. Isim Alam (nama), contohnya:

    هَذَا, وَهَذِهِ, وَهَؤُلَاءِ3. Isim Mubham (kata tunjuk), contohnya :

    اَلرَّجُلُ وَالْغُلَامُ4.Isim yang terdapat alif lam (al), contohnya :

    5. apa-apa yang diidhafahkan kepada salah satu dari ini yang empat.

    Nakirah (kata umum) adalah setiap isim yang tersebar (beraneka ragam) pada jenisnya ,tidak tertentu pada sesuatupun. Dan untuk memudahkannya, nakirah itu adalah setiap yang dapat اَلرَّجُلُ وَالْغُلَامُmenerima alif lam, contohnya


    'Athaf

      بَابُ اَلْعَطْفِ


    وَحُرُوفُ اَلْعَطْفِ عَشَرَةٌ وَهِيَ 
    اَلْوَاوُ, وَالْفَاءُ, وَثُمَّ, وَأَوْ, وَأَمْ, وَإِمَّا, وَبَلْ, وَلَا, وَلَكِنْ, وَحَتَّى فِي بَعْضِ اَلْمَوَاضِعِ

    فَإِنْ عُطِفَتْ عَلَى مَرْفُوعٍ رُفِعَتْ  أَوْ عَلَى مَنْصُوبٍ نُصِبَتْ, أَوْ عَلَى مَخْفُوضٍ خُفِضَتْ, أَوْ عَلَى مَجْزُومٍ جُزِمَتْ, تَقُولُ "قَامَ زَيْدٌ وَعَمْرٌو, وَرَأَيْتُ زَيْدًا وَعَمْرًا, وَمَرَرْتُ بِزَيْدٍ وَعَمْرٍو, وَزَيْدٌ لَمْ يَقُمْ وَلَمْ يَقْعُدْ".


    ‘Athaf


    Huruf ‘athaf ada sepuluh, yaitu
    اَلْوَاوُ, وَالْفَاءُ, وَثُمَّ, وَأَوْ, وَأَمْ, وَإِمَّا, وَبَلْ, وَلَا, وَلَكِنْ, وَحَتَّى فِي بَعْضِ اَلْمَوَاضِعِ
    Waw, fa, tsumma, aw, am, imma, bal, la, laakin, dan hatta pada sebagian tempat.
    Jika kamu athafkan dalam keadaan rafa’ maka rafa’akan, dalam keadan nashab maka nashabkan, dalam keadaan khafad maka khafadhkan, dalam keadaan jazm maka jazmkan.

    Contohnya
    "قَامَ زَيْدٌ وَعَمْرٌو, وَرَأَيْتُ زَيْدًا وَعَمْرًا, وَمَرَرْتُ بِزَيْدٍ وَعَمْرٍو, وَزَيْدٌ لَمْ يَقُمْ وَلَمْ يَقْعُدْ



    Taukid (Menekankan Atau Menguatkan)

      بَابُ اَلتَّوْكِيدِ


    اَلتَّوْكِيدُ "تابع لِلْمُؤَكَّدِ فِي رَفْعِهِ وَنَصْبِهِ وَخَفْضِهِ وَتَعْرِيفِهِ". 
    وَيَكُونُ بِأَلْفَاظٍ مَعْلُومَةٍ, وَهِيَ اَلنَّفْسُ, وَالْعَيْنُ, وَكُلُّ, وَأَجْمَعُ, وَتَوَابِعُ أَجْمَعَ, وَهِيَ أَكْتَعُ, وَأَبْتَعُ, وَأَبْصَعُ, تَقُولُ قَامَ زَيْدٌ نَفْسُهُ, وَرَأَيْتُ اَلْقَوْمَ كُلَّهُمْ, وَمَرَرْتُ بِالْقَوْمِ أَجْمَعِينَ. 

    Taukid


    Taukid itu mengikuti yang diperkuat dalam keadaan rafa’nya, nashabnya, khafadhnya, dan ma’rifatnya. Taukid itu telah tertentu lafadzh-lafazhnya, yaitu : 
    اَلنَّفْسُ, وَالْعَيْنُ, وَكُلُّ, وَأَجْمَعُ

    Dan yang mengikuti ajam’u, yaitu 
    أَكْتَعُ, وَأَبْتَعُ, وَأَبْصَعُ

    Contohnya :
    قَامَ زَيْدٌ نَفْسُهُ, وَرَأَيْتُ اَلْقَوْمَ كُلَّهُمْ, وَمَرَرْتُ بِالْقَوْمِ أَجْمَعِينَ. 
    Badal

      بَابُ اَلْبَدَلِ


    إِذَا أُبْدِلَ اِسْمٌ مِنْ اِسْمٍ أَوْ فِعْلٌ مِنْ فِعْلٍ تَبِعَهُ فِي جَمِيعِ إِعْرَابِهِ

    وَهُوَ عَلَى أَرْبَعَةِ أَقْسَامٍ  بَدَلُ اَلشَّيْءِ مِنْ اَلشَّيْءِ, وَبَدَلُ اَلْبَعْضِ مِنْ اَلْكُلِّ, وَبَدَلُ اَلِاشْتِمَالِ, وَبَدَلُ اَلْغَلَطِ, نَحْوَ قَوْلِكَ "قَامَ زَيْدٌ أَخُوكَ, وَأَكَلْتُ اَلرَّغِيفَ ثُلُثَهُ, وَنَفَعَنِي زَيْدٌ عِلْمُهُ, وَرَأَيْتُ زَيْدًا اَلْفَرَسَ", أَرَدْتَ أَنْ تَقُولَ رَأَيْتُ اَلْفَرَسَ فَغَلِطْتَ فَأَبْدَلْتَ زَيْدًا مِنْه.


    Badal


    Apabila dibadalkan isim dengan isim atau fi’il dengan fi’il maka mengikuti badalnya itu pada seluruh i’rabnya. Badal itu ada empat :
    بَدَلُ اَلشَّيْءِ مِنْ اَلشَّيْء1. 
    َبَدَلُ اَلْبَعْضِ مِنْ اَلْكُلِّ2. 
    َبَدَلُ اَلِاشْتِمَالِ3. 
    َبَدَلُ اَلْغَلَطِ4.

    Contohnya
    "قَامَ زَيْدٌ أَخُوكَ, وَأَكَلْتُ اَلرَّغِيفَ ثُلُثَهُ, وَنَفَعَنِي زَيْدٌ عِلْمُهُ, وَرَأَيْتُ زَيْدًا اَلْفَرَسَ
    Kamu ingin berkata al farasa (kuda) akan tetapi kamu ternyata salah, 
    رَأَيْتُ زَيْدًا اَلْفَرَسَmaka kamu ganti dengan zaidan menjadi




    Isim-Isim Yang Dinashabkan

    بَابُ مَنْصُوبَاتِ اَلْأَسْمَاءِ


    اَلْمَنْصُوبَاتُ خَمْسَةَ عَشَرَ, وَهِيَ اَلْمَفْعُولُ بِهِ, وَالْمَصْدَرُ, وَظَرْفُ اَلزَّمَانِ وَظَرْفُ اَلْمَكَانِ, وَالْحَالُ, وَالتَّمْيِيزُ, وَالْمُسْتَثْنَى, وَاسْمُ لَا, وَالْمُنَادَى, وَالْمَفْعُولُ مِنْ أَجْلِهِ, وَالْمَفْعُولُ مَعَهُ, وَخَبَرُ كَانَ وَأَخَوَاتِهَا, وَاسْمُ إِنَّ وَأَخَوَاتِهَا، وَالتَّابِعُ لِلْمَنْصُوبِ، وَهُوَ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءٍ: النَّعْتُ وَالْعَطْفُ وَالتَّوْكِيدُ وَالْبَدَلُ. 

    Isim-isim Yang Dinashabkan


    Isim-isim yang dinashabkan itu ada lima belas
    1. Maf’ul bih
    2. Mashdar
    3. Dzharaf zaman
    4. Dzharaf makan
    5. Hal
    6. Tamyiz
    7. Mustatsna
    8. Isim Laa
    9. Munada
    10. Maf’ul min ajlih
    11. Maf’ul ma’ah
    12. Khabar kaana 
    13. Isim inna 
    14. khabar saudara kaana dan isim saudara inna 
    15. Yang mengikut dinashabkan, yaitu ada empat : na’at, ‘athaf, taukid, dan badal


    Maf'ul bih

      بَابُ اَلْمَفْعُولِ بِهِ


    وَهُوَ اَلِاسْمُ اَلْمَنْصُوبُ, اَلَّذِي يَقَعُ بِهِ اَلْفِعْلُ, نَحْوَ ضَرَبْتُ زَيْدًا, وَرَكِبْتُ اَلْفَرَسَ 
    وَهُوَ قِسْمَانِ ظَاهِرٌ, وَمُضْمَرٌ 
    فَالظَّاهِرُ مَا تَقَدَّمَ ذِكْرُهُ 
    وَالْمُضْمَرُ قِسْمَانِ مُتَّصِلٌ, وَمُنْفَصِلٌ 
    فَالْمُتَّصِلُ اِثْنَا عَشَرَ, وَهِيَ ضَرَبَنِي, وَضَرَبَنَا, وَضَرَبَكَ, وَضَرَبَكِ, وَضَرَبَكُمَا, وَضَرَبَكُمْ, وَضَرَبَكُنَّ, وَضَرَبَهُ, وَضَرَبَهَا, وَضَرَبَهُمَا, وَضَرَبَهُمْ, وَضَرَبَهُنَّ 
    وَالْمُنْفَصِلُ اِثْنَا عَشَرَ, وَهِيَ إِيَّايَ, وَإِيَّانَا, وَإِيَّاكَ, وَإِيَّاكِ, وَإِيَّاكُمَا, وَإِيَّاكُمْ, وَإِيَّاكُنَّ, وَإِيَّاهُ, وَإِيَّاهَا, وَإِيَّاهُمَا, وَإِيَّاهُمْ, وَإِيَّاهُنَّ. 


    Maf’ul bih


    Maf’ul bih adalah isim yang dinashabkan yang dikenakan padanya suatu perbuatan. 
    ضَرَبْتُ زَيْدًا, وَرَكِبْتُ اَلْفَرَسَ Contohnya :

    Maf’ul bih itu ada dua bagian, yaitu maf’ul bih dzhahir dan maf’ul bih dhamir.
    Maf’ul bih dzhahir telah dijelaskan sebelumnya (pada bab-bab yang menjelaskan tentang dzhahir).
    Sedangkan maf’ul bih dhamir itu terbagi menjadi dua:
    1. Muttashil (bersambung)
    Maf’ul bih dhamir muttashil ada dua belas, yaitu :
    ضَرَبَنِي, وَضَرَبَنَا, وَضَرَبَكَ, وَضَرَبَكِ, وَضَرَبَكُمَا, وَضَرَبَكُمْ, وَضَرَبَكُنَّ, وَضَرَبَهُ, وَضَرَبَهَا, وَضَرَبَهُمَا, وَضَرَبَهُمْ, وَضَرَبَهُنَّ

    2. Munfashil (terpisah)
    Maf’ul bih dhamir munfashil ada dua belas, yaitu:
    إِيَّايَ, وَإِيَّانَا, وَإِيَّاكَ, وَإِيَّاكِ, وَإِيَّاكُمَا, وَإِيَّاكُمْ, وَإِيَّاكُنَّ, وَإِيَّاهُ, وَإِيَّاهَا, وَإِيَّاهُمَا, وَإِيَّاهُمْ, وَإِيَّاهُنَّ. 


    Mashdar

    بَابُ اَلْمَصْدَرِ


    اَلْمَصْدَرُ هُوَ اَلِاسْمُ اَلْمَنْصُوبُ, اَلَّذِي يَجِيءُ ثَالِثًا فِي تَصْرِيفِ اَلْفِعْلِ, ، نحو ضَرَبَ يَضْرِبُ ضَرْبًا 
    وَهُوَ قِسْمَانِ لَفْظِيٌّ وَمَعْنَوِيٌّ, فَإِنْ وَافَقَ لَفْظُهُ لَفْظَ فِعْلِهِ فَهُوَ لَفْظِيٌّ, نَحْوَ قَتَلْتُهُ قَتْلًا 
    وَإِنْ وَافَقَ مَعْنَى فِعْلِهِ دُونَ لَفْظِهِ فَهُوَ مَعْنَوِيٌّ ، نحو جَلَسْتُ قُعُودًا, ، وقمت وُقُوفًا, ، وما أَشْبَهَ ذَلِكَ. 


    Mashdar


    Mashdar adalah isim yang dinashabkan yang datang menempati tempat ketiga dalam tashrif fi’il. Contohnya : 
    ضَرَبَ يَضْرِبُ ضَرْبًا
    Mashdar terbagi dua : 
    1. Lafdzhy
    2. Ma’nawy
    Jika lafazdh mashdarnya bersesuaian dengan lafadzh fi’ilnya maka itu trmasuk mashdar lafdzhy contohnya : 
    قَتَلْتُهُ قَتْلًا
    Dan jika mashdarnya bersesuaian dengan makna fi’ilnya bukan lafadhznya maka itu adalah mashdar ma’nawy. Contohnya : 
    جَلَسْتُ قُعُودًا, ، وقمت وُقُوفًا


    Dzharaf Zaman Dan Dzaharaf Makan

      بَابُ ظَرْفِ اَلزَّمَانِ وَظَرْفِ اَلْمَكَانِ 
    ظَرْفُ اَلزَّمَانِ هُوَ اِسْمُ اَلزَّمَانِ اَلْمَنْصُوبُ بِتَقْدِيرِ "فِي" نَحْوَ اَلْيَوْمِ, وَاللَّيْلَةِ, وَغَدْوَةً, وَبُكْرَةً, وَسَحَرًا, وَغَدًا, وَعَتَمَةً, وَصَبَاحًا, وَمَسَاءً, وَأَبَدًا, وَأَمَدًا, وَحِينًا وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ

    وَظَرْفُ اَلْمَكَانِ هُوَ اِسْمُ اَلْمَكَانِ اَلْمَنْصُوبُ بِتَقْدِيرِ "فِي" نَحْوَ أَمَامَ, وَخَلْفَ, وَقُدَّامَ, وَوَرَاءَ, وَفَوْقَ, وَتَحْتَ, وَعِنْدَ, وَمَعَ, وَإِزَاءَ, وَحِذَاءَ, وَتِلْقَاءَ, وَثَمَّ, وَهُنَا, وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ. 


    Dzharaf Zaman dan Dzaharaf Makan


    Dzharaf zaman itu adalah isim zaman yang dinashabkan dengan taqdir maknanya fi (pada). Contoh dzharaf zaman :
    اَلْيَوْمِ, وَاللَّيْلَةِ, وَغَدْوَةً, وَبُكْرَةً, وَسَحَرًا, وَغَدًا, وَعَتَمَةً, وَصَبَاحًا, وَمَسَاءً, وَأَبَدًا, وَأَمَدًا, وَحِينًا

    Dzharaf makan adalah isim makan yang dinashabkan dengan taqdir maknanya fi (pada). Contohnya:
    أَمَامَ, وَخَلْفَ, وَقُدَّامَ, وَوَرَاءَ, وَفَوْقَ, وَتَحْتَ, وَعِنْدَ, وَمَعَ, وَإِزَاءَ, وَحِذَاءَ, وَتِلْقَاءَ, وَثَمَّ, وَهُنَا


    Haal

      بَابُ اَلْحَالِ


    اَلْحَالُ هُوَ اَلِاسْمُ اَلْمَنْصُوبُ, اَلْمُفَسِّرُ لِمَا اِنْبَهَمَ مِنْ اَلْهَيْئَاتِ, نَحْوَ قَوْلِكَ "جَاءَ زَيْدٌ رَاكِبًا" وَ"رَكِبْتُ اَلْفَرَسَ مُسْرَجًا" وَ"لَقِيتُ عَبْدَ اَللَّهِ رَاكِبًا" وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ 
    وَلَا يَكُونَ اَلْحَالُ إِلَّا نَكِرَةً, وَلَا يَكُونُ إِلَّا بَعْدَ تَمَامِ اَلْكَلَامِ, وَلَا يَكُونُ صَاحِبُهَا إِلَّا مَعْرِفَةً. 

    Haal


    Haal adalah isim yang dinashabkan yang menjelaskan tata cara yang sebelumnya samar.
    Contohnya
    جَاءَ زَيْدٌ رَاكِبًا" وَ"رَكِبْتُ اَلْفَرَسَ مُسْرَجًا" وَ"لَقِيتُ عَبْدَ اَللَّهِ رَاكِبًا"
    Haal itu pasti nakirah dan haal itu hanya terjadi setelah kalamnya sempurna dan shahibul haal itu pasti ma’rifat. 


    Tamyiz

      بَابُ اَلتَّمْيِيزِ


    اَلتَّمْيِيزُ هُوَ اَلِاسْمُ اَلْمَنْصُوبُ, اَلْمُفَسِّرُ لِمَا اِنْبَهَمَ مِنْ اَلذَّوَاتِ, نَحْوَ قَوْلِكَ "تَصَبَّبَ زَيْدٌ عَرَقًا", وَ"تَفَقَّأَ بَكْرٌ شَحْمًا" وَ"طَابَ مُحَمَّدٌ نَفْسًا" وَ"اِشْتَرَيْتُ عِشْرِينَ غُلَامًا" وَ"مَلَكْتُ تِسْعِينَ نَعْجَةً" وَ"زَيْدٌ أَكْرَمُ مِنْكَ أَبًا" وَ"أَجْمَلُ مِنْكَ وَجْهًا" 
    وَلَا يَكُونُ إِلَّا نَكِرَةً, وَلَا يَكُونُ إِلَّا بَعْدَ تَمَامِ اَلْكَلَامِ. 

    Tamyiz


    Tamyiz itu adalah isim yang dinashabkan yang menjelaskan dzat yang sebelumnya samar. Contohnya : 
    "تَصَبَّبَ زَيْدٌ عَرَقًا", وَ"تَفَقَّأَ بَكْرٌ شَحْمًا" وَ"طَابَ مُحَمَّدٌ نَفْسًا" وَ"اِشْتَرَيْتُ عِشْرِينَ غُلَامًا" وَ"مَلَكْتُ تِسْعِينَ نَعْجَةً" وَ"زَيْدٌ أَكْرَمُ مِنْكَ أَبًا" وَ"أَجْمَلُ مِنْكَ وَجْهًا"

    Tamyiz itu pasti nakirah dan tamyiz hanya terjadi setelah kalamnya sempurna


    Istitsna

      بَابُ اَلِاسْتِثْنَاء

    ِ 
    وَحُرُوفُ اَلِاسْتِثْنَاءِ ثَمَانِيَةٌ وَهِيَ إِلَّا, وَغَيْرُ, وَسِوَى, وَسُوَى, وَسَوَاءٌ, وَخَلَا, وَعَدَا, وَحَاشَا 
    فَالْمُسْتَثْنَى بِإِلَّا يُنْصَبُ إِذَا كَانَ اَلْكَلَامُ تَامًّا مُوجَبًا, نَحْوَ "قَامَ اَلْقَوْمُ إِلَّا زَيْدًا" وَ"خَرَجَ اَلنَّاسُ إِلَّا عَمْرًا" وَإِنْ كَانَ اَلْكَلَامُ مَنْفِيًّا تَامًّا جَازَ فِيهِ اَلْبَدَلُ وَالنَّصْبُ عَلَى اَلِاسْتِثْنَاءِ, نَحْوَ "مَا قَامَ اَلْقَوْمُ إِلَّا زَيْدٌ" وَ"إِلَّا زَيْدًا" وَإِنْ كَانَ اَلْكَلَامُ نَاقِصًا كَانَ عَلَى حَسَبِ اَلْعَوَامِلِ, نَحْوَ "مَا قَامَ إِلَّا زَيْدٌ" وَ"مَا ضَرَبْتُ إِلَّا زَيْدًا" وَ"مَا مَرَرْتُ إِلَّا بِزَيْدٍ" 
    وَالْمُسْتَثْنَى بِغَيْرٍ, وَسِوَى, وَسُوَى, وَسَوَاءٍ, مَجْرُورٌ لَا غَيْرُ 
    وَالْمُسْتَثْنَى بِخَلَا, وَعَدَا, وَحَاشَا, يَجُوزُ نَصْبُهُ وَجَرُّهُ, نَحْوَ "قَامَ اَلْقَوْمُ خَلَا زَيْدًا, وَزَيْدٍ" وَ"عَدَا عَمْرًا وَعَمْرٍو" وَ"حَاشَا بَكْرًا وَبَكْرٍ". 


    Istitsna


    Huruf istitsna itu ada delapan, yiatu : 
    إِلَّا, وَغَيْرُ, وَسِوَى, وَسُوَى, وَسَوَاءٌ, وَخَلَا, وَعَدَا, وَحَاشَا
    Maka mustatsna (kalimat yang di istitsnakan) dengan huruf illaa dinashabkan jika 
    قَامَ اَلْقَوْمُ إِلَّا زَيْدًا" وَ"خَرَجَ اَلنَّاسُ إِلَّا عَمْرًا kalamnya taam mujab contohnya :

    Jika kalamnya manfiy taam, maka boleh menjadikannya badal atau menashabkannya 
    مَا قَامَ اَلْقَوْمُ إِلَّا زَيْدٌ" وَ"إِلَّا زَيْدًا karena istitsna contohnya :

    Jika kalamnya naaqish (kurang), maka i’rabnya sesuai dengan amil-amilnya,. Contohnya:
    "مَا قَامَ إِلَّا زَيْدٌ" وَ"مَا ضَرَبْتُ إِلَّا زَيْدًا" وَ"مَا مَرَرْتُ إِلَّا بِزَيْدٍ
    Dan Mustatsna dengan khalaa, ‘adaa, dan haasyaa maka boleh kita menashabkannya atau menjarkannya. Contohnya : 
    "قَامَ اَلْقَوْمُ خَلَا زَيْدًا وَزَيْدٍ" وَ"عَدَا عَمْرًا وَعَمْرٍو" وَ"حَاشَا بَكْرًا وَبَكْرٍ".

    Laa

      بَابُ لَا


    اِعْلَمْ أَنَّ "لَا" تَنْصِبُ اَلنَّكِرَاتِ بِغَيْرِ تَنْوِينٍ إِذَا بَاشَرَتْ اَلنَّكِرَةَ وَلَمْ تَتَكَرَّرْ "لَا" نَحْوَ "لَا رَجُلَ فِي اَلدَّارِ" 
    فَإِنْ لَمْ تُبَاشِرْهَا وَجَبَ اَلرَّفْعُ وَوَجَبَ تَكْرَارُ "لَا" نَحْوَ لَا فِي اَلدَّارِ رَجُلٌ وَلَا اِمْرَأَةٌ" 
    فَإِنْ تَكَرَّرَتْ "لَا" جَازَ إِعْمَالُهَا وَإِلْغَاؤُهَا, فَإِنْ شِئْتَ قُلْتُ "لَا رَجُلَ فِي اَلدَّارِ وَلَا اِمْرَأَةَ".  فَإِنْ شِئْتَ قُلْتُ "لَا رَجُلٌ فِي اَلدَّارِ وَلَا اِمْرَأَةٌ". 

    Laa


    Ketahuilah! Bahwa apabila laa bertemu langsung dengan isim nakirah maka laa menashabkan isim nakirah dengan tanpa tanwin dan tidak mengulang-ulang laa. Contohnya : لَا رَجُلَ فِي اَلدَّارِ
    Jika laa tidak bertemu langsung dengan nakirah maka wajib mengulang-ulang laa. 
    Contohnya : لَا فِي اَلدَّارِ رَجُلٌ وَلَا اِمْرَأَةٌ
    Jika mengulang-ulang laa (berarti bertemu langsung dengan nakirah), maka boleh mengamalkannya (menjadikan laa sebagai amil yang menashabkan) atau menyia-nyiakannya. Maka jika kamu suka, kamu katakan : لَا رَجُلَ فِي اَلدَّارِ وَلَا اِمْرَأَةَ 
    Dan jika kamu suka, kamu katakan:
    لَا رَجُلٌ فِي اَلدَّارِ وَلَا اِمْرَأَةٌ". 


    Munada

      بَابُ اَلْمُنَادَى


    اَلْمُنَادَى خَمْسَةُ أَنْوَاعٍ : المفرد اَلْعَلَمُ, وَالنَّكِرَةُ اَلْمَقْصُودَةُ, وَالنَّكِرَةُ غَيْرُ اَلْمَقْصُودَةِ, وَالْمُضَافُ, وَالشَّبِيهُ بِالْمُضَافِ 
    فَأَمَّا اَلْمُفْرَدُ اَلْعَلَمُ وَالنَّكِرَةُ اَلْمَقْصُودَةُ فَيُبْنَيَانِ عَلَى اَلضَّمِّ مِنْ غَيْرِ تَنْوِينٍ, نَحْوَ "يَا زَيْدُ" وَ"يَا رَجُلُ" 
    وَالثَّلَاثَةُ اَلْبَاقِيَةُ مَنْصُوبَةٌ لَا غَيْرُ.  

    Munada (Yang Dipanggil)
    Munada itu ada lima, yaitu
    .1المفرد اَلْعَلَمُ,(nama-nama)
    .2 وَالنَّكِرَةُ اَلْمَقْصُودَةُ,(nakirah yang termaksud)
    .3 وَالنَّكِرَةُ غَيْرُ اَلْمَقْصُودَةِ,(nakirah yang tidak termaksud)
    .4 وَالْمُضَافُ,(yang diidhafahkan)
    .5 وَالشَّبِيهُ بِالْمُضَافِ (yang menyerupai mudhaf)
    Adapun mufrad ‘alam dan nakirah maqsudah maka ia dimabnikan atas dhammah 
    يَا زَيْدُ وَيَا رَجُلُ dengan tanpa tanwin contohnya 
    Dan tiga munada sisanya itu tidak lain dinashabkan.


    Maf’ul min Ajlih

      بَابُ اَلْمَفْعُولِ لِأَجْلِهِ


    وَهُوَ اَلِاسْمُ اَلْمَنْصُوبُ, اَلَّذِي يُذْكَرُ بَيَانًا لِسَبَبِ وُقُوعِ اَلْفِعْلِ, نَحْوَ قَوْلِكَ "قَامَ زَيْدٌ إِجْلَالًا لِعَمْرٍو" وَ"قَصَدْتُكَ اِبْتِغَاءَ مَعْرُوفِكَ". 

    Maf’ul min Ajlih


    Maf’ul min ajlih adalah isim yang dinashabkan yang disebut untuk menjelaskan sebab-sebab terjadinya suatu perbuatan. Contohnya :
    قَامَ زَيْدٌ إِجْلَالًا لِعَمْرٍو وَقَصَدْتُكَ اِبْتِغَاءَ مَعْرُوفِكَ.



    Maf’ul Ma’ah

      بَابُ اَلْمَفْعُولِ مَعَهُ


    وَهُوَ اَلِاسْمُ اَلْمَنْصُوبُ, اَلَّذِي يُذْكَرُ لِبَيَانِ مَنْ فُعِلَ مَعَهُ اَلْفِعْلُ, نَحْوَ قَوْلِكَ "جَاءَ اَلْأَمِيرُ وَالْجَيْشَ" وَ"اِسْتَوَى اَلْمَاءُ وَالْخَشَبَةَ".  
    وأما خَبَرُ "كَانَ" وَأَخَوَاتِهَا, وَاسْمُ "إِنَّ" وَأَخَوَاتِهَا, فَقَدْ تَقَدَّمَ ذِكْرُهُمَا فِي اَلْمَرْفُوعَاتِ, وَكَذَلِكَ اَلتَّوَابِعُ; فَقَدْ تَقَدَّمَتْ هُنَاكَ. 

    Maf’ul Ma’ah


    Maf’ul ma’ah adalah isim yang dinashabkan yang disebut untuk menjelaskan sesuatu yang bersamanya dilakukan suatu perbuatan. Contohnya : 
    جَاءَ اَلْأَمِيرُ وَالْجَيْشَ وَاِسْتَوَى اَلْمَاءُ وَالْخَشَبَةَ

    Adapun khabar kaana dan saudara-saudaranya dan ismu inna dan saudara-saudaranya maka sungguh telah diberikan penjelasannya pada bab isim-isim yang dirafa’akan begitu juga dengan yang mengikut dinashabkan (na’at, ‘athaf, taukid, badal) telah dijelaskan disana. 



    Isim-Isim Yang Dikhafadhkan (Dijarkan)

    بَابُ اَلْمَخْفُوضَاتِ مِنْ اَلْأَسْمَاءِ


    اَلْمَخْفُوضَاتُ ثَلَاثَةُ أَنْوَاعٍ  مَخْفُوضٌ بِالْحَرْفِ, وَمَخْفُوضٌ بِالْإِضَافَةِ, وَتَابِعٌ لِلْمَخْفُوضِ 
    فَأَمَّا اَلْمَخْفُوضُ بِالْحَرْفِ فَهُوَ مَا يَخْتَصُّ بِمِنْ, وَإِلَى, وَعَنْ, وَعَلَى, وَفِي, وَرُبَّ, وَالْبَاءِ, وَالْكَافِ, وَاللَّامِ, وَبِحُرُوفِ اَلْقَسَمِ, وَهِيَ اَلْوَاوُ, وَالْبَاءُ, وَالتَّاءُ, وَبِوَاوِ رُبَّ, وَبِمُذْ, وَمُنْذُ.
    وَأَمَّا مَا يُخْفَضُ بِالْإِضَافَةِ, فَنَحْوُ قَوْلِكَ "غُلَامُ زَيْدٍ" وَهُوَ عَلَى قِسْمَيْنِ مَا يُقَدَّرُ بِاللَّامِ, وَمَا يُقَدَّرُ بِمِنْ; فَاَلَّذِي يُقَدَّرُ بِاللَّامِ نَحْوُ "غُلَامُ زَيْدٍ" وَاَلَّذِي يُقَدَّرُ بِمِنْ, نَحْوُ "ثَوْبُ خَزٍّ" وَ"بَابُ سَاجٍ" وَ"خَاتَمُ حَدِيدٍ .
    والله اعلم بالصواب

    Isim-isim yang Dikhafadhkan (dijarkan)


    Isim-isim yang dikhafadhkan itu ada tiga bagian :
    1. Dikhafadhkan dengan huruf khafadh
    2. Dikhafadhkan dengan idhafah
    3. Dikhafadhkan karena mengikuti yang sebelumnya

    Adapun yang dijarkan dengan huruf yaitu apa-apa yang dijarkan dengan huruf 
    مِنْ, وَإِلَى, وَعَنْ, وَعَلَى, وَفِي, وَرُبَّ, وَالْبَاءِ, وَالْكَافِ, وَاللَّامِ, dan dengan huruf sumpah yaitu
    اَلْوَاوُ, وَالْبَاءُ, وَالتَّاءُِdan dengan مُذْ, وَمُنْذُ.
    Adapun yang dijarkan dengan idhafah maka contohnya: غُلَامُ زَيْدٍ dan yang dijarkan dengan idhafah itu ada dua, pertama yang ditaqdirkan dengan lam dan kedua yang ditakdirkan dengan min. 
    Maka yang ditaqdirkan dengan lam contohnya: غُلَامُ زَيْدٍ
    Dan yang ditaqdirkan dengan min contohnya: ثَوْبُ خَزٍّ وَبَابُ سَاجٍ وَخَاتَمُ حَدِيدٍ


Selasa, 25 Juni 2019

Ta'lim

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
{Hasil copy paste}
الحمد لله الذى فضل على بنى آدم بالعلم والعمل على جميع العالم، والصلاة والسلام على محمد سيد العرب والعجم، وعلى آله وأصحابه ينابيع العلوم والحكم
Segala puji bagi Allah yang telah mengangkat harkat derajat manusia dengan ilmu dan amal, atas seluruh alam. Salawat dan Salam semoga terlimpah atas Nabi Muhammad, pemimpin seluruh umat manusia, dan semoga pula tercurah atas keluarga dan para sahabatnya yang menjadi sumber ilmu dan hikmah.
وبعد…فلما رأيت كثيرا من طلاب العلم فى زماننا يجدون إلى العلم ولايصلون [ومن منافعه وثمراته ـ وهى العمل به والنشر ـ يحرمون] لما أنهم أخطأوا طريقه وتركوا شرائطه، وكل من أخطأ الطريق ضل، ولاينال المقصود قل أو جل، فأردت وأحببت أن أبين لهم طريق التعلم على ما رأيت فى الكتب وسمعت من أساتيذى أولى العلم والحكم، رجاء الدعاء لى من الراغبين فيه، المخلصين، بالفوز والخلاص فى يوم الدين، بعد ما استخرت الله تعالى فيه،
Kalau saya memperhatikan para pelajar (santri), sebenarnya mereka telah bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu, tapi banyak dari mereka tidak mendapat manfaat dari ilmunya, yakni berupa pengamalan dari ilmu tersebut dan menyebarkannya. Hal itu terjadi karena cara mereka menuntut ilmu salah, dan syarat-syaratnya mereka tinggalkan. karena, barangsiapa salah jalan, tentu tersesat tidak dapat mencapai tujuan. Oleh karena itu saya ingin menjelaskan kepada santri cara mencari ilmu, menurut kitab-kitab yang saya baca dan menurut nasihat para guru saya yang ahli ilmu dan hikmah. Dengan harapan semoga orang-orang yang tulus ikhlas mendo’akan saya sehingga saya mendapatkan keuntungan dan keselamatan di akherat. Begitu do’a saya dalam istikharah ketika akan menulis kitab ini.
وسميته: تعليم المتعلم طريق التعلم
وجعلته فصولا:
فصل : فى ماهية العلم، والفقه، وفضله.
فصل : فى النية فى حال التعلم.
فصل : فى اختيار العلم، والأساتذ، والشريك، والثبات.
فصل : فى تعظيم العلم وأهله.
فصل : فى الجد والمواظبة والهمة.
فصل : فى بداية السبق وقدره وترتيبه.
فصل : فى التوكل.
فصل : فى وقت التحصيل.
فصل : فى الشفقة والنصيحة.
فصل : فى الإستفادة واقتباس الأدب.
فصل : فى الورع.
فصل : فيما يورث الحفظ، وفيما يورث النسيان.
فصل : فـيمـا يجـلب الـرزق، وفيـما يمـنع، وما يزيـد فى العـمـر، وما ينقص.
Kitab ini saya beri nama Ta’limul Muta’alim Thariqatta’allum.Yang terdiri dari tiga belas pasal.
Pertama, menerangkan hakekat ilmu, hukum mencari ilmu, dan keutamaannya.
Kedua, niat dalam mencari ilmu.
Ketiga, cara memilih ilmu, guru, teman, dan ketekunan.
Keempat, cara menghormati ilmu dan guru
Kelima, kesungguhan dalam mencari ilmu, beristiqamah dan cita-cita yang luhur.
Keenam, ukuran dan urutannya
Ketujuh, tawakal
Kedelapan, waktu belajar ilmu
Kesembilan, saling mengasihi dan saling menasehati
Kesepuluh, mencari tambahan ilmu pengetahuan
Kesebelas, bersikap wara’ ketika menuntut ilmu
Kedua belas, hal-hal yang dapat menguatkan hapalan dan yang melemahkannya.
Ketiga belas, hal-hal yang mempermudah datangnya rijki, hal-hal yang dapat memperpanjang, dan mengurangi umur.
وما توفيقى إلا بالله عليه توكلت وإليه أنيب
Tidak ada penolong kecuali Allah, hanya kepada-Nya saya berserah diri, dan kehadirat-Nya aku kembali.
Fasal 1
فصل
فى ماهية العلم، والفقه، وفضله
FASAL 1
PENGERTIAN ILMU DAN FIQIH SERTA KEUTAMAANNYA.
A. Kewajiban Belajar.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: طلب العلم فريضة على كل مسلم ومسلمة
Rasulullah saw bersabda : “Menuntut ilmu wajib bagi muslim laki-laki dan muslim perempuan”.
اعلم, بأنه لايفترض على كل مسلم، طلب كل علم وإنما يفترض عليه طلب علم الحال كما قال: وأفضل العلم علم الحال، وأفضل العمل حفظ الحال
Perlu diketahui bahwa, kewajiban menuntut ilmu bagi muslim laki-laki dan perempuan ini tidak untuk sembarang ilmu, tapi terbatas pada ilmu agama, dan ilmu yang menerangkan cara bertingkah laku atau bermuamalah dengan sesama manusia. Sehingga ada yang berkata,“Ilmu yang paling utama ialah ilmu Hal. Dan perbuatan yang paling mulia adalah menjaga perilaku.” Yang dimaksud ilmu hal ialah ilmu agama islam, shalat misalnya.
ويفترض على المسلم طلب ما يقع له فى حاله، فى أى حال كان، فإنه لابد له من الصلاة فيفترض عليه علم ما يقع له فى صلاته بقدر ما يؤدى به فرض الصلاة،
Oleh karena setiap orang islam wajib mengerjakan shalat, maka mereka wajib mengetahui rukun-rukun dan sarat-sarat sahnya shalat, supaya dapat melaksanakan shalat dengan sempurna.
ويجب عليه بقدر ما يؤدى به الواجب، لأن ما يتوسل به إلى إقامة الفرض يكون فرضا، وما يتوسل به إلى إقامة الواجب يكون واجبا وكذا فى الصوم، والزكاة، إن كان له مال، والحج إن وجب عليه. وكذا فى البيوع إن كان يتجر.
Setiap orang islam wajib mempelajari/mengetahui rukun maupun shalat amalan ibadah yang akan dikerjakannya untuk memenuhi kewajiban tersebut. Karena sesuatu yang menjadi perantara untuk melakukan kewajiban, maka mempelajari wasilah/perantara tersebut hukumnya wajib. Ilmu agama adalah sebagian wasilah untuk mengerjakan kewajiban agama. Maka, mempelajari ilmu agama hukumnya wajib. Misalnya ilmu tentang puasa, zakat bila berharta, haji jika sudah mampu, dan ilmu tentang jual beli jika berdagang.
قيل لمحمد بن الحسن، رحمة الله عليه: لما لاتصنف كتابا فى الزهد؟ قال: قد صنفت كتابا فى البيوع، يعنى: الزاهد من يحترز عن الشبهات والمكروهات فى التجارات.
Muhammad bin Al-Hasan pernah ditanya mengapa beliau tidak menyusun kitab tentang zuhud, beliau menjawab, “aku telah mengarang sebuah kitab tentang jual beli.” Maksud beliau adalah yang dikatakan zuhud ialah menjaga diri dari hal-hal yang subhat (tidak jelas halal haramnya) dalam berdagang.
وكذلك فى سائر المعاملات والحرف، وكل من اشتغل بشيئ منها يفترض عليه علم التحرز عن الحرام فيه. وكذلك يفترض عليه علم أحوال القلب من التوكل والإنابة والخشية والرضى، فإنه واقع فى جميع الأحوال.
Setiap orang yang berkecimpung di dunia perdagangan, wajib mengetahui cara berdagang dalam islam supaya dapat menjaga diri dari hal-hal yang diharamkan. Setiap orang juga harus mengetahui ilmu-ilmu yang berkaitan dengan batin atau hati, misalnya tawakal, tobat, takut kepada Allah, dan ridha. Sebab, semua itu terjadi pada segala keadaan.
B. Keutamaan Ilmu.
وشرف العلم لايخفى على أحد إذ هو المختص بالإنسانية لأن جميع الخصال سوى العلم، يشترك فيها الإنسان وسائر الحيوانات: كالشجاعة والجراءة والقوة والجود والشفقة وغيرها سوى العلم.
Tidak seorang pun yang meragukan akan pentingnya ilmu pengetahuan, karena ilmu itu khusus dimiliki umat manusia. Adapun selain ilmu, itu bisa dimiliki manusia dan bisa dimiliki binatang. Dengan ilmu pengetahuan.
وبه أظهر الله تعالى فضل آدم عليه السلام على الملائكة، وأمرهم بالسجود له.
Allah Ta’ala mengangkat derajat Nabi Adam as. Diatas para malaikat. Oleh karena itu, malaikat di perintah oleh Allah agar sujud kepada Nabi Adam as.
وإنما شرف العلم بكونه وسيلة الى البر والتقوى، الذى يستحق بها المرء الكرامة عند الله، والسعادة والأبدية، كما قيل لمحمد بن الحسن رحمة الله عليهما شعرا:
تعـلـم فــإن الـعلـم زيـن لأهــلــه            وفــضـل وعــنـوان لـكـل مـــحامـد
وكــن مـستـفـيدا كـل يـوم زيـادة            من العـلم واسـبح فى بحـور الفوائـد
تـفـقـه فإن الـفــقـه أفــضـل قائـد            الى الــبر والتـقـوى وأعـدل قـاصـد
هو العلم الهادى الى سنن الهدى             هو الحصن ينجى من جميع الشدائد
فـإن فـقيــهـا واحــدا مــتـورعــا            أشـد عـلى الشـيطـان من ألـف عابد
Ilmu itu sangat penting karena itu sebagai perantara (sarana) untuk bertaqwa. Dengan taqwa inilah manusia menerima kedudukan terhormat disisi Allah, dan keuntungan yang abadi. Sebagaimana dikatakan Muhammad bin Al-Hasan bin Abdullah dalam syairnya : “Belajarlah! Sebab ilmu adalah penghias bagi pemiliknya. dia perlebihan, dan pertanda segala pujian, Jadikan hari-harimu untuk menambah ilmu. Dan berenanglah di lautan ilmu yang berguna.”
Belajarlah ilmu agama, karena ia adalah ilmu yang paling unggul. Ilmu yang dapat membimbing menuju kebaikan dan taqwa, ilmu paling lurus untuk di pelajarai. Dialah ilmu yang menunjukkan kepada jalan yang lurus, yakni jalan petunjuk. Tuhan yang dapat menyelamatkan manusia dari segala keresahan. Oleh karena itu orang yang ahli ilmu agama dan bersifat wara’ lebih berat bagi setan daripada menggoda seribu ahli ibadah tapi bodoh.
C. Belajar Ilmu Akhlaq
(والعلم وسيلة إلى معرفة: الكبر، والتواضع، والألفة، والعفة، والأسراف، والتقتير، وغيرها)، وكذلك فى سائر الأخلاق نحو الجود، والبخل، والجبن، والجراءة. فإن الكبر، والبخل، والجبن، والإسراف حرام، ولايمكن التحرز عنها إلا بعلمها، وعلم ما يضادها، فيفترض على كل إنسان علمها.
Setiap orang islam juga wajib mengetahui/mempelajari akhlak yang terpuji dan yang tercela, seperti watak murah hati, kikir, penakut, pemberani, merendah diri, congkak, menjaga diri dari keburukan, israf (berlebihan), bakhil terlalu hemat dan sebagainya. Sifat sombong, kikir, penakut, israf hukumnya haram. Dan tidak mungkin bisa terhindar dari sifat-sifat itu tanpa mengetahui kriteria sifat-sifat tersebut serta mengetahui cara menghilangkannya. Oleh karena itu orang islam wajib mengetahuinya.
وقد صنف السيد الإمام الأجل الأستاذ الشهيد ناصر الدين أبو القاسم كتابا فى الأخلاق ونعم ما صنف، فيجب على كل مسلم حفظها.
Asy-Syahid Nasyiruddin telah menyusun kitab yang membahas tentang akhlak. Kitab tersebut sangat bermutu, dan perlu dibaca. Karena setiap orang wajib memelihara akhlaknya.
D. Ilmu Yang Fardu Kifayah dan Yang Haram dipelajari.
وأما حفظ ما يقع فى الأحايين ففرض على سبيل الكفاية، إذا قام البعض فى بلدة سقط عن الباقين، فإن لم يكن فى البلدة من يقوم به اشتركوا جميعا فى المأثم، فيجب على الإمام أن يأمرهم بذلك، ويجبر أهل البلدة على ذلك.
Adapun mempelajari amalan agama yang dikerjakan pada saat tertentu seperti shalat zenajah dan lain-lain, itu hukumnya fardhu kifayah. Jika di suatu tempat/daerah sudah ada orang yang mempelajari ilmu tersebut, maka yang lain bebas dari kewajiban. Tapi bila di suatu daerah tak ada seorangpun yang mempelajarinya maka seluruh daerah itu berdosa. Oleh karena itu pemerintah wajib memerintahkan kepada rakyatnya supaya belajar ilmu yang hukumnya fardhu kifayah tersebut. Pemerintah berhak memaksa mereka untuk mereka untuk melaksanakannya.
قيل: إن العلم ما يقع على نفسه فى جميع الأحوال بمنزلة الطعام لابد لكل واحد من ذلك.
وعلم ما يقع فى الأحايين بمنزلة الدواء يحتاج إليه (فى بعض الأوقات).
Dikatakan bahwa mengetahui/mempelajari amalan ibadah yang hukumnya fardhu ain itu ibarat makanan yang di butuhkan setiap orang. Sedangkan mempelajari amalan yang hukumnya fardhu kifayah, itu ibarat obat, yang mana tidak dibutuhkan oleh setiap orang, dan penggunaannya pun pada waktu-waktu tertentu.
وعلم النجوم بمنزلة المرض، فتعلمه حرام، لأنه يضر ولاينفع، والهرب عن قضاء الله تعالى وقدره غير ممكن.
Sedangkan mempelajari ilmu nujum itu hukumnya haram, karena ia diibaratkan penyakit yang sangat membahayakan. Dan mempelajari ilmu nujum itu hanyalah sia-sia belaka, karena ia tidak bisa menyelamatkan seseorang dari taqdir Tuhan.
فينبغى لكل مسلم أن يشتغل فى جميع أوقاته بذكر الله تعالى والدعاء، والتضرع، وقراءة القرآن، والصدقات [الدافعة للبلاء] [والصلاة] ، ويسأل الله تعالى العفو والعافية فى الدين والآخرة ليصون الله عنه تعالى البلاء والآفات، فإن من رزق الدعاء لم يحرم الإجابة. فإن كان البلاء مقدرا يصيبه لامحالة، ولكن يبر الله عليه ويرزقه الصبر ببركة الدعاء.
Oleh karena itu, setiap orang islam wajib mengisi seluruh waktunya dengan berzikir kepada Allah, berdo’a, memohon seraya merendahkan diri kepadaNya, membaca Al-Qur’an,dan bersedekah supaya terhindar dari mara bahaya.
اللهم إذا تعلم من النجوم قدرما يعرف به القبلة، وأوقات الصلاة فيجوز ذلك
Boleh mempelajari ilmu nujum (ilmu falaq) untuk mengetahui arah kiblat, dan waktu-waktu shalat.
وأما تعلم علم الطب فيجوز، لأنه سبب من الأسباب فيجوز تعلمه كسائر الأسباب.    وقد تداوى النبى عليه السلام،
Boleh pula mempelajari ilmu kedokteran, karena ia merupakan usaha penyembuhan yang tidak ada hubungannya dengan sihir, jimat, tenung dan lain-lainnya.Karena Nabi juga pernah berobat.
وقد حكى عن الشافعى رحمة الله عليه أنه قال: العلم علمان: علم الفقه للأديان، وعلم الطب للأبدان، وما وراء ذلك بلغة مجلس.
Imam Syafi’I rahimahullah berkata, “ilmu itu ada dua, yaitu ilmu piqih untuk mengetahui hukum agama, dan ilmu kedokteran untuk memelihara badan.”
E. Definisi Ilmu.
وأما تفسير العلم: فهو صفة يتجلى بها المذكور لمن قامت هى به كما هو. والفقه: معرفة دقائق العلم مع نوع علاج. قال أبو حنيفة رحمة الله عليه: الفقه معرفة النفس ما لها وما عليها. وقال: ما العلم إلا للعمل به، والعمل به ترك العاجل الآجل.
Ilmu ditafsiri dengan : Sifat yang dimiliki seseorang, maka menjadi jelaslah apa yang terlintas di dalam pengertiannya. Fiqih adalah: Pengetahuan tentang kelembutan-kelebutan ilmu. Ujar Abu Hanifah : Fiqih adalah pengetahuan tentang hal-hal yang berguna, yang berbahaya bagi diri seseorang. Ujarnya lagi : Ilmu itu hanya untuk diamalkannya, sedang mengamalkan di sini berarti meninggalkan orientasi demi akhirat.
فينبغى للإنسان أن لايغفل عن نفسه، ما ينفعها وما يضرها، فى أولها وآخرها، ويستجلب ما ينفعها ويجتنب عما يضرها، كى لايكون عقله وعمله حجة فيزداد عقوبة، نعوذ بالله من سخطه وعقوبه.
Maka seyogyanya manusia jangan sampai lengah diri dari hal-hal yang bermanfaat dan berbahaya di dunia dan akhirat. Dengan demikian dia akan mengambil mana yang bermanfaat dan menjauhi mana yang berbahaya, agar supaya baik akal dan ilmunya tidak menjadi beban pemberat atas dirinya dan menambah siksanya. Kita berlindung kepada allah dari murka dan siksanya.
وقد ورد فى مناقب العلم وفضائله، آيات وأخبار صحيحة مشهورة لم نشتغل بذكرها كى لايطول الكتاب.
Dalam masalah kebaikan keistimewaan dan keutaman ilmu itu, banyaklah ayat-ayat al-quran dan hadis-hadis shahih dan masyhur yang mengemukakannya. Namun kali ini tidak kami kedepankan, agarlah uraian kitab ini tidak terlalu berkepanjangan
فصل
فى النية فى حال التعلم
FASAL II
NIAT DI WAKTU BELAJAR
Niat Belajar.
ثم لابد له من النية فى زمان تعلم العلم، إذ النية هى الأصل فى جميع الأفعال لقوله عليه السلام: إنما الأعمال بالنيات. حديث صحيح.
Wajib berniat waktu belajar. Sebab niat itu menjadi pokok dari segala hal, sebagaimana sabda nabi saw : Sesungguhnya amal-amal perbuatan itu terserah niatnya” Hadits shahih.
[روى] عن رسول الله صلى الله عليه وسلم: كم من عمل يتصور بصورة عمل الدنيا، ثم يصير بحسن النية من أعمال الآخرة، وكم من عمل يتصور بصورة عمل الآخرة ثم يصير من أعمال الدنيا بسوء النية.
Dari beliau pula diriwayatkan sebuah hadits : ”Banyak amal perbuatan yang berbentuk amal dunia, lalu menjadi amal akhirat yang karena bururk niatnya maka menjadi amal dunia.”
Niatan Baik dan Buruk.
وينبغى أن ينوى المتعلم بطلب العلم رضاء الله والدار الآخرة، وإزالة الجهل عن نفسه، وعن سائر الجهال، وإحياء الدين وإبقاء الإسلام، فإن بقاء الإسلام بالعلم، ولايصح الزهد والتقوى مع الجهل.
وأنشدنا الشيخ الإمام الأجل الأستاذ برهان الدين صاحب الهداية لبعضهم شعرا:
فـساد كـبير عـالم مـتهتـك            وأكـبر منه جاهل متنسك
هما فتنة للعالمين عظيمة            لمن بهما فى دينه يتمسك
Di waktu belajar hendaklah berniat mencari Ridha Allah swt. Kebahagian akhirat, memerangi kebodohan sendiri dan segenap kaum bodoh, mengembangkan agama dan melanggengkan islam sebab kelanggengan islam itu harus diwujudkan dengan ilmu. Zuhud dan taqwapun tidak sah jika tanpa berdasar ilmu.
Syaikhul imam Ajall Burhanuddin Shahibul Hidayah menyanyikan syair gubahan sebagian ulama :
Hancur lebur, orang alim tak teratur
Lebih lebur, bila si jahil ibadah ngawur
Keduanya menjadi fitnah,menimpa ganas di dunia
Atas yang mengikutinya, sebagai dasar peri agama.
وينوى به: الشكر على نعمة العقل، وصحة البدن, ولا ينوى به إقبال الناس عليه، ولا استجلاب حطام الدنيا، والكرامة عند السلطان وغيره.
Dengan belajar pula, hendaklah diniati untuk mensyukuri kenikmatan akal dan badan yang sehat. Belajar jangan diniatkan untuk mencari pengaruh, kenikmatan dunia ataupun kehormatan di depan sultan dan penguasai-penguasa lain.
وقال محمد بن الحسن رحمة الله عليهما: لو كان الناس كلهم عبيدى لأعتقتهم وتبرأت عن ولائهم.
Muhammad Ibnul Hasan berucap: ‘andaikan seluruh manusia itu manjadi budak belianku, niscaya kumerdekakan seluruhnya dan bebaskan dari kekuasaanku.”
Kelezatan dan Hikmah Ilmu.
[وذلك لأن] من وجد لذة العلم والعمل به، قلما يرغب فيما عند الناس. أنشدنا الشيخ الإمام الأجل الأستاذ قوام الدين حماد بن إبراهيم بن إسماعيل الصفار الأنصارى إملاء لأبى حنيفة رحمة الله عليه:
من طلب العلم للمعاد        فاز بفضل من الرشاد
فـيالخسـران طالـبيـه        لـنيل فـضل من العباد
Siapa saja telah merasakan kelezatan rasa ilmu dan amal, maka semakin kecillah kegemarannya akan harta benda dunia. Syaikhul Imamil Ajall Ustadz Qawamuddin Hammad bin Ibrahim bin ismail Ash-Shoffar Al-Anshoriy membacakan kami syair imla’ abu hanifah :
Siapa saja gerangan, menuntut ilmu untuk hari kemudian untuklah dapat keutamaan, anugrah Allah penunjuk jalan
Aduh, saja merugi, penuntut ilmu nan suci
Hanya buat sesuap nasi, dari hamba ilahi.
اللهم إلا إّذا طلب الجاه للأمر بالمعروف والنهى عن المنكر، وتنفيذ الحق، وإعزاز الدين لا لنفسه وهواه، فيجوز ذلك بقدر ما يقيم به الأمر بالمعروف والنهى عن المنكر.
Tetapi jikalau dalam meraih keagungan itu demi amar ma’ruf nahi munkar, memperjuangkan kebenaran dan meluhurkan agama bukan untuk keperluan hawa nafsu sendiri makadiperbolehkan sejauh batas telah dapat menegakkan amar ma’ruf nahi munkar tersebut.
وينبغى لطالب العلم: أن يتفكر فى ذلك، فإنه يتعلم العلم بجهد كثير، فلايصرفه إلى الدنيا الحقيرة القليلة الفانية. (قال النبى صلى الله عليه وسلم: اتقوا الدنيا، فوالذى نفس محمد بيده إنها لأسحر من هاروت وماروت). شعر:
هى الـدنيا أقـل مـن الـقـليل    وعاشقها أذل من الذليل
تصم بسحرها قوما وتعمى    فـهم مـتخيرون بلا دليل
Penuntut ilmu hendaknya memperhatikan apa yang tersebut diatas. Ia telah mengatasi kepayahan yang cukup banyak, maka jangan sampai ilmu yang telah ia peroleh itu digunakan sarana bendahara duniawi yang hina, sedikit nilainya dan segera hancur ini. Syair menyebutkan :
Dunia itu sedikit, dan paling sedikit
Pecintanyapun hina, nan hina dina
Sihir dunia, membuat tuli dan buta
Kebingungan, tak tahu ke mana jalan
Pantangan Ahli ilmu.
وينبغى لأهل العلم أن لايذل نفسه بالطمع فى غير المطمع ويحترز عما فيه مذلة العلم وأهله. ويكون متواضعا، والتواضع بين التكبر والذلة، والعفة كذلك، ويعرف ذلك فى كتاب الأخلاق
Orang berilmu itu hendaklah jangan membuat dirinya sendiri menjadi hina lantaran tamak terhadap sesuatu yang tidak semestinya, jangan sampai terjerumus ke dalam lembah kehinaan ilmu dan ahli ilmu. Ia supaya berbuat tawadu’ (sikap tengah-tengah antara sombong dan kecil hati), berbuat iffah, yang keterangan lebih jauhya bisa kita dapati dalam kitab akhlaq.
أنشدنى الشيخ الإمام الأستاذ ركن الدين المعروف بالأديب المختار شعرا لنفسه:
Syaikhul imamil ajall ustadz ruknul islam yang terkenal sebagai sasterawan ternama mengemukakan gubahan syi’irnya:
إن الـتواضـع مـن خـصـال المـتقى            وبه التقى إلى المـعالى يرتقى
ومن العجائب عجب من هو جاهل            فى حالة أهو السعيد أم الشقى
أم كـيـف يخــتم عـمـره أو روحــه            يوم الـنوى مـتسفل أو مرتقى
والـكـــبـريـاء لـربـنـا صــفـة لــــه            مـخـصـوصة فتجـنبها واتقى
Tata kerama, benar-benar budi orang taqwa
Ia menanjak tinggi, dengan sikap
Ajaib, ajaiblah orang tidak tahu dirinya sendiri
Bahagiakah nanti, apa malah celaka diri ?
Bagaimana waktu meninggalkan dunia, pungkasan umur nyawanya.
Suul khatimah, apa husnul khatimah?
Keagungan, itu khusus sifat ar-rahman
Singkirlah, waspadalah!
قال أبو حنيفة رحمة الله عليه لأصحابه: عظموا عمائمكم ووسعوا أكمامكم. وإنما قال ذلك لئلا يستخف بالعلم وأهله
Kepada sahanat-sahabatnya, abu Hanifah berkata : ”besarkanlah putaran serban kalian, dan perlebarlah lobang lengan baju kalian”. ucapan ini dikemukakan agar supaya ilmu dan ahli ilmu tidak terpandang remeh.
Saran Khusus Buat pelajar.
وينبغى لطالب العلم أن يحصل كتاب الوصية التى كتبها أبو حنيفة رضى الله عليه ليوسف بن خالد السمتى عند الرجوع إلى أهله، يجده من يطلب العل وقد كان أستاذنا شيخ الإسلام برهان الدين على بن أبو بكر قدس الله روحه العزيز أمرنى بكتابته عند الرجوع إلى بلدى فكتبته، ولابد للمدرس والمفتى فى معاملات الناس منه، وبالله التوفيق.
Sebaiknya pelajar bisa mendapatkan buku wasiat tulisan Abu Hanifah (yang tadinya) untuk Yusuf Bin Khalid As-Simty waktu pulang kembali ketengah-tengah keluarganya. Dan buku ini bisa didapatkan oleh yang mau mencarinya. Guru kita sendiri, yaitu Syaikhul Imam Burhanul Immah Aliy Abu Bakar semoga Allah mensucikan ruhnya yang mulya itu adalah juga memerintahkan kami waktu mau pulang ke daerah agar menulis buku tersebut, dan kamipun melakukannya. Sang guru dan mufti (pemberi fatwa) bidang pergaulan manusia, tidak boleh tidak juga memegangi buku wasiat tersebut.

Selanjutnya klik disini 

Terjemah kitab kuning

Taqrib tengah Safinatun naja   Fathul muin Nashoihul ibad Syarah sittin Jurumiah Riyadul badiah Ta'limul muta...