Minggu, 10 Januari 2021

Fathul muin batal solat

Batal solat

فَصْلٌ فِي مُبْطِلَاتِ الصَّلاة


تَبْطُلُ الصٌَلَاةُ فَرْضُها ونَفْلُهَا لَا صَوْمٌ وَاعْتِكافٌ بِنيَة قَطْعِهَا وَتَعْلِيقِه بِحُصُولِ شَيْءٍ وَلَوْ مُحَالا عَادِيًّا.ٍّ وَتَرَدُّدٍ فِيْهِ أََيِ القَطْعِ وَلاَ مُؤَاخَذَةَ بوَسْوَاسٍ قَهْرِي فِي الصَّلاة كالإيمان وغَيرِه. وَبِفِعْلٍ كَثِيْرٍ يَقِينًا مِنْ غَيْرِ جِنْسِ أَفعَالهَا إِنْ صَدَرَ مِمَّنْ عَلِمَ تَحْرِيْمَه أوْ جَهِلَهُ وَلمْ يُعْذَر حَالَ كَوْنِهِ وِلاَءً عُرْفًا فِي غَير شِدَّةِ الخَوْفِ وَنَفْلِ السَّفَرِ بِخِلاَفِ الْقَلِيْل كَخَطْوَتَينِ وَإِنِ اتَّسَعَتَا حَيْثُ لاَ وَثْبَةَ وَالضَّرْبَتَين نَعَمْ لَوْ قَصَدَ ثَلاثًا مُتَوَالِيَةً ثُمَّ فَعَلَ وَاحِدَةً أَو شَرَعَ فِيْهَا بَطَلَتْ صَلاَتُهُ وَالْكَثِيْرِ الْمُتفرَّقِ بحيث يعد كل منقطعا عما قبله. وحد البغوي بأن يكون بينهما قدر ركعة ضعيف كما في المجموع ولو كان الفعل الكثير سهوا والكثير كثلاث مضغات. وخطوات توالت وإن كانت بقدر خطوة مغتفرة وكتحريك رأسه ويديه ولو معا والخطوة بفتح الخاء المرة وهي هنا نقل رجل الإمام أو غيره فإن نقل معها الأخرى ولو بلا تعاقب فخطوتان كما اعتمده شيخنا في شرح المنهاج لكن الذي جزم به في شرح الإرشاد وغيره أن نقل رجل مع نقل الأخرى إلى محاذاتها ولاء خطوة فقط فإن نقل كلا على التعاقب فخطوتان بلا نزاع. ولو شك في فعل أقليل أو كثير فلا بطلان. وتبطل بالوثبة وإن لم تتعدد. لا تبطل بحركات خفيفة وإن كثرت وتوالت بل تكره كتحريك أصبع أو أصابع في حك أو سبحة مع قرار كفه أو جفن أو شفة أو ذكر أو لسان لأنها تابعة لمحالها المستقرة كالأصابع ولذلك بحث أن حركة اللسان إن كانت مع تحويله عن محله أبطل ثلاث منها.

Salat menjadi batal baik salat fardhu atau sunnah tidak termasuk di sini puasa dan i'tikaf ( tidak menjadi batal sebab  perkara yang akan dituturkan nanti pen) yaitu
1.Niat memutuskan atau menggantungkannya dengan terjadinya sesuatu sekalipun perkara itu  biasanya mustahil terjadi.
2. Merasa ragu bahwa salat telah terputus, tetapi salat tidak batal sebab was-was yang mesti menimpanya dalam salat sebagaimana halnya dengan iman dan lainnya (ibadah ibadah selain salat -pen) .
3 sebab perbuatan yang banyak. Selain jenis perbuatan salat, dimana semua itu dipandang secara yakin. Jika hal itu dilakukan oleh orang yang mengerti atas keharamannya atau tidak mengerti tetapi ketidaktahuannya tidak dianggap sebagai uzur lagipula perbuatan banyak tersebut dilakukan secara sambung nyambung menurut penilaian umum dan perbuatan itu terjadi pada selain salat  khauf atau salat sunah dalam perjalanan. Lain masalah jika perbuatan itu sedikit seperti dua kali melangkah Sekalipun jauh asal tidak melompat atau dua kali pukulan. memang, tetapi jika dua langkah atau pukulan tersebut dimaksudkan untuk 3 kali yang sambung menyambung atau melakukan tiga kali perbuatan tapi baru dilakukan satu kali saja, maka batal shalatnya (sebab ia sudah bertujuan membatalkan salatnya). yang dimaksud dengan banyak tetapi terpisah-pisah adalah Asal perbuatan yang satu sudah dipandang pisah dari perbuatan sebelumnya, (perbuatan yang banyak tetapi sudah terpisah-pisah adalah tidak membatalkan salat sebab Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam pernah salat dengan menggendong umamah ketika sujud anak itu beliau Letakkan dan ketika berdiri digendong lagi) dan dalam hal ini batasan yang diberikan oleh Imam Al Baghawi bahwa; antara perbuatan yang satu dengan yang berikutnya adalah jarak kira-kira seukuran 1 rokaat adalah pendapat yang lemah sebagaimana yang termaktub dalam kitab Al majmu (milik Imam Nawawi).
Banyak perbuatan diatas sekalipun terjadi karena lupa (adalah tetap membatalkan salat -pen.)
Perbuatan banyak itu seperti 3 kali kecapan mengunyah tiga kali melangkah yang sambung-menyambung, sekalipun hanya Sepanjang 1 langkah yang diampuni adanya, atau seperti halnya menggelengkan kepala dan menggerak-gerakkan dua tangan. Lafal khotwah dengan dibaca fathah kha-nya adalah masdar marroh kata benda jadian yang digunakan untuk menerangkan banyak perbuatan, Sedangkan yang dimaksudkan disini,  adalah kepindahan kaki seseorang ke sebelah depan nya atau ke tempat lain. Kemudian, jika kaki yang lain ikut bergerak, sekalipun tidak bersambung, maka dihitung 2 langkah. Tetapi guru kami Imam Ibnu Hajar di dalam kitab syarah al-irsyad dan lainnya mengukuhkan bahwa kepindahan kaki satu lagi ke batas yang sejajar dengan sambung-menyambung adalah dihitung satu langkah saja. Jika memindahkan kedua kaki dengan cara sambung-menyambung adalah dihitung 2 langkah tanpa ada pertentangan di antara fuqaha. Apabila seseorang merasa ragu, Apakah perbuatan yang dilakukan itu termasuk sedikit atau banyak. Maka hal ini tidak membatalkan salatnya. Salat menjadi batal sebab melompat sekali pun tidak banyak jumlahnya.
Salat tidak batal sebab gerakan-gerakan ringan sekalipun berjumlah banyak dan sambung-menyambung, namun hanya makruh misalnya. Menggerak-gerakkan jari-jari tangan untuk menggaruk atau memutar tasbih dengan telapak tangan tanpa bergeser menggerakkan pelupuk mata bibir batang zakar atau lidah sebab kesemuanya itu mengikuti tempat masing-masing seperti halnya yang terjadi pada jari-jari. Dari Keterangan tersebut, sebagian fuqaha membahas masalah gerak lidah: bahwa bergeraknya lidah jika sampai bergeser dari tempatnya (mulut) dalam 3 kali gerakan adalah membatalkan salat.


قال شيخنا: وهو محتمل.
وخرج بالأصابع الكف فتحريكها ثلاثا ولاء مبطل إلا أن يكون به جرب لا يصبر معه عادة على عدم الحك فلا تبطل للضرورة. قال شيخنا: ويؤخذ منه أن من ابتلي بحركة اضطرارية ينشأ عنها عمل كثير سومح فيه. وإمرار اليد وردها على التوالي بالحك مرة واحدة وكذا رفعها عن صدره ووضعها على موضع الحك مرة واحدة أي إن اتصل أحدهما بالآخر وإلا فكل مرة على ما استظهره شيخنا. وبنطق عمدا ولو بإكراه بحرفين إن تواليا كما استظهره شيخنا من غير قرآن وذكر أو دعاء لم يقصد بها مجرد التفهيم كقوله لمن استأذنوه في الدخول: {ادْخُلُوهَا بِسَلامٍ آمِنِينَ} [15 سورة الحجر الآية: 46] فإن قصد القراءة أو الذكر وحده أو مع التنبيه لم تبطل وكذا إن أطلق على ما قاله جمع متقدمون.
لكن الذي في التحقيق والدقائق البطلان وهو المعتمد. وتأتي هذه الصور الأربعة في الفتح على الإمام بالقرآن أو الذكر وفي الجهر بتكبير الانتقال من الإمام والمبلغ. وتبطل بحرفين ولو ظهرا في تنحنح لغير تعذر قراءة واجبة كفاتحة
ومثلها كل واجب قولي كتشهد أخير وصلاة فيه فلا تبطل بظهور حرفين في تنحنح لتعذر ركن قولي أو ظهرا في نحوه كسعال وبكاء وعطاس وضحك. وخرج بقولي لغير تعذر قراءة واجبة ما إذا ظهر حرفان في تنحنح لتعذر قراءة مسنونة كالسورة أو القنوت أو الجهر بالفاتحة فتبطل.
وبحث الزركشي جواز التنحنح للصائم لإخراج نخامة تبطل صومه.

Guru kami berkomentar: hal tersebut masih belum pasti  (muhtamal).
Telapak tangan adalah dikecualikan dari jari-jari karena itu, menggerakkan telapak tangan sebanyak 3 kali secara sambung-menyambung adalah membatalkan salat kecuali bagi orang yang terjangkit gatal-gatal, yang biasanya sudah tidak tahan lagi jika tidak menggaruknya, maka hal ini tidak membatalkan salat karena ada udzur darurat ( keterpaksaan). Guru kami berkata : dari Keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa orang yang tertimpa suatu penyakit selalu bergerak, yang memaksanya Untuk menimbulkan banyak perbuatan, adalah dimaklumi adanya. Menggabungkan tangan dan mengembalikan lagi secara bersambung, dihitung Satu kali gerakan. demikian pula mengangkat tangan dari dada dan meletakkannya pada tempat yang di garuk, adalah 1 kali gerakan.Demikian itu, jika satu dengan lainnya bersambung: kalau tidak demikian maka masing-masing dihitung 1 kali gerakan demikian itu seperti yang dijelaskan oleh guru kami Ibnu hajar.
4. berucap 2 huruf jika sambung menyambung, di mana ucapan tersebut memang disengaja, sekalipun karena dipaksa; demikian itu seperti yang dijelaskan oleh guru kami. Lain halnya jika yang diucapkan itu berupa Quran, dzikir atau doa yang kesemuanya itu tidak bertujuan memberi kepahaman terhadap seseorang. Misalnya orang yang meminta izin masuk, lantas oleh orang yang sedang salat mengucapkan; udkhuluha... dan seterusnya, (Silahkan masuk dengan selamat dan sentosa). Jika bacaan tersebut dimaksudkan sebagai bacaan Quran atau dzikir saja; atau qiroah dzikir  (disertai peringatan, maka salatnya tidak batal).
Demikian juga tidak batal, jika dibaca secara mutlak, sebagaimana yang dikemukakan oleh segolongan fuqaha. Tetapi Imam An Nawawi dalam kitab at tahqiq dan mengatakan akan kebatalan salat jika Quran atau dzikir tersebut dibaca nya secara mutlak (tidak ada tujuan apa-apa) ; Dan inilah yang muktamad. Keempat tersebut (qiroah, dzikir qiroah dzikir bersama tanbih, dan mutlak) dapat terjadi dalam mengingat amal awal bacaan Imam jangan lupa. baik dengan Quran atau dzikir, dan bisa terjadi dalam mengeraskan suara bacaan Takbir intiqal bagi imam dan mubaligh (penyambung suara), Salat menjadi batal sebab mengucapkan dua huruf sekalipun huruf tersebut terucap bersamaan dengan deham yang tidak dianggap uzur dalam bacaan wajib salat, misalnya membaca Al fatihah.
Seperti halnya Al Fatihah, adalah setiap bacaan wajib, seperti Tasyahud akhir dan Shalawat Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam. Salat tidak batal sebab melontarkan 2 huruf bersamaan berdehem - dehem karena uzur dalam bacaan rukun salat. Atau juga batal sebab terlontarnya dua huruf tersebut bersamaan dengan adanya misalnya batuk, nangis, bersin dan tertawa.
Tidak termasuk ketentuan ku Yang Tidak Dianggap uzur dalam bacaan wajib apabila 2 huruf tersebut terlontar bersamaan dengan deham karena uzur dalam bacaan sunnah, misalnya; surah; atau membaca keras surat Al Fatihah. Karena ini semua, batal shalatnya. Imam Az zarkasyi membahas atas dibolehkan berdeham dalam salat bagi orang yang sedang berpuasa, guna mengeluarkan liur dahak yang dapat membatalkan puasanya ( jika ditelan). 


قال شيخنا: ويتجه جوازه للمفطر أيضا لإخراج نخامة تبطل صومه. قال شيخنا: ويتجه جوازه للمفطر أيضا لإخراج نخامة تبطل صلاته بأن نزلت لحد الظاهر ولم يمكنه إخراجها إلا به. ولو تنحنح إمامه فبان منه حرفان لم يجب مفارقته لان الظاهر تحرزه عن المبطل نعم إن دلت قرينة حاله على عدم عذره وجبت مفارقته كما بحثه السبكي. ولو ابتلي شخص بنحو سعال دائم بحيث لم يخل زمن من الوقت يسع الصلاة بلا سعال مبطل. قال شيخنا: الذي يظهر العفو عنه ولا قضاء عليه لو شفي. أو بنطق بحرف مفهم ك: ق و ع وف أو بحر ف ممدود لان الممدود في الحقيقة حرفان. ولا تبطل الصلاة بتلفظه بالعربية بقربة توقفت على اللفظ كنذر وعتق كأن قال: نذرت لزيد بألف أو أعتقت فلانا وليس مثله التلفظ بنية صوم أو اعتكاف لأنها لا تتوقف على اللفظ فلم تحتج إليه ولا بدعاء جائز ولو لغيره بلا تعليق ولا خطاب لمخلوق فيهما فتبطل بهما عند التعليق كإن شفى الله مريضي فعلي عتق رقبة أو اللهم اغفر لي إن شئت وكذا عند خطاب مخلوق غير النبي صلى الله عليه وسلم. ولو عند سماعه لذكره على الأوجه نحو نذرت لك بكذا أو رحمك الله ولو لميت.


guru kami berkata; kebolehan hal itu diarahkan juga untuk orang yang tidak berpuasa karena bertujuan mengeluarkan liur dahak yang bisa membatalkan salatnya ; sebagaimana liur dahak itu sudah mengalir ke bagian luar (mahraj huruf kha -pen) dan tidak mungkin mengeluarkannya, kecuali dengan berdeham. Jika Imam berdehem dan dari dehemnya terlontar 2 huruf, maka tidak wajib mufaroqoh dengannya. Sebab menurut pandangan lahirnya ia dapat menjaga hal yang membatalkan salat. Memang!,  jika ada alasan yang menunjukkan ketidak uzuran Imam maka hukum mufaraqah adalah wajib menurut hasil pembahasan Imam as-subki. Jika seseorang tertimpa penyakit terus-menerus batuk, sehingga tidak ada waktu yang terhubung sepanjang melakukan salat tanpa berbatuk yang bisa membatalkan salat. guru kami menjawab hukumnya; yang jelas, batuk-batuk tersebut diampuni adanya, dan nanti setelah sembuh, ia tidak wajib mengqadha shalatnya.
Atau salat itu batal sebab berucap satu huruf yang memahamkan, seperti huruf قِ (qi) jagalah, huruf ( ع)i sadarlah, huruf (ف) P patuhilah atau satu huruf yang terbaca panjang, huruf yang terbaca panjang pada dasarnya adalah 2 huruf. Salat tidak batal sebab mengucapkan bahasa Arab di mana ibadah itu menjadi sah dengan mengucapkannya misalnya, nadzar dan memerdekakan budak. misalnya kata-kata nadzartu... dan seterusnya (aku Nazar memberi uang Rp1.000 untuk jaid atau saya memerdekakan sipulan). Lain halnya melafalkan niat puasa atau itikaf karena niat itu untuk hal itu tidak tergantung sahnya pada lafal, maka tidak butuh untuk diucapkan: dan tidak batal pula sebab mengucapkan doa yang jaiz sekalipun untuk orang lain. (yang mana ibadah dan doa tersebut) tidak digantungkan adanya dan tidak ditetapkan kepada makhluk. Karena itu, salat menjadi Batal, bila ucapan ibadah atau doa tersebut digantungkan, misalnya: IN SafaAllah.... dan seterusnya (Jika Allah menyembuhkan sakit ku maka aku akan memerdekakan seorang budak) atau berdoa: allahumagfirli... dan seterusnya ( Ya Allah ampunilah diriku jika berkenan). demikian juga salat akan batal jika ucapan ibadah atau doa tersebut dikhitabkan kepada makhluk selain Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam. Sekalipun Di saat dia (musally) mendengar nama Nabi Shallallahu alaihi wasallam tertuturkan menurut beberapa tinjauan misalnya: Nadzartu.... dan Seterusnya (saya nadar begini kepadamu atau Semoga Allah merahmati engkau). Sekalipun yang di khitab adalah orang mati.

ويسن لمصل سلم عليه الرد بالإشارة باليد أو الرأس ولو ناطقا ثم بعد الفراغ منها باللفظ.
ويجوز الرد بقوله: عليه السلام كالتشميت برحمة الله. ولغير مصل رد سلام تحلل مصل.
ولمن عطس فيها أن يحمد ويسمع نفسه.
لا تبطل بيسير نحو تنحنح عرفا لغلبة عليه.
ولا بيسير كلام عرفا كالكلمتين والثلاث.
قال شيخنا: ويظهر ضبط الكلمة هنا بالعرف.
بسهو أي: مع سهوه عن كونه في الصلاة بأن نسي أنه فيها لأنه صلى الله عليه وسلم لما سلم من ركعتين تكلم بقليل معتقدا الفراغ وأجابوه به مجوزين النسخ ثم بنى هو وهم عليها ولو ظن بطلانه بكلامه القليل سهوا فتكلم كثيرا لم يعذر. وخرج بيسير تنحنح لغلبة وكلام بسهو كثيرهما فتبطل بكثرتهما ولو مع غلبة وسهو وغيره. أو مع سبق لسان إليه أو مع جهل تحريمه أي الكلام فيها. لقرب إسلام وإن كان بين المسلمين. أو بعد عن العلماء أي عمن يعرف ذلك. ولو سلم ناسيا ثم تكلم عامدا أي يسيرا أو جهل تحريم ما أتى به مع علمه بتحريم جنس الكلام أو كون التنحنح مبطلا مع علمه بتحريم الكلام لم تبطل لخفاء ذلك على العوام.

Sunnah bagi orang yang salat yang diucapin salam oleh orang lain agar menjawabnya dengan isyarah tangan atau kepala, sekalipun dalam keadaan membaca, Lalu setelah salat, salam tersebut dijawab dengan ucapan. Bagi orang yang salat Boleh salam dengan ucapan: wa Alaihissalam sebagaimana kebolehan mendoakan orang yang sedang bersin dengan ucapan rahimahullaah. Sunnah bagi selain orang yang salat, menjawab salam yang diucapkan oleh orang yang sedang salat. (maksudnya, salam yang merupakan rukun salat, yaitu salam pertama). Sunnah bagi orang yang bersin dalam salat, supaya membaca Hamdalah dengan suara pelan, cukup terdengar oleh dirinya sendiri. Sedikit berdehem menurut ukuran umum, karena tidak mampu menahan nya adalah tidak membatalkan salat. (maksudnya, deham yang sampai melontarkan atau mengeluarkan huruf)
Tidak batal juga sebab sedikit berbicara, menurut ukuran umum seperti 2 atau 3 kata. guru kami berkata: jelaslah bahwa batasan kalimat ( kata) disini, adalah menurut umum. perkataan yang sedikit tersebut terjadi karena tidak sengaja (lupa) kalau dirinya sedang menunaikan salat. Karena Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Ketika selesai salam dua rakaat, beliau berbicara sedikit dengan keyakinannya, bahwa salatnya telah selesai. ( ketika beliau menanyakan kepada sahabat pria hal yang ditanyakan oleh sahabat dzul yadain), para sahabat menjawabnya dengan sepatah kata pula, Dimana mereka mengira bahwa salat ( yang berakaat 4) sudah Dinasakhkan ( menjadi dua rakaat) Kemudian beliau dan sahabat-sahabat meneruskan salat yang 2 rokaat itu. Jika orang yang salat mengira, bahwa dengan sedikit berbicara tanpa disengaja itu dapat membatalkan salat lalu berbicara dengan panjang lebar, maka hal ini tidak dapat dikatakan sebagai udzur (artinya salat tetap batal). Tidak termasuk dalam ketentuan-ketentuan sedikit terpaksa berdeham dan sedikit berbicara yang tidak sengaja "apabila berdeham dan berbicara itu banyak. karena itu, salat menjadi batal sebab banyaknya kedua hal itu sekalipun terjadi karena terpaksa, lupa dan sebagainya.
Atau salat tidak batal sebab sedikit berbicara yang terjadi sebab lisan terlanjur. Atau tidak mengerti, Kalau berbicara ketika salat adalah haram: sebab baru masuk Islam sekalipun ia berkumpul dengan masyarakat muslim, atau karena jauh dari ulama, yaitu orang yang mengetahui hukum yang berkaitan dengan masalah diatas. Jika ia mengucapkan salam karena lupa kemudian berbicara sepatah, atau ia tidak mengerti bahwa apa yang ia lakukan adalah haram namun mengerti jenis berbicara yang haram dalam salat atau tidak mengetahui bahwa berdeham adalah dapat membatalkan salat namun ia tidak tahu bahwa berbicara dalam salat adalah haram maka salatnya tidak haram. Masalah tersebut masih belum banyak diketahui oleh masyarakat awam


وتبطل بمفطر وصل لجوفه وإن قل وأكل كثير سهوا وإن لم يبطل به الصوم فلو ابتلع نخامة نزلت من رأسه لحد الظاهر من فمه أو ريقا متنجسا بنحو دم لثته وإن ابيض أو متغيرا بحمرة نحو تنبل1 بطلت. أما الأكل القليل عرفا ولا يتقيد بنحو سمسمة من ناس أو جاهل معذور ومن مغلوب كأن نزلت نخامته لحد الظاهر وعجز عن مجها وجرى ريقه بطعام بين أسنانه وقد عجز عن تمييزه ومجه فلا يضر للعذر.

5. sesuatu masuk pada perut yang dapat membatalkan puasa, sekalipun hanya sedikit. batal juga sebab makan yang banyak, karena lupa, sekalipun hal ini tidak dapat membatalkan puasa. Apabila seseorang menelan liur dahak yang keluar dari kepala ke bagian luar mulutnya, atau menelan ludah yang bernajis karena tercampur darah dari gusinya, sekalipun berwarna putih atau sedikit kemerah-merahan seperti warna buah tanbul maka batal shalatnya. Mengenai makan sedikit menurut umum di sini tidak dibatasi seukuran biji-bijian yang dilakukan karena lupa atau bodoh yang tidak di anggap udzur, atau dilakukan karena terpaksa, misalnya, jika air liur dahak keluar ke bagian luar dan tidak bisa ditepisnya, atau jika air liur mengalir bersama makanan yang terselip di antara gigi, serta Ia tidak mampu memisahkan nya, lalu membuang ( memuntahkan Nya), maka yang seperti itu tidak mempengaruhi apa-apa sebab ada uzur.


وتبطل بزيادة ركن فعلي عمدا لغير متابعة كزيادة ركوع أو سجود وإن لم يطمئن فيه.
ومنه كما قال شيخنا: أن ينحني الجالس إلى أن تحاذي جبهته ما أمام ركبتيه ولو لتحصيل توركه أو افتراشه المندوب لان المبطل لا يغتفر للمندوب. ويغتفر القعود اليسير بقدر جلسة الاستراحة قبل السجود وبعد سجد التلاوة وبعد سلام إمام مسبوق في غير محل تشهده. أما وقوع الزيادة سهوا أو جهلا عذر به فلا يضر كزيادة سنة نحو رفع اليدين في غير محله أو ركن قولي كالفاتحة أو فعلي للمتابعة كأن ركع أو سجد قبل إمامه ثم عاد إليه. وتبطل باعتقاد أو ظن فرض معين من فروضها نفلا لتلاعبه لا إن اعتقد العامي نفلا من أفعالها فرضا أو علم أن فيها فرضا ونفلا ولم يميز بينهما ولا قصد بفرض معين النفلية ولا إن اعتقد أن الكل فروض.

6. sengaja menambah rukun fi'li yang tidak dalam keadaan bermakmum, misalnya menambah ruku atau sujud, sekalipun tidak dengan tumakninah didalamnya. Termasuk yang membatalkan salat seperti yang dikatakan oleh guru kami ialah bila dalam keadaan duduk seseorang membungkuk sehingga keningnya sejajar dengan depan lututnya sekalipun hal itu dilakukan agar dapat duduk tawarruk atau iftirasy yang kedua-duanya disunahkan.  sebab melakukan perbuatan yang membatalkan salat itu tidak dapat diampuni adanya demi melakukan perbuatan sunnah. Diampuni adanya, duduk sejenak seukuran duduk istirahat sebelum sujud, setelah sujud tilawah, dan bagi makmum masbuk sesudah salam imam yang tidak bertepatan dengan Tasyahud awal makmum itu.
Adapun penambahan yang terjadi karena lupa atau tidak mengerti, maka dianggap sebagai udzur maka tidak mempengaruhi atas kesahan salat, sebagaimana halnya menambah kesunahan, semacam mengangkat kedua tangan di tempat yang tidak semestinya, atau menambah rukun qauli misalnya al-fatihah, atau rukun fi'li dalam keadaan bermakmum, misalnya rukuk atau sujud sebelum imamnya, lalu kembali lagi.
7. yakin atau mengira fardhu salat sebagai sunnah, sebab hal ini dianggap main-main. Tidak batal, jika seseorang yang Ami (buta hukum) meyakinkan perbuatan-perbuatan sunah salat sebagai fardu atau ia mengerti bahwa dalam salat itu ada perbuatan fardhu dan Sunnah, tapi tidak membedakan antara yang sunnah dengan yang fardu serta tidak dimaksudkan fardu tertentu sebagai yang sunah. Tidak batal juga, jika seseorang jika orang buta hukum itu meyakini semua perbuatan dalam salat sebagai fardhu.

تنبيه: ومن المبطل أيضا حدث ولو بلا قصد واتصال نجس لا يعفى عنه إلا إن دفعه حالا وانكشاف عورة إلا إن كشفها ريح فستر حالا وترك ركن عمدا وشك في نية التحرم أو شرط لها مع مضي ركن قولي أو فعلي أو طول زمن وبعض القولي ككله مع طول زمن شك أو مع قصره ولم يعد ما قرأه فيه

Peringatan
Termasuk membatalkan salat:
1. Hadas, sekalipun tidak disengaja.
2. terkena najis yang tidak di maksud (pada badan pakaian atau tempat orang yang sedang salat), kecuali najis itu dibuang seketika.
3. terbuka aurat kecuali jika aurat itu terbuka sebab angin lalu dengan seketika ditutup lagi.
4. sengaja meninggalkan rukun.
5. merasa ragu akan niat Takbiratul Ihram atau syarat niat itu padahal salat sudah berjalan satu rukun qauli atau fi'li, atau telah lama masa keraguan; ( melampaui) sebagian rukun qauli yang terjadi dengan massa keraguan yang panjang atau pendek, tetapi Bacaan yang dibaca dalam keraguan tersebut Tidak Dianggap apa-apa, adalah seperti halnya melampaui keseluruhannya (keraguan niat Takbiratul Ihram atau syaratnya, yang terjadi seperti tersebut adalah membatalkan salat -pen ).

فرع لو أخبره عدل رواية بنحو نجس أو كشف عورة مبطل لزمه قبوله أو بنحو كلام مبطل فلا.
وندب لمنفرد رأى جماعة مشروعة أن يقلب فرضه الحاضر لا الفائت نفلا مطلقا ويسلم من ركعتين إذا لم يقم لثالثة ثم يدخل في الجماعة.
نعم إن خشي فوت الجماعة إن تمم ركعتين استحب له قطع الصلاة واستئنافها جماعة ذكره في المجموع. وبحث البلقيني أنه يسلم ولو من ركعة أما إذا قام لثالثة أتمها ندبا إن لم يخش فوت الجماعة ثم يدخل في الجماعة

Cabang:
Apabila seseorang diberi tahu oleh orang yang adil riwayatnya, bahwa dia terkena najis atau terbuka auratnya yang sampai membatalkan salat, maka wajib baginya menerima berita itu, tapi, jika yang diberitakan adalah semacam pembicaraan yang dapat membatalkan salat maka baginya tidak wajib menerima dalam kurung mempercayai berita itu, buka kurung perbedaan adil dalam syahadat; kalau yang pertama mencakup budak dan wanita sedangkan yang kedua khusus dilakukan oleh orang Merdeka, serta laki-laki -pen). Sunnah bagi orang yang salat sendirian (munfarid) yang mengetahui bahwa salat jamaah sedang dikerjakan supaya membalik -salat fardu ada' yang sedang dilakukan bukan salat qadha- menjadi salat sunah mutlak, lalu bersalam setelah dua rakaat, Jika waktu itu ia tidak berdiri untuk rakaat ketiga, kemudian mengikuti salat jamaah. Memang! Jika ia merasa khawatir, Tertinggal jamaah Kalau menyempurnakan salat 2 rokaat itu, maka disunahkan memutus shalatnya, lalu memulai lagi dengan berjamaah. seperti inilah yang dituturkan oleh Imam Nawawi dalam kitab Al majmu. Imam Albulqini membahas; hendaknya ia mengucapkan salam, sekalipun baru satu rakaat. Adapun jika baru bertepatan berdiri untuk rakaat ketiga hendaknya Kakak itu disempurnakan, jika tidak khawatir Tertinggal jamaah, lalu mengikuti jamaah.

التنبل أو التانبول: ورق نبات يقطيني ينبسط على الأرض هندي المنشأ والاسم قال عنه داود الأنطاكي: يقوم مقام الخمر في كل مالها من الأفعال النفسية والبدنية يخزنه متعاطيه في فمه فيحمر الفم والشفة واللسان وكذلك الريق.

Tanbul

Selanjutnya klik disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terjemah kitab kuning

Taqrib tengah Safinatun naja   Fathul muin Nashoihul ibad Syarah sittin Jurumiah Riyadul badiah Ta'limul muta...