Jumat, 26 Juli 2019

Kiamat


Hari akhir atau kiamat diawali dengan ditiupnya sangkakala oleh malaikat isrofil untuk kehancuran atau kematian para mahluk, tiupan kedua untuk kebangkitan, seluruh mahluk dikumpulkan dipadang makhsyar yaitu bumi putih yang datar, mereka tidak beralas kaki, pakaian dan dalam keadaan kulup, untuk dihisab (diperhitungkan) amalnya dan diberi buku catatan amalnya, orang mukmin menerima buku dengan tangan kanan, orang kafir dengan tangan kiri, amal mereka akan ditimbang, bila amal baik yang lebih berat akan masuk surga, bila amal buruk yang lebih berat akan masuk neraka, mereka akan digiring menuju as shirot yaitu jembatan tali yang dibentangkan diatas neraka menuju surga, jembatan tersebut lebih halus daripada rambut lebih tajam dari pedang, orang kafir tidak bisa melewati jembatan itu dan jatuh keneraka, orang mukmin akan selamat melewatinya sempai ketujuan dan meminum air telaga nabi Muhammad SAW dan mendapat syafaatnya.
Sedangkan tanda-tanda datangnya kiamat ada banyak, dan terbagi menjadi dua macam yaitu tanda-tada besar datangnya kiamat dan tanda-tanda kecil datangnya kiamat.
Tanda-tanda besar datangnya kiamat ada sepuluh seperti yang terdapat  dalam hadits berikut.
ﻋَﻦْ ﺣُﺬَﻳْﻔَﺔَ ﺑْﻦِ ﺃَﺳِﻴﺪٍ ﺍﻟْﻐِﻔَﺎﺭِﻱِّ ﻗَﺎﻝَ ﺍﻃَّﻠَﻊَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻋَﻠَﻴْﻨَﺎ ﻭَﻧَﺤْﻦُ ﻧَﺘَﺬَﺍﻛَﺮُ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻣَﺎ ﺗَﺬَﺍﻛَﺮُﻭﻥَ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﻧَﺬْﻛُﺮُ ﺍﻟﺴَّﺎﻋَﺔَ ﻗَﺎﻝَ ﺇِﻧَّﻬَﺎ ﻟَﻦْ ﺗَﻘُﻮﻡَ ﺣَﺘَّﻰ ﺗَﺮَﻭْﻥَ ﻗَﺒْﻠَﻬَﺎ ﻋَﺸْﺮَ ﺁﻳَﺎﺕٍ ﻓَﺬَﻛَﺮَ ﺍﻟﺪُّﺧَﺎﻥَ ﻭَﺍﻟﺪَّﺟَّﺎﻝَ ﻭَﺍﻟﺪَّﺍﺑَّﺔَ ﻭَﻃُﻠُﻮﻉَ ﺍﻟﺸَّﻤْﺲِ ﻣِﻦْ ﻣَﻐْﺮِﺑِﻬَﺎ ﻭَﻧُﺰُﻭﻝَ ﻋِﻴﺴَﻰ ﺍﺑْﻦِ ﻣَﺮْﻳَﻢَ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻭَﻳَﺄَﺟُﻮﺝَ ﻭَﻣَﺄْﺟُﻮﺝَ ﻭَﺛَﻠَﺎﺛَﺔَ ﺧُﺴُﻮﻑٍ ﺧَﺴْﻒٌ ﺑِﺎﻟْﻤَﺸْﺮِﻕِ ﻭَﺧَﺴْﻒٌ ﺑِﺎﻟْﻤَﻐْﺮِﺏِ ﻭَﺧَﺴْﻒٌ ﺑِﺠَﺰِﻳﺮَﺓِ ﺍﻟْﻌَﺮَﺏِ ﻭَﺁﺧِﺮُ ﺫَﻟِﻚَ ﻧَﺎﺭٌ ﺗَﺨْﺮُﺝُ ﻣِﻦْ ﺍﻟْﻴَﻤَﻦِ ﺗَﻄْﺮُﺩُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ ﺇِﻟَﻰ ﻣَﺤْﺸَﺮِﻫِﻢْ
Artinya, “Dari Hudzaifah bin Asid Al-Ghifari berkata, Rasulullah SAW menghampiri kami saat kami tengah membicarakan sesuatu. Ia bertanya, ‘Apa yang kalian bicarakan?’ Kami menjawab, ‘Kami
membicarakan kiamat.’ Ia bersabda, ‘Kiamat tidaklah terjadi sehingga kalian melihat sepuluh tanda-tanda sebelumnya.’ Rasulullah menyebut
kabut, Dajjal, binatang melata (ad-dābbah), terbitnya matahari dari barat, turunnya Isa bin Maryam AS,
Ya'juj dan Ma'juj, tiga penenggelaman (tanah amblas)
penenggelaman yang terjadi di barat, penenggelaman yang terjadi di timur, dan (penenggelaman yang terjadi) di Jazirah Arab, yang terakhir adalah api muncul dari Yaman menggiring manusia menuju tempat perkumpulan mereka,”
يَمْلَأُ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ، يَمْكُثُ أَرْبَعِينَ يَوْمًا وَلَيْلَةً، أَمَّا الْمُؤْمِنُ فَيُصِيبُهُ مِنْهُ كَهَيْئَةِ الزُّكْمَةِ ، وَأَمَّا الْكَافِرُ فَيَكُونُ بِمَنْزِلَةِ السَّكْرَانِ، يَخْرُجُ مِنْ مَنْخِرَيْهِ وَأُذُنَيْهِ وَدُبُرِهِ"
Kabut memenuhi semua kawasan  timur hingga  barat; tinggal selama empat puluh hari empat puluh malam. Adapun orang mukmin hanya mengalami seperti terserang pilek akibat pengaruh kabut itu. Sedangkan orang kafir mengalami seperti orang yang mabuk; kabut itu keluar dari lubang hidungnya, kedua telinganya, dan dubur (liang anus) nya.
Dari Anas, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
ﻣَﺎ ﺑُﻌِﺚَ ﻧَﺒِﻰٌّ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺬَﺭَ ﺃُﻣَّﺘَﻪُ ﺍﻷَﻋْﻮَﺭَ ﺍﻟْﻜَﺬَّﺍﺏَ ، ﺃَﻻَ ﺇِﻧَّﻪُ ﺃَﻋْﻮَﺭُ ،
ﻭَﺇِﻥَّ ﺭَﺑَّﻜُﻢْ ﻟَﻴْﺲَ ﺑِﺄَﻋْﻮَﺭَ ، ﻭَﺇِﻥَّ ﺑَﻴْﻦَ ﻋَﻴْﻨَﻴْﻪِ ﻣَﻜْﺘُﻮﺏٌ ﻛَﺎﻓِﺮٌ
“ Tidaklah seorang Nabi pun diutus selain telah memperingatkan kaumnya terhadap yang buta
sebelah lagi pendusta. Ketahuilah bahwasanya dajjal itu buta sebelah, sedangkan Rabb kalian tidak buta
sebelah. Tertulis di antara kedua matanya
“KAAFIR ”.” (HR. Bukhari no. 7131)
قَالَ [الْإِمَامُ] أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ أَبُو الْعَبَّاسِ الدِّمَشْقِيُّ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ يَزِيدَ بْنِ جَابِرٍ، حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ جَابِرٍ الطَّائِيُّ -قَاضِي حِمْصَ-حَدَّثَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ جُبَير بْنِ نُفَير الْحَضْرَمِيُّ، عَنِ أَبِيهِ، أَنَّهُ سَمِعَ النَّوّاس بْنَ سمْعانَ الْكِلَابِيَّ قَالَ: ذَكَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الدَّجَّالَ ذَاتَ غَداة، فخَفَض فِيهِ ورَفَع، حَتَّى ظَنَنَّاهُ فِي طَائِفَةِ النَّخْلِ، [فَلَمَّا رُحْنَا إِلَيْهِ عَرَفَ ذَلِكَ فِي وُجُوهِنَا، فَسَأَلْنَاهُ فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، ذَكَرْتَ الدَّجَّالَ الْغَدَاةَ، فَخَفَّضْتَ فِيهِ وَرَفَّعْتَ حَتَّى ظَنَنَّاهُ فِي طَائِفَةِ النَّخْلِ]. فَقَالَ: "غَيْرُ الدَّجَّالِ أخْوَفُني عَلَيْكُمْ، فَإِنْ يَخْرُجْ وَأَنَا فِيكُمْ فَأَنَا حَجِيجُه دُونَكُمْ، وَإِنْ يَخْرُجْ وَلَسْتُ فِيكُمْ فَامْرُؤٌ حَجِيجُ نَفْسِهِ، وَاللَّهُ خَلِيفَتِي عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ: إنه شاب جَعْدُ قَطَط عينهطَافِيَةٌ، وَإِنَّهُ يَخْرُجُ خَلَةَ بَيْنَ الشَّامِ وَالْعِرَاقِ، فَعَاثَ يَمِينًا وَشِمَالًا يَا عِبَادَ اللَّهِ اثْبُتُوا". قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا لُبْثُهُ فِي الْأَرْضِ؟ قَالَ: "أَرْبَعِينَ يَوْمًا، يَوْمٌ كَسَنَةٍ، وَيَوْمٌ كَشَهْرٍ، وَيَوْمٌ كَجُمُعَةٍ، وَسَائِرُ أَيَّامِهِ كَأَيَّامِكُمْ". قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَذَاكَ الْيَوْمُ الَّذِي هُوَ كَسَنَةٍ، أَتَكْفِينَا فِيهِ صَلَاةُ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ؟ قَالَ: "لَا اقْدِرُوا لَهُ قَدْرَهُ". قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَمَا إِسْرَاعُهُ فِي الْأَرْضِ؟ قَالَ: "كَالْغَيْثِ اسْتَدْبَرَتْهُ الرِّيحُ". قَالَ: "فَيَمُرُّ بِالْقوم  فَيَدْعُوهُمْ فَيَسْتَجِيبُونَ لَهُ، فَيَأْمُرُ السَّمَاءَ فَتُمْطِرُ، وَالْأَرْضَ فَتُنْبِتُ، وَتَرُوحُ عَلَيْهِمْ سَارِحَتُهُمْ وَهِيَ أَطْوَلُ مَا كَانَتْ ذُرَى، وَأَمَدُّهُ خَوَاصِرَ، وَأَسْبَغُهُ ضُرُوعًا. وَيَمُرُّ بِالْقوم  فَيَدْعُوهُمْ فَيَرُدُّونَ عَلَيْهِ قولَه، فَتَتْبَعُهُ أَمْوَالُهُمْ، فَيُصْبِحُونَ مُمْحلين، لَيْسَ لَهُمْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ. وَيَمُرُّ بالخَربة فَيَقُولُ لَهَا: أَخْرِجِي كُنُوزَكِ، فَتَتْبَعُهُ كُنُوزُهَا كَيَعَاسِيبِ النَّحْلِ". قَالَ: "وَيَأْمُرُ بِرَجُلٍ فيُقتَل، فَيَضْرِبُهُ بِالسَّيْفِ فَيَقْطَعُهُ جَزْلتين رَمْيَةَ الغَرَض، ثُمَّ يَدْعُوهُ فَيُقْبِلُ إِلَيْهِ [يَتَهَلَّلُ وَجْهُهُ]. فَبَيْنَمَا هُمْ عَلَى ذَلِكَ، إِذْ بَعَثَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ الْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ، فَيَنْزِلُ عِنْدَ الْمَنَارَةِ الْبَيْضَاءِ، شَرْقِيَّ دِمَشْقَ، بَيْنَ مَهْرُودَتَين وَاضِعًا يَدَه عَلَى أَجْنِحَةِ مَلَكين، فَيَتْبَعُهُ فَيُدْرِكُهُ، فَيَقْتُلُهُ عِنْدَ بَابِ لُدّ الشَّرْقِيِّ". قَالَ: "فَبَيْنَمَا هُمْ كَذَلِكَ، إِذْ أَوْحَى اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَى عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ: أَنِّي قَدْ أَخْرَجْتُ عِبَادًا مِنْ عِبَادِي لَا يَدَانِ لَكَ بِقِتَالِهِمْ، فَحَوّز عِبَادِي إِلَى الطُّورِ، فَيَبْعَثُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ، وَهُمْ كَمَا قَالَ اللَّهُ: مِنْ كُلِّ حَدَبٍ يَنْسِلُونَ فَيَرْغَبُ عِيسَى وَأَصْحَابُهُ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، فَيُرْسِلُ اللَّهُ عَلَيْهِمْ نَغَفًا فِي رِقَابِهِمْ، فَيُصْبِحُونَ فَرْسى، كَمَوْتِ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ. فَيَهْبِطُ عِيسَى وَأَصْحَابُهُ، فَلَا يَجِدُونَ فِي الْأَرْضِ بَيْتًا إِلَّا قَدْ مَلَأَهُ زَهَمُهم ونَتْنهُم، فَيَرْغَبُ عِيسَى وَأَصْحَابُهُ إِلَى اللَّهِ، فَيُرْسِلُ عَلَيْهِمْ طَيْرًا كَأَعْنَاقِ البُخْت، فَتَحْمِلُهُمْ فَتَطْرَحُهُمْ حَيْثُ شَاءَ اللَّهُ".
قَالَ ابْنُ جَابِرٍ فَحَدَّثَنِي عَطَاءُ بْنُ يَزِيدَ السَّكْسَكيّ، عَنْ كَعْبٍ -أَوْ غَيْرِهِ-قَالَ: فَتَطْرَحُهُمْ بالمَهْبِل. [قَالَ ابْنُ جَابِرٍ: فَقُلْتُ: يَا أَبَا يَزِيدَ، وَأَيْنَ المَهْبِل؟] ، قَالَ: مَطْلَعُ الشَّمْسِ.
-
قَالَ: "وَيُرْسِلُ اللَّهُ مَطَرًا لَا يَكُنَّ مِنْهُ بَيْتُ مَدَر وَلَا وَبَر أَرْبَعِينَ يَوْمًا، فَيَغْسِلُ الْأَرْضَ حَتَّى يَتْرُكَهَا كالزّلَقَةِ، وَيُقَالُ لِلْأَرْضِ: أَنْبِتِي ثَمَرَتَكِ، ورُدي بَرَكَتَكِ". قَالَ: "فَيَوْمَئِذٍ يَأْكُلُ النَّفَرُ مِنَ الرُّمَّانَةِ وَيَسْتَظِلُّونَ بقحْفها، ويُبَارك فِي الرَسْل، حَتَّى إِنَّ اللَّقْحَةَ مِنَ الْإِبِلِ لَتَكْفِي الفِئَامَ مِنَ النَّاسِ، وَاللَّقْحَةَ مِنَ الْبَقَرِ تَكْفِي الْفَخِذَ، وَالشَّاةَ مِنَ الْغَنَمِ تَكْفِي أَهْلَ الْبَيْتِ". قَالَ: "فَبَيْنَمَا هُمْ عَلَى ذَلِكَ (، إِذْ بَعَثَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ رِيحًا طَيِّبَةً تَحْتَ آبَاطِهِمْ، فَتَقْبِضُ رُوحَ كُلِّ مُسْلِمٍ -أَوْ قَالَ: كُلِّ مُؤْمِنٍ-وَيَبْقَى شِرَارُ النَّاسِ يَتَهَارَجُونَ تَهَارُجَ الْحَمِيرِ، وَعَلَيْهِمْ تَقُومُ السَّاعَةُ".
Imam Ahmad telah mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Muslim, Abul Abbas Ad-Dimasyqi, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Yazid ibnu Jabir, telah menceritakan kepadaku Yahya ibnu Jabir At-Ta-i (kadi Himsa), telah menceritakan kepadaku Abdur Rahman ibnu Jubair ibnu Nafir Al-Hadrami, dari ayahnya; ia mendengar An-Nawwas ibnu Sam'an Al-Kalabi mengatakan bahwa pada suatu siang hari Rasulullah Saw. menceritakan tentang Dajjal dengan suara yang terdengar adakalanya rendah dan adakalanya keras, sehingga kami menduga beliau berada di dalam kebun kurma. Nabi Saw. bersabda, "Bukan Dajjal yang aku khawatirkan akan memudaratkan kalian. Karenajika Dajjal muncul, sedangkan aku masih berada di antara kalian, maka akulah yang akan menghadapinya, bukan kalian. Jika dia muncul, sedangkan saya tidak lagi berada di antara kalian, maka setiap orang muslim wajib membela dirinya, dan Allah-lah yang menjaga setiap orang muslim sepeninggalku. Sesungguhnya Dajjal adalah seorang yang berusia muda, berambut keriting, dengan bola mata yang menonjol. Dan dia keluar dari tempat sepi di kawasan antara negeri Syam dan Irak, lalu membuat kerusakan kekanan dan kiri (ke segala penjuru.) Hai hamba-hamba Allah, berpendirian teguhlah kalian." Kami bertanya, "Wahai Rasulullah, berapa lamakah Dajjal tinggal di bumi?" Rasulullah Saw. menjawab, "Empat puluh hari; sehari ada yang lamanya sama dengan satu tahun, sehari ada yang lamanya sama dengan satu bulan, sehari ada yang lamanya sama dengan satu minggu, sedangkan hari-hari lainnya sama dengan hari-hari kalian sekarang ini." Kami bertanya, "Wahai Rasulullah, tentang sehari yang lamanya sama dengan satu tahun, apakah cukup bagi kita mengerjakan salat sehari semalam di dalamnya?" Rasulullah Saw. bersabda, -Tidak boleh, tetapi tentukanlah perhitungan waktunya oleh kalian." Kami bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah kecepatan perjalanan Dajjal (dan pasukannya) di muka bumi ?" Rasulullah Saw. bersabda, "Seperti hujan yang diiringi dengan angin besar. Lalu melewati suatu kampung, maka Dajjal dan bala tentaranya menyeru mereka. Dan bila mereka menerima seruannya, maka Dajjal memerintahkan kepada langit untuk hujan, lalu turunlah hujan; dan memerintahkan kepada bumi untuk menumbuhkan tetumbuhan, maka tumbuhlah tetumbuhan dengan suburnya, sehingga ternak mereka berkembang dengan pesat dan bertubuh gemuk-gemuk serta berlimpah air susunya. Bila Dajjal melewati suatu kampung dan menyeru mereka, tetapi mereka menolaknya, maka harta benda mereka (yakni ternak mereka) mengikuti Dajjal, sehingga mereka tidak mempunyai harta lagi, tiada sesuatu pun yang tersisa dari milik mereka. Bila Dajjal melewati suatu daerah yang tandus, maka ia berkata, 'Keluarkanlah semua perbendaharaanmu,"maka semua perbendaharaan tanah tandus itu muncul dan mengikutinya bagaikan lebah mengikuti ratunya." Rasulullah Saw. melanjutkan kisahnya, bahwa Dajjal memerintahkan untuk membunuh seorang lelaki, lalu lelaki itu dipukulnya dengan pedang hingga terpotong menjadi dua bagian dalam keadaan terpental jauh. Kemudian Dajjal memanggilnya, ternyata lelaki itu hidup kembali dan datang kepadanya. Ketika Dajjal dan pasukannya dalam keadaan demikian, Allah Swt. menurunkan Al-Masih Isa putra Maryam a.s. Isa turun di menara putih yang ada di sebelah timur kota Dimasyq dengan memakai dua lapis baju berwarna kuning seraya meletakkan kedua tangannya di antara sayap dua malaikat. Lalu Isa putra Maryam mengejar Dajjal dan dapat menjumpainya di pintu gerbang sebelah timur kota Ladd, lalu Dajjal dibunuhnya. Rasulullah Saw. melanjutkan kisahnya, bahwa ketika mereka dalam keadaan demikian (bersama Isa), tiba-tiba Allah menurunkan wahyu-Nya kepada Isa putra Maryam a.s, "Bahwasanya Aku telah mengeluarkan sebagian dari hamba-hamba-Ku yang tidak akan mampu bagimu memerangi mereka, maka selamatkanlah hamba-hamba-Ku yang beriman ke Bukit Tur." Lalu Allah mengeluarkan Ya-juj dan Ma-juj, sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nyadan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. (Al-Anbiya: 96) Maka Isa dan sahabat-sahabatnya berdoa kepada Allah Swt. dengan penuh harap. Kemudian Allah mengirimkan wabah ulat yang menjangkiti tengkuk Ya-juj dan Ma-juj, sehingga mereka mati semuanya bagaikan matinya seseorang karena wabah tersebutIsa dan para sahabatnya turun, mereka tidak menjumpai suatu rumah pun melainkan dipenuhi dengan bangkai dan bau busuk Ya-juj dan Ma-juj . Lalu Isa dan para sahabatnya kembali memohon kepada Allah dengan penuh harap (agar dibebaskan dari bencana itu). Maka Allah mengirimkan burung-burung yang besar tiap ekornya sama dengan unta yang paling besar, lalu burung-burung itu membawa bangkai Ya-juj dan Ma-juj untuk membuangnya ke tempat yang dikehendaki oleh Allah.
Ibnu Jabir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ata ibnu Yazid As-Saksaki, dari Ka'b atau lainnya yang mengatakan bahwa burung-burung itu membuang bangkai Ya-juj dan Ma-juj ke Al-Mahyal. Ibnu Jabir bertanya, "Hai Abu Yazid, di manakah Al-Mahyal itu ?" Abu Yazid menjawab, "Tempat terbitnya matahari."
Abu Yazid melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Allah menurunkan hujan lebat yang melanda semua bangunan perkotaan dan kampung-kampung selama empat puluh hari tanpa berhenti; hujan itu mencuci bumi sehingga menjadi bersih dan licin. Lalu dikatakan kepada bumi, "Keluarkanlah tumbuh-tumbuhanmu dan keluarkanlah keberkatanmu." Maka pada masa itu satu buah delima dapat mencukupi beberapa orang, mereka dapat bernaung di bawah daunnya. Ternak diberkati pula sehingga perahan susu seekor unta betina dapat mencukupi untuk minum sejumlah besar orang, perahan susu dari seekor sapi betina dapat mencukupi banyak orang, dan perahan susu seekor kambing betina cukup untuk satu keluarga. Ketika mereka dalam keadaan demikian, tiba-tiba Allah Swt. mengirimkan angin yang berbau harum, lalu angin itu menerpa bagian bawah ketiak mereka dan mencabut roh setiap orang muslim, atau setiap orang mukmin. Sehingga yang tertinggal di bumi ini hanyalah orang-orang jahat saja, sikap mereka sama dengan sekumpulan keledai liar, maka hari kiamat terjadi di atas mereka.
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Muslim secara tunggal, tanpa Imam Bukhari. Imam Bukhari meriwayatkannya bersama pemilik kitab sunnah lainnya melalui berbagai jalur dari Abdur Rahman ibnu Yazid ibnu Jabir dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis berpredikat hasan sahih
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا، فَإِذَا طَلَعَتْ آمَنَ النَّاسُ كُلُّهُمْ، وَذَلِكَ حِينَ لَا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ الْآيَةَ
dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Kiamat tidak akan terjadi sebelum matahari terbit dari arah baratnya. Apabila matahari terbit dari arah baratnya, maka semua manusia beriman. Yang demikian itu terjadi di saat iman seseorang tidak bermanfaat bagi dirinya jika ia tidak beriman sebelumnya.

Sedangkan tanda-tanda kecil kiamat ada banyak sekali diantaranya
adalah tidak larisnya jualan di pasar, sedikit saja hujan begitu juga dengan
tumbuh-tumbuhan, ghibah menjadi-jadi, merata memakan riba, banyaknya
anak zina, orangkaya di agung-agungkan, orang fasik akan bersuara lantang di
masjid, para ahli munkar lebih banyak menonjol dari ahli hak. Banyak
perceraian, kematian mendadak, banyak mushaf diberi perhiasan, masjid-
masjid dibangun megah, peralatan musik dimainkan, arak (miras) diminum,
perzinahan terang-terangan, penghianat diberi jabatan, orang amanah
dianggap penghianat, tersebarnya pena (buku terbitan), pasar-pasar (mall, plaza, super market, warung) berdekatan, pertumpahan darah di anggap perkara ringan, makan riba. hamba sahaya melahirkan tuannya, orang melarat yang miskin sandal,pakaian pengembala kambing berlomba membangun bangunan tinggi, mengucap salam hanya pada yang dikenal, pemerintahan diurus orang bodoh, banyak polisi, penjual belian hukum atau jabatan, pemutusan silaturrahim, menjadikan Alqur'an sebagai seruling, banyaknya wanita, perang melawan yahudi, manusia meninggalkan solat, sifat amanah telah lenyap, dusta dihalalkan, risywah (praktek suap) merajalela, bangunan-bangunan tinggi pencakar langit bermunculan, menurutkan hawa napsu, menjual agama dengan dunya, menghalalkan yang diharamkan, memperkuat bangunan, pejabat bersifat anak-anak, orang bebas dijadikan budak, kulit binatang dijadikan pakaian, terlihat jelas kezaliman disetiap Negara, banyak kebohongan, saksi palsu,
banyak perceraian, sedikit orang faqih, dan lain-lain. 
FASAL 1
Fasal 2

Sabtu, 20 Juli 2019

Fathul muin syarat sholat batal wudu


( ﺗَﺘِﻤَّﺔٌ‏) ﻳَﺘَﻴَﻤَّﻢُ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﺤَﺪَﺛَﻴْﻦِ ﻟِﻔَﻘْﺪِ ﻣَﺎﺀٍ ﺃَﻭْ ﺧَﻮْﻑِ ﻣَﺤْﺬُﻭْﺭٍ ﻣِﻦِ ﺍﺳْﺘِﻌْﻤَﺎﻟِﻪِ ﺑِﺘُﺮَﺍﺏٍ ﻃَﻬُﻮْﺭٍ ﻟَﻪُ ﻏُﺒَﺎﺭٌ. ﻭَ ﺃَﺭْﻛَﺎﻧُﻪُ ﻧِﻴَّﺔُ ﺍﺳْﺘِﺒَﺎﺣَﺔِ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ ﺍﻟْﻤَﻔْﺮُﻭْﺿَﺔِ ﻣَﻘْﺮُﻭْﻧَﺔً ﺑِﻨَﻘْﻞِ ﺍﻟﺘُّﺮَﺍﺏِ، ﻭَ ﻣَﺴْﺢُ ﻭَﺟْﻬِﻪِ ﺛُﻢَّ ﻳَﺪَﻳْﻪِ. ﻭَ ﻟَﻮْ ﺗَﻴَّﻘَﻦَ ﻣَﺎﺀً ﺁﺧِﺮَ ﺍﻟْﻮَﻗْﺖِ ﻓَﺎﻧْﺘِﻈَﺎﺭُﻩُ ﺃَﻓْﻀَﻞُ، ﻭَ ﺇِﻟَّﺎ ﻓَﺘَﻌْﺠِﻴْﻞُ ﺗَﻴَﻤُّﻢٍ. ﻭَ ﺇِﺫَﺍ ﺍﻣْﺘُﻨِﻊَ ﺍﺳْﺘِﻌْﻤَﺎﻟُﻪُ ﻓِﻲْ ﻋُﻀْﻮٍ ﻭَﺟَﺐَ ﺗَﻴَﻤُّﻢٌ ﻭَ ﻏَﺴْﻞُ ﺻَﺤِﻴْﺢٍ ﻭَ ﻣَﺴْﺢُ ﻛُﻞِّ ﺍﻟﺴَّﺎﺗِﺮِ ﺍﻟﻀَّﺎﺭِّ ﻧَﺰْﻋُﻪُ ﺑِﻤَﺎﺀٍ، ﻭَ ﻟَﺎ ﺗَﺮْﺗِﻴْﺐَ ﺑَﻴْﻨَﻬُﻤَﺎ ﻟِﺠُﻨُﺐٍ. ﺃَﻭْ ﻋُﻀْﻮَﻳْﻦِ ﻓَﺘَﻴَﻤُّﻤَﺎﻥِ، ﻭَ ﻟَﺎ ﻳُﺼَﻠِّﻲْ ﺑِﻪِ ﺇِﻟَّﺎ ﻓَﺮْﺿًﺎ ﻭَﺍﺣِﺪًﺍ ﻭَ ﻟَﻮْ ﻧَﺬْﺭًﺍ. ﻭَ ﺻَﺢَّ ﺟَﻨَﺎﺋِﺰُ ﻣَﻊَ ﻓَﺮْﺽٍ .

(Kesempurnaan ). Boleh bertayammum dari dua hadats sebab tidak adanya air  atau takut dari hal yang membahayakan dari penggunaan air  dengan menggunakan debu yang suci yang dapat berterbangan. Rukun-rukun tayammum adalah berniat agar
diperbolehkan melaksanakan shalat yang difardhukan besertaan dengan memindah debu,  mengusap wajah, kemudian kedua tangannya. Kalau seandainya seseorang yakin akan adanya air di akhir waktu shalat, maka menantinya lebih utama, namun bila tidak yakin, maka yang lebih utama adalah mempercepat tayammum. Jika penggunaan air pada satu anggota wudhu’ terhalangi, maka wajib baginya untuk bertayammum  dan membasuh anggota yang sehat dan mengusap dengan air setiap penghalang yang membahayakan melepasnya. Dan tidak ada keharusan tartib di antara keduanya bagi seorang yang junub, atau pada dua anggota, maka wajib melakukan dua tayammum. Tayammum tersebut tidak boleh untuk melakukan shalat kecuali satu fardhu’ saja – walaupun dengan nadzar – , dan sah shalat janazah bersamaan shalat fardhu.
https://hatisenang.com/
WUDHU’
( ﻭَ ﻧَﻮَﺍﻗِﻀُﻪُ( ﺃَﻱْ ﺃَﺳْﺒَﺎﺏُ ﻧَﻮَﺍﻗِﺾِ ﺍﻟْﻮُﺿُﻮْﺀِ ﺃَﺭْﺑَﻌَﺔٌ : ﺃَﺣَﺪُﻫَﺎ: ‏(ﺗَﻴَﻘُّﻦُ ﺧُﺮُﻭْﺝِ ﺷَﻲْﺀٍ‏) ﻏَﻴْﺮُ ﻣَﻨِﻴِّﻪِ، ﻋَﻴْﻨًﺎ ﻛَﺎﻥَ ﺃَﻭْ ﺭِﻳْﺤًﺎ، ﺭَﻃْﺒًﺎ ﺃَﻭْ ﺟَﺎﻓًﺎ، ﻣُﻌْﺘَﺎﺩًﺍ ﻛَﺒَﻮْﻝٍ ﺃَﻭْ ﻧَﺎﺩِﺭًﺍ ﻛَﺪَﻡِ ﺑَﺎﺳُﻮْﺭٍ ﺃَﻭْ ﻏَﻴْﺮِﻩِ، ﺍﻧْﻔَﺼَﻞَ ﺃَﻭْ ﻟَﺎ – ﻛَﺪُﻭْﺩَﺓٍ ﺃَﺧْﺮَﺟَﺖْ ﺭَﺃْﺳَﻬَﺎ ﺛُﻢَّ ﺭَﺟَﻌَﺖْ – ‏( ﻣِﻦْ ﺃَﺣَﺪِ ﺳَﺒِﻴْﻠِﻲْ‏) ﺍﻟْﻤُﺘَﻮَﺿِّﺊِ ‏( ﺍﻟْﺤَﻲِّ‏) ﺩُﺑُﺮًﺍ ﻛَﺎﻥَ ﺃَﻭْ ﻗُﺒُﻠًﺎ . ‏(ﻭَ ﻟَﻮْ‏) ﻛَﺎﻥَ ﺍﻟْﺨَﺎﺭِﺝُ ‏( ﺑَﺎﺳُﻮْﺭًﺍ‏) ﻧَﺎﺑِﺘًﺎ ﺩَﺍﺧِﻞَ ﺍﻟﺪُّﺑُﺮِ ﻓَﺨَﺮَﺝَ ﺃَﻭْ ﺯَﺍﺩَ ﺧُﺮُﻭْﺟُﻪُ. ﻟﻜِﻦْ ﺃَﻓْﺘَﻰ ﺍﻟْﻌَﻠَّﺎﻣَﺔُ ﺍﻟْﻜَﻤَﺎﻝُ ﺍﻟﺮَّﺩَّﺍﺩُ ﺑِﻌَﺪَﻡِ ﺍﻟﻨَّﻘْﺾِ ﺑِﺨُﺮُﻭْﺝِ ﺍﻟْﺒَﺎﺳُﻮْﺭِ ﻧَﻔْﺴِﻪِ ﺑَﻞْ ﺑِﺎﻟْﺨَﺎﺭِﺝِ ﻣِﻨُﻪُ ﻛَﺎﻟﺪَّﻡِ. ﻭَ ﻋَﻦْ ﻣَﺎﻟِﻚٍ : ﻟَﺎ ﻳَﻨْﺘَﻘِﺾُ ﺍﻟْﻮُﺿُﻮْﺀُ ﺑِﺎﻟﻨَّﺎﺩِﺭِ .
Sebab-sebab yang membatalkan wudhu’ ada empat.  Yang pertama adalah (yakin keluarnya sesuatu) yang selain spermanya sendiri  baik berupa benda atau angin, basah ataupun kering, yang telah lumrah keluar seperti air kencing atau jarang seperti darah bawasir atau yang lainnya, terpisah ataupun tidak seperti cacing yang mengeluarkan kepalanya lantas kembali lagi. (dari salah satu dari dua jalan) orang yang berwudhu’ (yang masih hidup)  baik itu anus ataupun alat kelamin. (Walaupun) perkara yang keluar adalah (penyakit bawasir) yang tumbuh di dalam anus, lalu penyakit itu keluar atau semakin keluar, namun seorang yang sangat alim yakni Imām al-Kamāl ar- Raddād berfatwa bahwa keluarnya penyakit bawasir sendiri tidaklah membatalkan wudhu’, namun yang membatalkan adalah dengan sebab sesuatu yang keluar dari efek penyakit itu seperti darah. Dari Imam Malik: Tidaklah batal wudhu’ dengan sebab benda yang jarang keluar.
( ﻭَ ‏) ﺛَﺎﻧِﻴْﻬَﺎ : ‏(ﺯَﻭَﺍﻝُ ﻋَﻘْﻞِ‏) ﺃَﻱْ ﺗَﻤْﻴِﻴْﺰٍ، ﺑِﺴُﻜْﺮٍ ﺃَﻭْ ﺟُﻨُﻮْﻥٍ ﺃَﻭْ ﺇِﻏْﻤَﺎﺀٍ ﺃَﻭْ ﻧَﻮْﻡٍ، ﻟِﻠْﺨَﺒَﺮِ ﺍﻟﺼَّﺤِﻴْﺢِ: ﻓَﻤَﻦْ ﻧَﺎﻡَ ﻓَﻠْﻴَﺘَﻮَﺿَّﺄْ . ﻭَ ﺧَﺮَﺝَ ﺑِﺰَﻭْﺍﻝِ ﺍﻟْﻌَﻘْﻞِ ﺍﻟﻨُّﻌَﺎﺱُ ﻭَ ﺃَﻭَﺍﺋِﻞُ ﻧَﺸْﻮَﺓِ ﺍﻟﺴُّﻜْﺮِ، ﻓَﻠَﺎ ﻧَﻘْﺾَ ﺑِﻬِﻤَﺎ، ﻛَﻤَﺎ ﺇِﺫَﺍ ﺷَﻚَّ ﻫَﻞْ ﻧَﺎﻡَ ﺃَﻭْ ﻧَﻌُﺲَ؟ ﻭَ ﻣِﻦْ ﻋَﻠَﺎﻣَﺔِ ﺍﻟﻨُّﻌَﺎﺱِ ﺳِﻤَﺎﻉُ ﻛَﻠَﺎﻡِ ﺍﻟْﺤَﺎﺿِﺮِﻳْﻦَ ﻭَ ﺇِﻥْ ﻟَﻢْ ﻳَﻔْﻬَﻤْﻪُ، ‏(ﻟَﺎ‏) ﺯَﻭَﺍﻟُﻪُ ‏( ﺑِﻨَﻮْﻡٍ‏) ﻗَﺎﻋِﺪٍ ‏( ﻣُﻤَﻜِّﻦُ ﻣَﻘْﻌَﺪَﻩُ‏) ﺃَﻱْ ﺃَﻟْﻴَﻴْﻪِ ﻣِﻦْ ﻣَﻘَﺮِّﻩِ، ﻭَ ﺇِﻥِ ﺍﺳْﺘَﻨَﺪَ ﻟِﻤَﺎ ﻟَﻮْ ﺯَﺍﻝَ ﺳَﻘَﻂَ ﺃَﻭِ ﺍﺣْﺘَﺒَﻰ، ﻭَ ﻟَﻴْﺲَ ﺑَﻴْﻦَ ﻣَﻘْﻌَﺪِﻩِ ﻭَ ﻣَﻘَﺮِّﻩِ ﺗِﺠَﺎﻑٍ . ﻭَ ﻳَﻨْﺘَﻘِﺾُ ﻭُﺿُﻮْﺀُ ﻣُﻤَﻜِّﻦٍ ﺍِﻧْﺘَﺒَﻪَ ﺑَﻌْﺪَ ﺯَﻭَﺍﻝِ ﺃَﻟْﻴَﺘِﻪِ ﻋَﻦْ ﻣَﻘَﺮِّﻩِ، ﻟَﺎ ﻭُﺿُﻮْﺀُ ﺷَﺎﻙٍّ ﻫَﻞْ ﻛَﺎﻥَ ﻣُﻤْﻜِﻨًﺎ ﺃَﻭْ ﻟَﺎ؟ ﺃَﻭْ ﻫَﻞ ﺯَﺍﻟَﺖْ ﺃَﻟْﻴَﺘِﻪِ ﻗَﺒْﻞَ ﺍﻟْﻴَﻘَﻈَﺔِ ﺃَﻭْ ﺑَﻌْﺪَﻫَﺎ؟ .. ﻭَ ﺗَﻴَﻘُّﻦُ ﺍﻟﺮُّﺅْﻳَﺎ ﻣَﻊَ ﻋَﺪَﻡِ ﺗَﺬَﻛُّﺮِ ﻧَﻮْﻡٍ ﻟَﺎ ﺃَﺛَﺮَ ﻟَﻪُ ﺑِﺨِﻠَﺎﻓِﻪِ ﻣَﻊَ ﺍﻟﺸَّﻚِّ ﻓِﻴْﻪِ ﻟِﺄَﻧَّﻬَﺎ ﻣُﺮَﺟَّﺤَﺔٌ ﻟِﺄَﺣَﺪِ ﻃَﺮْﻓَﻴْﻪِ .
(Yang) keduanya adalah (hilangnya akal) maksudnya adalah kesadarannya dengan sebab mabuk, gila, epilepsi atau tidur sebab hadits yang shaḥīḥ : Barang siapa tidur, maka berwudhu’lah . Dikecualikan dengan hilangnya kesadaran adalah mengantuk dan permulaan mabuk, maka dua hal tersebut tidak membatalkan wudhu’ seperti ketika seorang ragu apakah telah tertidur atau hanya mengantuk. Sebagian dari tanda mengantuk adalah masih mendengar pembicaraan orang yang ada walaupun tidak faham. (Tidak) dengan hilangnya kesadaran (sebab tidur) dengan posisi duduk (yang menetapkan pantatnya di tempat duduknya)  walaupun ia bersandar pada suatu benda sekira benda tersebut hilang, maka ia akan ambruk, atau walaupun ia tidur dengan posisi memeluk lutut sedang di antara tempat duduk dan menetapnya tidak ada renggang. Batal wudhu’nya seorang yang menetapkan pantatnya yang tersadar setelah kondisi pantat tidak pada tempat menetapnya. Tidak batal wudhu’nya orang yang ragu apakah menetapkan pantat atau tidak?, apakah kedua pantatnya tidak pada kondisi di tempat menetapnya sebelum sadar atau setelahnya? Yakin bermimpi besertaan tidak ingat tidur tidaklah memberi dampak sama sekali. Berbeda bila ketika ragu tentang hal itu sebab yakin bermimpi merupakan hal yang lebih diunggulkan dari salah satu dari dua sisi keraguan.
( ﻭَ ‏) ﺛَﺎﻟِﺜُﻬَﺎ : ‏(ﻣَﺲَّ ﻓَﺮْﺝِ ﺁﺩَﻣِﻲٍّ‏) ﺃَﻭْ ﻣَﺤَﻞُّ ﻗَﻄْﻌِﻪِ، ﻭَ ﻟَﻮْ ﻟِﻤَﻴِّﺖٍ ﺃَﻭْ ﺻَﻐِﻴْﺮٍ، ﻗُﺒُﻠًﺎ ﻛَﺎﻥَ ﺍﻟْﻔَﺮْﺝُ ﺃَﻭْ ﺩُﺑُﺮًﺍ ﻣُﺘَّﺼِﻠًﺎ ﺃَﻭْ ﻣَﻘْﻄُﻮْﻋًﺎ، ﺇِﻟَّﺎ ﻣَﺎ ﻗُﻄِﻊَ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺨِﺘَﺎﻥِ . ﻭَ ﺍﻟﻨَّﺎﻗِﺾُ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺪُّﺑُﺮِ ﻣُﻠْﺘَﻘَﻰ ﺍﻟْﻤُﻨْﻔَﺬِ، ﻭَ ﻣِﻦْ ﻗُﺒُﻞِ ﺍﻟْﻤَﺮْﺃَﺓِ ﻣُﻠْﺘَﻘَﻰ ﺷُﻔْﺮَﻳْﻬَﺎ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻤَﻨْﻔَﺬِ ﻟَﺎ ﻣَﺎ ﻭَﺭَﺍﺀَﻫُﻤَﺎ ﻛَﻤَﺤَﻞِّ ﺧِﺘَﺎﻧِﻬَﺎ . ﻧَﻌَﻢْ، ﻳُﻨْﺪَﺏُ ﺍﻟْﻮُﺿُﻮْﺀُ ﻣِﻦْ ﻣَﺲِّ ﻧَﺤْﻮِ ﺍﻟْﻌَﺎﻧَﺔِ، ﻭَ ﺑَﺎﻃِﻦِ ﺍﻟْﺄَﻟْﻴَﺔِ، ﻭَ ﺍﻟْﺄُﻧْﺜَﻴَﻴْﻦِ، ﻭَ ﺷَﻌْﺮٍ ﻧَﺒَﺖَ ﻓَﻮْﻕَ ﺫَﻛَﺮٍ، ﻭَ ﺃَﺻْﻞِ ﻓَﺨْﺬٍ، ﻭَ ﻟَﻤْﺲِ ﺻَﻐِﻴْﺮَﺓٍ ﻭَ ﺃَﻣْﺮَﺩٍ ﻭَ ﺃَﺑْﺮَﺹَ ﻭَ ﻳَﻬُﻮْﺩِﻱٍّ، ﻭَ ﻣِﻦْ ﻧَﺤْﻮِ ﻓَﺼْﺪٍ، ﻭَ ﻧَﻈْﺮٍ ﺑِﺸَﻬْﻮَﺓٍ ﻭَ ﻟَﻮْ ﺇِﻟَﻰ ﻣَﺤْﺮَﻡٍ، ﻭَ ﺗَﻠَﻔُّﻆٍ ﺑِﻤَﻌْﺼِﻴَﺔٍ، ﻭَ ﻏَﻀَﺐٍ، ﻭَ ﺣَﻤْﻞٍ ﻣَﻴِّﺖٍ ﻭَ ﻣَﺴِّﻪِ، ﻭَ ﻗَﺺِّ ﻇُﻔْﺮٍ ﻭَ ﺷَﺎﺭِﺏٍ، ﻭَ ﺣَﻠْﻖِ ﺭَﺃْﺳِﻪِ. ﻭَ ﺧَﺮَﺝَ ﺑِﺂﺩَﻣِﻲٍّ ﻓَﺮْﺝُ ﺍﻟْﺒَﻬِﻴْﻤَﺔِ ﺇِﺫْ ﻟَﺎ ﻳُﺸْﺘَﻬَﻰ، ﻭَ ﻣِﻦْ ﺛَﻢَّ ﺟَﺎﺯَ ﺍﻟﻨَّﻈْﺮُ ﺇِﻟَﻴْﻪِ. ‏( ﺑِﺒَﻄْﻦِ ﻛَﻒٍّ‏) ﻟِﻘَﻮْﻟِﻪِ ‏( ﺹ‏) : ﻣَﻦْ ﻣَﺲَّ ﻓَﺮْﺟَﻪُ، ﻭَ ﻓِﻲْ ﺭِﻭَﺍﻳَﺔٍ : ﻣَﻦْ ﻣَﺲَّ ﺫَﻛَﺮًﺍ ﻓَﻠْﻴَﺘَﻮَﺿَّﺄْ. ﻭَ ﺑَﻄْﻦُ ﺍﻟْﻜَﻒِّ ﻫُﻮَ ﺑَﻄْﻦُ ﺍﻟﺮَّﺍﺣَﺘَﻴْﻦِ ﻭَ ﺑَﻄْﻦُ ﺍﻟْﺄَﺻَﺎﺑِﻊِ ﻭ ﺍﻟْﻤُﻨْﺤَﺮِﻑِ ﺇِﻟَﻴْﻬِﻤَﺎ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻧْﻄِﺒَﺎﻗِﻬِﻤَﺎ، ﻣَﻊَ ﻳَﺴِﻴْﺮِ ﺗَﺤَﺎﻣُﻞٍ ﺩُﻭْﻥَ ﺭُﺅُﻭْﺱِ ﺍﻟْﺄَﺻَﺎﺑِﻊِ ﻭَ ﻣَﺎ ﺑَﻴْﻨَﻬَﺎ ﻭَ ﺣَﺮْﻑُ ﺍﻟْﻜَﻒِّ .
Yang ketiganya adalah menyentuh kemaluan manusia atau tempat terpotongnya walaupun milik mayit atau anak kecil, baik kemaluan tersebut kelamin atau anus, masih menempel atau sudah terputus  kecuali anggota yang terputus di saat khitan. Anggota yang batal disentuh dari anus adalah dua bibir lubang anus dan dari kelamin wanita adalah dua bibir vagina, tidak bagian selain dari keduanya seperti tempat khitan. Benar tidak membatalkan, namun disunnahkan berwudhu’ dari menyentuh sejenis bulu kemaluan, bagian dalam pantat,  dua testis, rambut yang tumbuh di atas dzakar, pangkal paha, menyentuh wanita kecil, menyentuh lelaki tampan yang belum berkumis, menyentuh orang berpenyakit lepra, menyentuh orang Yahudi, setelah bekam, melihat dengan syahwat, walaupun pada mahramnya, mengucapkan maksiat, marah, membawa mayit dan menyentuhnya, memotong kuku dan mencukur kumis, dan mencukur rambut. Dikecualikan dari manusia adalah kemaluan hewan sebab hewan tidaklah menimbulkan nafus oleh karena itu diperbolehkan untuk melihat kemaluannya. (Menyentuh yang dapat membatalkan adalah bila dengan menggunakan bagian dalam telapak tangan) sebab sabda Rasūl s.a.w.: Barang siapa menyentuh kemaluan – dalam satu riwayat – Barang siapa menyentuh dzakar, maka berwudhu’lah . Batin telapak tangan adalah bagian dalam dari telapak tangan, batin jari- jari, dan anggota yang membengkok ke arah keduanya ketika ditelangkupkan dengan sedikit menekan, bukan ujung jari-jari dan anggota yang berada di antara jari-jari dan sisi telapak tangan.
( ﻭَ ‏) ﺭَﺍﺑِﻌُﻬَﺎ: ‏( ﺗَﻠَﺎﻗَﻲْ ﺑَﺸَﺮَﺗَﻲْ ﺫَﻛَﺮٍ ﻭَ ﺃُﻧْﺜَﻰ‏) ﻭَ ﻟَﻮْ ﺑِﻠَﺎ ﺷَﻬْﻮَﺓٍ، ﻭَ ﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﺃَﺣَﺪُﻫُﻤَﺎ ﻣُﻜْﺮَﻫًﺎ ﺃَﻭْ ﻣَﻴْﺘًﺎ، ﻟﻜِﻦْ ﻟَﺎ ﻳَﻨْﻘُﺾُ ﻭُﺿُﻮْﺀُ ﺍﻟْﻤَﻴِّﺖِ. ﻭَ ﺍﻟْﻤُﺮَﺍﺩُ ﺑِﺎﻟْﺒَﺸَﺮَﺓِ ﻫُﻨَﺎ ﻏَﻴْﺮُ ﺍﻟﺸَّﻌْﺮِ ﻭَ ﺍﻟﺴِّﻦِّ ﻭَ ﺍﻟﻈُّﻔْﺮِ – ﻗَﺎﻟَﻪُ ﺷَﻴْﺨُﻨَﺎ – ﻭَ ﻏَﻴْﺮُ ﺑَﺎﻃِﻦِ ﺍﻟْﻌَﻴْﻦِ، ﻭَ ﺫﻟِﻚَ ﻟِﻘَﻮْﻟِﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ : * ‏(ﺃَﻭْ ﻟَﺎﻣَﺴْﺘُﻢُ ﺍﻟﻨِّﺴَﺎﺀَ‏) * ﺃَﻱْ ﻟَﻤَﺴْﺘُﻢْ . ﻭَ ﻟَﻮْ ﺷَﻚَّ ﻫَﻞْ ﻣَﺎ ﻟَﻤَﺴَﻪُ ﺷَﻌْﺮٌ ﺃَﻭْ ﺑَﺸَﺮَﺓٌ، ﻟَﻢْ ﻳَﻨْﺘَﻘِﺾْ، ﻛَﻤَﺎ ﻟَﻮْ ﻭَﻗَﻌَﺖْ ﻳَﺪُﻩُ ﻋَﻠَﻰ ﺑَﺸَﺮَﺓٍ ﻟَﺎ ﻳَﻌْﻠَﻢُ ﺃَﻫِﻲَ ﺑَﺸَﺮَﺓُ ﺭَﺟُﻞٍ ﺃَﻭِ ﺍﻣْﺮَﺃَﺓٍ، ﺃَﻭْ ﺷَﻚَّ: ﻫَﻞْ ﻟَﻤَﺲَ ﻣَﺤْﺮَﻣًﺎ ﺃَﻭْ ﺃَﺟْﻨَﺒِﻴَّﺔً؟ ﻭَ ﻗَﺎﻝَ ﺷَﻴْﺨُﻨَﺎ ﻓِﻲْ ﺷَﺮْﺡِ ﺍﻟْﻌُﺒَﺎﺏِ: ﻭَ ﻟَﻮْ ﺃَﺧْﺒَﺮَﻩُ ﻋَﺪْﻝٌ ﺑِﻠَﻤْﺴِﻬَﺎ ﻟَﻪُ، ﺃَﻭْ ﺑِﻨَﺤْﻮِ ﺧُﺮُﻭْﺝِ ﺭِﻳْﺢٍ ﻣِﻨْﻪُ ﻓِﻲْ ﺣَﺎﻝِ ﻧَﻮْﻣِﻪِ ﻣُﻤَﻜِّﻨًﺎ، ﻭَﺟَﺐَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟْﺄَﺧْﺬُ ﺑِﻘَﻮْﻟِﻪِ . ‏(ﺑِﻜِﺒَﺮٍ ‏) ﻓِﻴْﻬِﻤَﺎ، ﻓَﻠَﺎ ﻧَﻘْﺾَ ﺑِﺘَﻠَﺎﻗَﻴْﻬِﻤَﺎ ﻣَﻊَ ﺻِﻐَﺮِ ﻓِﻴْﻬِﻤَﺎ، ﺃَﻭْ ﻓِﻲْ ﺃَﺣَﺪِﻫِﻤَﺎ، ﻟِﺎِﻧْﺘِﻔَﺎﺀِ ﻣَﻈِﻨَّﺔِ ﺍﻟﺸَّﻬْﻮَﺓِ. ﻭَ ﺍﻟْﻤُﺮَﺍﺩُ ﺑِﺬِﻱ ﺍﻟﺼِّﻐَﺮِ: ﻣَﻦْ ﻟَﺎ ﻳُﺸْﺘَﻬَﻰ ﻋُﺮْﻓًﺎ ﻏَﺎﻟِﺒًﺎ . ‏(ﻟَﺎ‏) ﺗَﻠَﺎﻗَﻲْ ﺑَﺸَﺮَﺗَﻴْﻬِﻤَﺎ ‏) ‏(ﻣَﻊَ ﻣَﺤْﺮَﻣِﻴَّﺔٍ‏) ﺑَﻴْﻨَﻬُﻤَﺎ، ﺑِﻨَﺴَﺐٍ ﺃَﻭْ ﺭَﺿَﺎﻉٍ ﺃَﻭْ ﻣُﺼَﺎﻫَﺮَﺓٍ، ﻟِﺎﻧْﺘِﻔَﺎﺀٍ ﻣَﻈَﻨَّﺔِ ﺍﻟﺸَّﻬْﻮَﺓِ. ﻭَ ﻟَﻮِ ﺍﺷْﺘَﺒَﻬَﺖْ ﻣَﺤْﺮَﻣُﻪُ ﺑِﺄَﺟْﻨَﺒِﻴَّﺎﺕٍ ﻣَﺤْﺼُﻮْﺭَﺍﺕٍ ﻓَﻠَﻤَﺲَ ﻭَﺍﺣِﺪَﺓً ﻣِﻨْﻬُﻦَّ ﻟَﻢْ ﻳَﻨْﺘَﻘِﺾْ، ﻭَ ﻛَﺬَﺍ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﻣَﺤْﺼُﻮْﺭَﺍﺕٍ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﺄَﻭْﺟَﻪِ . ‏(ﻭَ ﻟَﺎ ﻳُﺮْﺗَﻔَﻊُ ﻳَﻘِﻴْﻦُ ﻭُﺿُﻮْﺀٍ ﺃَﻭْ ﺣَﺪَﺙٍ ﺑِﻈَﻦِّ ﺿِﺪِّﻩِ ‏) ﻭَ ﻟَﺎ ﺑِﺎﻟﺸَّﻚِّ ﻓِﻴْﻪِ ﺍﻟْﻤَﻔْﻬُﻮْﻡُ ﺑِﺎﻟْﺄَﻭْﻟَﻰ ﻓَﻴَﺄْﺧُﺬُ ﺑِﺎﻟْﻴَﻘِﻴْﻦِ ﺍﺳْﺘِﺼْﺤَﺎﺑًﺎ ﻟَﻪُ.
(Yang) keempatnya adalah (bertemunya kulit lelaki  dan perempuan) walaupun dengan tanpa syahwat, dan walaupun salah satunya dipaksa satu mayit namun wudhu’nya mayit tidaklah batal. Yang dikehendaki dari kulit dalam bab ini adalah selain rambut, gigi dan kuku seperti yang telah disampaikan guru kita dan selain batin mata.  Hal itu karena firman Allah: Atau kalian semua menyentuh wanita . Kalau seandainya seseorang ragu apakah ia menyentuh rambut atau kulit, maka wudhu’nya tidak batal seperti kasus ketika tangannya berada di atas kulit, namun ia tidak tahu apakah kulit tersebut milik lelaki atau wanita atau seseorang ragu, apakah ia menyentuh mahram atau wanita lain. Guru kita mengatakan dalam Syaraḥ ‘Ubāb : Kalau seandainya ada seorang yang adil memberi kabar bahwa yang ia sentuh adalah wanita lain atau kabar tentang kentut saat tidur dengan menetapkan pantatnya, maka wajib untuk mengindahkan ucapannya. (Besertaan keduanya telah dewasa), maka tidak membatalkan dengan sebab pertemuan dua kulit anak kecil atau salah satunya sebab tiadanya tempat praduga timbulnya syahwat. Yang dimaksud anak kecil adalah anak yang belum menimbulkan nafsu secara umumnya. (Tidak batal) bertemunya dua kulit yang di antara keduanya (terdapat sifat mahram) dengan sebab jalur pernikahan karena tidak adanya kecurigaan timbulnya syahwat. Kalau seandainya mahramnya serupa dengan wanita lain yang dapat terhitung jumlahnya kemudian ia menyentuh salah satu wanita itu maka wudhu’nya tidak batal. Begitu pula bila dengan wanita lain yang tak terhitung menurut pendapat yang unggul. (Keyakinan telah berwudhu’ atau telah hadats tidaklah dapat hilang dengan dugaan sebaliknya) dan juga tidak dengan keraguan dengan pemahaman yang lebih utama. Maka orang itu harus mengambil hukum yang yakin sebagai upaya untuk melanggengkan hukum semula.
HARAM SEBAB HADATS
( ﺧَﺎﺗِﻤَﺔٌ‏) ﻳَﺤْﺮُﻡُ ﺑِﺎﻟْﺤَﺪَﺙِ : ﺻَﻠَﺎﺓٌ ﻭَ ﻃَﻮَﺍﻑٌ ﻭَ ﺳُﺠُﻮْﺩٌ، ﻭَ ﺣَﻤْﻞُ ﻣُﺼْﺤَﻒٌ، ﻭَ ﻣَﺎ ﻛُﺘِﺐَ ﻟِﺪَﺭْﺱِ ﻗُﺮْﺁﻥٍ ﻭَ ﻟَﻮْ ﺑَﻌْﺾَ ﺁﻳَﺔٍ ﻛَﻠَﻮْﺡٍ . ﻭَ ﺍﻟْﻌِﺒْﺮَﺓُ ﻓِﻲْ ﻗَﺼْﺪِ ﺍﻟﺪِّﺭَﺍﺳَﺔِ ﻭَ ﺍﻟﺘَّﺒَﺮُّﻙِ ﺑِﺤَﺎﻟَﺔِ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺑَﺔِ ﺩُﻭْﻥَ ﻣَﺎ ﺑَﻌْﺪَﻫَﺎ، ﻭَ ﺑِﺎﻟْﻜَﺎﺗَﺐِ ﻟِﻨَﻔْﺴِﻪِ ﺃَﻭْ ﻟِﻐَﻴْﺮِﻩِ ﺗَﺒَﺮُّﻋًﺎ، ﻭَ ﺇِﻟَّﺎ ﻓَﺂﻣِﺮُﻩُ ﻟَﺎ ﺣَﻤْﻠُﻪُ ﻣَﻊَ ﻣَﺘَّﺎﻉٍ، ﻭَ ﺍﻟْﻤُﺼْﺤَﻒُ ﻏَﻴْﺮُ ﻣَﻘْﺼُﻮْﺩٍ ﺑِﺎﻟْﺤَﻤْﻞِ ﻭَ ﻣَﺲُّ ﻭَﺭَﻗِﻪِ، ﻭَ ﻟَﻮْ ﻟِﺒَﻴَﺎﺽٍ ﺃَﻭْ ﻧَﺤْﻮِ ﻇَﺮْﻑٍ ﺃُﻋِﺪُّ ﻟَﻪُ ﻭَ ﻫُﻮَ ﻓِﻴْﻪِ، ﻟَﺎ ﻗَﻠْﺐُ ﻭَﺭَﻗِﻪِ ﺑِﻌَﻮْﺩٍ ﺇِﺫَﺍ ﻟَﻢْ ﻳَﻨْﻔَﺼِﻞْ ﻋَﻠَﻴْﻪِ، ﻭَ ﻟَﺎ ﻣَﻊَ ﺗَﻔْﺴِﻴْﺮٍ ﺯَﺍﺩَ ﻭَ ﻟَﻮِ ﺍﺣْﺘِﻤَﺎﻟًﺎ . ﻭَ ﻟَﺎ ﻳُﻤْﻨَﻊُ ﺻَﺒِﻲٌّ ﻣُﻤَﻴَّﺰٌ – ﻣُﺤْﺪِﺙٌ ﻭَ ﻟَﻮْ ﺟُﻨُﺒًﺎ – ﺣَﻤْﻞُ ﻭَ ﻣَﺲُّ ﻧَﺤْﻮِ ﻣُﺼْﺤَﻒٍ ﻟِﺤَﺎﺟَﺔِ ﺗَﻌَﻠُّﻤِﻪِ ﻭَ ﺩَﺭْﺳِﻪِ ﻭَ ﻭَﺳِﻴْﻠَﺘِﻬِﻤَﺎ، ﻛَﺤَﻤْﻠِﻪِ ﻟِﻠْﻤَﻜْﺘُﺐِ ﻭَ ﺍﻟْﺈِﺗْﻴَﺎﻥِ ﺑِﻪِ ﻟِﻠْﻤُﻌَﻠِّﻢِ ﻟِﻴُﻌَﻠِّﻤُﻪُ ﻣِﻨْﻪُ. ﻭَ ﻳَﺤْﺮُﻡُ ﺗَﻤْﻜِﻴْﻦُ ﻏَﻴْﺮُ ﺍﻟْﻤُﻤَﻴِّﺰِ ﻣِﻦْ ﻧَﺤْﻮِ ﻣُﺼْﺤَﻒٍ، ﻭَ ﻟَﻮْ ﺑَﻌْﺾَ ﺁﻳَﺔٍ، ﻭَ ﻛِﺘَﺎﺑَﺘُﻪُ ﺑِﺎﻟْﻌَﺠَﻤِﻴَّﺔِ، ﻭَ ﻭَﺿْﻊُ ﻧَﺤْﻮِ ﺩِﺭْﻫَﻢٍ ﻓِﻲْ ﻣَﻜْﺘُﻮْﺑِﻪِ، ﻭَ ﻋِﻠْﻢٍ ﺷَﺮْﻋِﻲٍّ . ﻭَ ﻛَﺬَﺍ ﺟَﻌْﻠُﻪُ ﺑَﻴْﻦَ ﺃَﻭْﺭَﺍﻗِﻪِ – ﺧِﻠَﺎﻓًﺎ ﻟِﺸَﻴْﺨِﻨَﺎ – ﻭَ ﺗَﻤْﺰِﻳْﻘُﻪُ ﻋَﺒَﺜًﺎ، ﻭَ ﺑَﻠْﻊُ ﻣَﺎ ﻛُﺘِﺐَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻟَﺎ ﺷُﺮْﺏُ ﻣَﺤْﻮِﻩِ، ﻭَ ﻣَﺪُّ ﺍﻟﺮِّﺟْﻞِ ﻟِﻠْﻤُﺼْﺤَﻒِ ﻣَﺎ ﻟَﻢْ ﻳَﻜُﻦْ ﻋَﻠَﻰ ﻣُﺮْﺗَﻔِﻊٍ. ﻭَ ﻳُﺴَﻦُّ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻡُ ﻟَﻪُ ﻛَﺎﻟْﻌَﺎﻟِﻢِ ﺑَﻞْ ﺃَﻭْﻟَﻰ، ﻭَ ﻳُﻜْﺮَﻩُ ﺣَﺮْﻕُ ﻣَﺎ ﻛُﺘِﺐَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺇِﻟَّﺎ ﻟِﻐَﺮَﺽِ ﻧَﺤْﻮِ ﺻِﻴَﺎﻧَﺔٍ، ﻓَﻐَﺴْﻠُﻪُ ﺃَﻭْﻟَﻰ ﻣِﻨْﻪُ .
Haram sebab berhadats melakukan shalat, (1) thawaf, (2) sujud, (3) membawa mushhaf, dan benda yang ditulis al-Qur’ān dengan tujuan untuk dirasah (4) (nderes; jawa) – walaupun sebagian ayat –seperti papan tulis. Penilaian di dalam tujuan untuk dirasah atau untuk mencari barakah adalah terletak ketika menulis bukan setelah hal tersebut, dan juga terletak pada penulis untuk dirinya sendiri atau untuk orang lain dengan cuma-cuma. Jika tidak cuma-cuma, maka niat terletak pada orang yang menyuruh. Tidak haram membawa mushhaf bila bersamaan dengan benda lain, sedang mushhaf tidak dimaksud untuk dibawa. (5) Haram menyentuh kertas mushhaf walaupun pada bagian yang kosong atau walaupun mushhaf tersebut berada pada wadah khusus yang telah disiapkan dan mushhaf ada di dalamnya. Tidak haram membuka lembaran mushhaf dengan kayu asal lembaran tersebut tidak terlepas dari kayu tersebut. Juga tidak haram ketika besertaan dengan tafsir yang melebihi dari tulisan mushhaf walaupun masih kemungkinan. Anak kecil yang telah tamyiz dan berhadats walaupun junub tidak boleh untuk dilarang membawa dan menyentuhnya sebab kebutuhan belajar dan mengajinya, begitu pula kebutuhan perantara keduanya seperti membawanya ke tempat belajar dan ke hadapan guru supaya guru tersebut mengajarinya. Haram membiarkan selain anak yang tamyiz untuk membawa atau menyentuh sejenis mushhaf walaupun sebagian ayat. (6) Haram menulisnya selain dengan huruf ‘Arab, haram pula meletakkan sejenis uang dirham di bagian yang tertulis mushhaf dan ilmu syari‘at, begitu pula menjadikan uang dirham di antara lembaran- lembarannya, sedang guru kami berbeda pendapat. Haram menyobek mushhaf tanpa tujuan dan menelan barang yang bertuliskan mushhaf (7). Tidak haram meminum air leburannya. Haram memanjangkan kaki ke arah mushhaf selama mushhaf itu tidak berada pada tempat yang tinggi. Disunnahkan untuk berdiri karena mushhaf seperti berdiri untuk orang alim bahkan untuk mushhaf lebih utama. Dimakruhkan membakar barang yang bertuliskan mushhaf kecuali karena ada tujuan untuk menjaganya, namun membasuh lebih utama dari pada membakarnya.
ﻭَ ﻳَﺤْﺮُﻡُ ﺑِﺎﻟْﺠَﻨَﺎﺑَﺔِ ﺍﻟْﻤُﻜْﺚُ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤَﺴْﺠِﺪِ ﻭَ ﻗِﺮَﺍﺀَﺓُ ﻗُﺮْﺁﻥٍ ﺑِﻘَﺼْﺪِﻩِ، ﻭَ ﻟَﻮْ ﺑَﻌْﺾَ ﺁﻳَﺔٍ، ﺑِﺤَﻴْﺚُ ﻳَﺴْﻤَﻊُ ﻧَﻔْﺴَﻪُ ﻭَ ﻟَﻮْ ﺻِﺒِﻴًّﺎ – ﺧِﻠَﺎﻓًﺎ ﻟِﻤَﺎ ﺃَﻓْﺘَﻰ ﺑِﻪِ ﺍﻟﻨَّﻮَﻭِﻱُّ .- ﻭَ ﺑِﻨَﺤْﻮِ ﺣَﻴْﺾٍ، ﻟَﺎ ﺑِﺨُﺮُﻭْﺝِ ﻃَﻠْﻖٍ، ﺻَﻠَﺎﺓٌ ﻭَ ﻗِﺮَﺍﺀَﺓٌ ﻭَ ﺻَﻮْﻡٌ. ﻭَ ﻳَﺠِﺐُ ﻗَﻀَﺎﺅُﻩُ ﻟَﺎ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓُ، ﺑَﻞْ ﻳَﺤْﺮُﻡُ ﻗَﻀَﺎﺅُﻫَﺎ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﺄَﻭْﺟَﻪِ .
Haram sebab janabah berdiam di dalam masjid, (8) menyengaja membaca al-Qur’ān (9) walaupun sebagian ayat sekira terdengar diri sendiri walaupun anak kecil, berbeda dengan fatwa Imām Nawawī. Haram dengan sebab sesamanya haid tidak dengan sebab keluarnya darah saat melahirkan. (10) – untuk melakukan shalat, membaca al-Qur’ān dan puasa. Wajib untuk mengqadha’ puasa dan tidak wajib mengqadha’ shalat, bahkan haram hukumnya menurut pendapat yang lebih unggul. (11).
TENTANG MANDI
( ﻭَ ‏) ﺍﻟﻄَّﻬَﺎﺭَﺓُ ‏( ﺍﻟﺜَّﺎﻧِﻴَﺔُ: ﺍﻟْﻐُﺴْﻞُ‏) ﻫُﻮَ ﻟُﻐَﺔً: ﺳَﻴَﻠَﺎﻥُ ﺍﻟْﻤَﺎﺀِ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﺸَّﻲْﺀِ. ﻭَ ﺷَﺮْﻋًﺎ: ﺳَﻴَﻠَﺎﻧُﻪُ ﻋَﻠَﻰ ﺟَﻤِﻴْﻊِ ﺍﻟْﺒَﺪَﻥِ ﺑِﺎﻟﻨِّﻴَّﺔِ. ﻭَ ﻟَﺎ ﻳَﺠِﺐُ ﻓَﻮْﺭًﺍ ﻭَ ﺇِﻥْ ﻋَﺼَﻰ ﺑِﺴَﺒَﺒِﻪِ، ﺑِﺨِﻠَﺎﻑِ ﻧَﺠَﺲٍ ﻋَﺼَﻰ ﺑِﺴَﺒَﺒِﻪِ. ﻭَ ﺍﻟْﺄَﺷْﻬَﺮُ ﻓِﻲْ ﻛَﻠَﺎﻡِ ﺍﻟْﻔُﻘَﻬَﺎﺀِ ﺿَﻢُّ ﻏَﻴْﻨِﻪِ، ﻟﻜِﻦَّ ﺍﻟْﻔَﺘْﺢَ ﺃَﻓْﺼَﺢُ، ﻭَ ﺑِﻀَﻤِّﻬَﺎ ﻣُﺸْﺘَﺮَﻙٌ ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟْﻔِﻌْﻞِ ﻭَ ﻣَﺎﺀِ ﺍﻟْﻐُﺴْﻞِ .
(Bersuci yang kedua adalah mandi). Mandi secara bahasa adalah mengalirkan air pada sesuatu. Sedang secara syara‘ adalah mengalirkan air pada seluruh tubuh disertai dengan niat. Tidak wajib untuk segera mandi walaupun sebab yang mengharuskan mandi itu adalah maksiat  berbeda dengan najis yang sebabnya adalah maksiat. Pendapat yang masyhur dalam pembicaraan ulama’ fiqh adalah dengan membaca dhammah ghain lafazh al-ghuslu , namun dengan membaca fatḥah akan lebih fasih. Dengan membaca dhammah berarti memiliki makna pekerjaan mandi dan air yang digunakan.
( ﻭَ ﻣُﻮْﺟِﺒُﻪُ‏) ﺃَﺭْﺑَﻌَﺔٌ: ﺃَﺣَﺪُﻫَﺎ: ‏(ﺧُﺮُﻭْﺝُ ﻣَﻨِﻴِّﻪِ ﺃَﻭَّﻟًﺎ‏) ﻭَ ﻳُﻌْﺮَﻑُ ﺑِﺄَﺣَﺪِ ﺧَﻮَﺍﺻِّﻪِ ﺍﻟﺜَّﻠَﺎﺙِ: ﻣِﻦْ ﺗَﻠَﺬُّﺫٍ ﺑِﺨُﺮُﻭْﺟِﻪِ، ﺃَﻭْ ﺗَﺪَﻓُّﻖٍ، ﺃَﻭْ ﺭِﻳْﺢِ ﻋَﺠِﻴْﻦٍ ﺭَﻃْﺒًﺎ ﻭَ ﺑَﻴَﺎﺽِ ﺑِﻴْﺾٍ ﺟَﺎﻓًﺎ. ﻓَﺈِﻥْ ﻓُﻘِﺪَﺕْ ﻫﺬِﻩِ ﺍﻟْﺨَﻮَّﺍﺹُ ﻓَﻠَﺎ ﻏُﺴْﻞَ. ﻧَﻌَﻢْ، ﻟَﻮْ ﺷَﻚَّ ﻓِﻲْ ﺷَﻲْﺀٍ ﺃَﻣَﻨِﻲٌّ ﻫُﻮَ ﺃَﻭْ ﻣَﺬِﻱٌّ؟ ﺗَﺨَﻴَّﺮَ ﻭَ ﻟَﻮْ ﺑِﺎﻟﺘَّﺸَﻬِﻲْ. ﻓَﺈِﻥْ ﺷَﺎﺀَ ﺟَﻌَﻠَﻪُ ﻣَﻨِﻴًّﺎ ﻭَ ﺍﻏْﺘَﺴَﻞَ، ﺃَﻭْ ﻣَﺬِﻳًﺎ ﻭَ ﻏَﺴَﻠَﻪُ ﻭَ ﺗَﻮَﺿَّﺄَ. ﻭَ ﻟَﻮْ ﺭَﺃَﻯ ﻣَﻨِﻴًّﺎ ﻣُﺠَﻔَّﻔًﺎ ﻓِﻲْ ﻧَﺤْﻮِ ﺛَﻮْﺑِﻪِ ﻟَﺰِﻣَﻪُ ﺍﻟْﻐُﺴْﻞُ ﻭَ ﺇِﻋَﺎﺩَﺓُ ﻛُﻞِّ ﺻَﻠَﺎﺓٍ ﺗَﻴَﻘَّﻨَﻬَﺎ ﺑَﻌْﺪَﻩُ، ﻣَﺎ ﻟَﻢْ ﻳَﺤْﺘَﻤِﻞْ ﻋَﺎﺩَﺓً ﻛَﻮْﻧُﻪُ ﻣِﻦْ ﻏَﻴْﺮِﻩِ. ‏( ﻭَ ‏)
ﺛَﺎﻧِﻴْﻬَﺎ: ‏( ﺩُﺧُﻮْﻝُ ﺣَﺸَﻔَﺔٍ ‏) ﺃَﻭْ ﻗَﺪْﺭِﻫَﺎ ﻣِﻦْ ﻓَﺎﻗِﺪِﻫَﺎ، ﻭَ ﻟَﻮْ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﻣِﻦْ ﺫَﻛَﺮٍ ﻣَﻘْﻄُﻮْﻉٍ ﺃَﻭْ ﻣِﻦْ ﺑَﻬِﻴْﻤَﺔٍ ﺃَﻭْ ﻣَﻴِّﺖٍ. ‏( ﻓَﺮْﺟًﺎ‏) ﻗُﺒُﻠًﺎ ﺃَﻭْ ﺩُﺑُﺮًﺍ، ‏( ﻭَ ﻟَﻮْ ﻟِﺒَﻬِﻴْﻤَﺔٍ ‏) ﻛَﺴَﻤَﻜَﺔٍ ﺃَﻭْ ﻣَﻴِّﺖٍ، ﻭَ ﻟَﺎ ﻳُﻌَﺎﺩُ ﻏُﺴْﻠُﻪُ ﻟِﺎﻧْﻘِﻄَﺎﻉِ ﺗَﻜْﻠِﻴْﻔِﻪِ .
(Hal yang mewajibkan mandi) ada empat.Yang pertama adalah (keluarnya mani seseorang; yang pertama ). Air mani dapat diketahui dengan salah satu dari tiga sifatnya khususnya: Merasa nikmat sebab keluarnya, keluar dengan tercurat, berbau adonan roti saat basah dan putih telur ketika kering. Jika tidak dijumpai kekhususan ini, maka tidaklah wajib untuk mandi. Benar tidak wajib mandi, namun kalau seandainya seseorang ragu pada sesuatu apakah itu mani ataukah madzi? maka diperbolehkan baginya untuk memilih walaupun sekehendak hatinya. Jika ia mau, boleh menjadikannya mani dan wajib mandi atau menjadikan madzi dan membasuhnya lalu berwudhu’. Kalau seandainya seseorang melihat mani yang kering di bajunya maka wajib untuk mandi dan mengulangi setiap shalat yang diyakini telah dikerjakan setelah melihat mani tersebut selama mani tersebut tidak ada kemungkinan secara adatnya milik orang lain.
(Yang) kedua adalah masuknya (kepala penis)atau kadar dari kepala penis yang terpotong,dari hewan atau dari mayit. (ke dalam kemaluan) baik kelamin ataupun anus (walaupun milik hewan) seperti ikan laut ataupun mayit. Mandinya mayit tidak perlu di ulangi sebab tanggungannya terhadap hukum syari‘at telah terputus.
( ﻭَ ‏) ﺛَﺎﻟِﺜُﻬَﺎ: ‏(ﺣَﻴْﺾٌ‏) ﺃَﻱِ ﺍﻧْﻘِﻄَﺎﻋُﻪُ، ﻭَ ﻫُﻮَ ﺩَﻡٌ ﻳَﺨْﺮُﺝُ ﻣِﻦْ ﺃَﻗْﺼَﻰ ﺭَﺣِﻢِ ﺍﻟْﻤَﺮْﺃَﺓِ ﻓِﻲْ ﺃَﻭْﻗَﺎﺕٍ ﻣَﺨْﺼُﻮْﺻَﺔٍ. ‏( ﻭَ ﺃَﻗَﻞُّ ﺳَﻨَﺔٍ ﺗِﺴْﻊُ ﺳِﻨِﻴْﻦَ ﻗَﻤَﺮِﻳَّﺔً‏) ﺃَﻱِ ﺍﺳْﺘِﻜْﻤَﺎﻟُﻬَﺎ. ﻧَﻌَﻢْ، ﺇِﻥْ ﺭَﺃَﺗْﻪُ ﻗَﺒْﻞَ ﺗَﻤَﺎﻣِﻬَﺎ ﺑِﺪُﻭْﻥِ ﺳِﺘَّﺔَ ﻋَﺸَﺮَ ﻳَﻮْﻣًﺎ ﻓَﻬُﻮْ ﺣَﻴْﺾٌ، ﻭَ ﺃَﻗَﻠُّﻪُ ﻳَﻮْﻡٌ ﻭَ ﻟَﻴْﻠَﺔٌ، ﻭَ ﺃَﻛْﺜَﺮُﻩُ ﺧَﻤْﺴَﺔَ ﻋَﺸَﺮَ ﻳَﻮْﻣًﺎ، ﻛَﺄَﻗَﻞِّ ﻃُﻬْﺮٍ ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟْﺤَﻴْﻀَﺘَﻴْﻦِ. ﻭَ ﻳَﺤْﺮُﻡُ ﺑِﻪِ ﻣَﺎ ﻳَﺤْﺮُﻡُ ﺑِﺎﻟْﺠَﻨَﺎﺑَﺔِ، ﻭَ ﻣُﺒَﺎﺷَﺮَﺓُ ﻣَﺎ ﺑَﻴْﻦَ ﺳُﺮَّﺗِﻬَﺎ ﻭَ ﺭُﻛْﺒَﺘِﻬَﺎ. ﻭَ ﻗِﻴْﻞَ: ﻟَﺎ ﻳَﺤْﺮُﻡُ ﻏَﻴْﺮُ ﺍﻟْﻮَﻃْﺊِ. ﻭَ ﺍﺧْﺘَﺎﺭَﻩُ ﺍﻟﻨَّﻮَﻭِﻱُّ ﻓِﻲ ﺍﻟﺘَّﺤْﻘِﻴْﻖِ، ﻟِﺨَﺒَﺮِ ﻣُﺴْﻠِﻢٍ: ﺍﺻْﻨَﻌُﻮْﺍ ﻛُﻞَّ ﺷَﻲْﺀٍ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟﻨِّﻜَﺎﺡَ. ﻭَ ﺇِﺫَﺍ ﺍﻧْﻘَﻄَﻊَ ﺩَﻣُﻬَﺎ ﺣَﻞَّ ﻟَﻬَﺎ ﻗَﺒْﻞَ ﺍﻟْﻐُﺴْﻞِ ﺻَﻮْﻡٌ ﻟَﺎ ﻭَﻃْﺊٌ، ﺧِﻠَﺎﻓًﺎ ﻟِﻤَﺎ ﺑِﺤَﺜَﻪُ ﺍﻟْﻌَﻠَﺎﻣَﺔِ ﺍﻟْﺠَﻠَﺎﻝُ ﺍﻟﺴُّﻴُﻮْﻃِﻲُّ ﺭَﺣِﻤَﻪُ ﺍﻟﻠﻪُ . ( ﻭَ ‏) ﺭَﺍﺑِﻌُﻬَﺎ: ‏( ﻧِﻔَﺎﺱٌ‏) ﺃَﻱِ ﺍﻧْﻘِﻄَﺎﻋُﻪُ، ﻭَ ﻫُﻮَ ﺩَﻡُ ﺣَﻴْﺾٍ ﻣُﺠْﺘَﻤِﻊٍ ﻳَﺨْﺮُﺝُ ﺑَﻌْﺪَ ﻓِﺮَﺍﻍِ ﺟَﻤِﻴْﻊِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻢِ، ﻭَ ﺃَﻗَﻠُّﻪُ ﻟَﺤْﻈَﺔً، ﻭَ ﻏَﺎﻟِﺒُﻪُ ﺃَﺭْﺑَﻌُﻮْﻥَ ﻳَﻮْﻣًﺎ، ﻭَ ﺃَﻛْﺜَﺮُﻩُ ﺳِﺘُّﻮْﻥَ ﻳَﻮْﻣًﺎ. ﻭَ ﻳَﺤْﺮُﻡُ ﺑِﻪِ ﻣَﺎ ﻳَﺤْﺮُﻡُ ﺑِﺎﻟْﺤَﻴْﺾِ، ﻭَ ﻳَﺠِﺐُ ﺍﻟْﻐَﺴْﻞُ ﺃَﻳْﻀًﺎ ﺑِﻮِﻟَﺎﺩَﺓٍ ﻭَ ﻟَﻮْ ﺑِﻠَﺎ ﺑَﻠَﻞٍ، ﻭَ ﺇِﻟْﻘَﺎﺀِ ﻋَﻠَﻘَﺔٍ ﻭَ ﻣُﻀْﻐَﺔٍ، ﻭَ ﺑِﻤَﻮْﺕِ ﻣُﺴْﻠِﻢٍ ﻏَﻴْﺮِ ﺷَﻬِﻴْﺪٍ .

(Yang) ketiganya adalah (berhentinya haid). Haid adalah darah yang keluar dari pangkal rahim wanita di waktu-waktu tertentu. (Minimal wanita dapat mengalami haid adalah wanita yang sempurna berumur sembilan tahun Qamariyyah). Benar minimalnya sempurna sembilan tahun, namun
jika ada seorang wanita yang belum
sempurna umur tersebut dengan kurang 16 hari, maka itu namanya haid. Minimal haid adalah satu hari satu malam  dan maksimalnya adalah 15 hari seperti minimal suci di antara dua haid. Diharamkan dengan sebab haid hal-hal yang diharamkan sebab junub, dan ditambah dengan keharaman menyentuh anggota di antara pusar dan lutut. Sebagian pendapat mengatakan hal itu tidaklah haram selain bersetubuh. Pendapat tersebut dipilih oleh Imām Nawawī dalam kitab Taḥqīq-nya sebab hadits yang diriwayatkan Imam Muslim: Lakukanlah segala sesuatu selain bersetubuh . Ketika darah telah terputus maka halal bagi wanita tersebut sebelum mandi untuk melakukan puasa, tidak bersetubuh, berbeda dengan pendapat yang telah dibahas oleh al-‘Allāmah Jalāl-ud-Dīn as-Suyūthī semoga Allah mengasihinya – (Yang) keempatnya adalah (berhentinya nifas). Nifas adalah darah haid yang terkumpul setelah kosongnya seluruh rahim. Minimal dari nifas adalah satu tetes, umumnya 40 hari, dan maksimalnya 60 hari. Haram sebab nifas (adalah sama dengan) semua keharaman sebab haid. Dan juga wajib untuk melakukan mandi sebab melahirkan (8 8) walaupun tanpa cairan basah, sebab mengeluarkan segumpal darah, segumpal daging (9 9) dan sebab matinya orang muslim yang tidak syahid.

( ﻭَ ﻓَﺮْﺿُﻪُ ‏) – ﺃَﻱِ ﺍﻟْﻐُﺴْﻞِ – ﺷَﻴْﺌَﺎﻥِ: ﺃَﺣَﺪُﻫُﻤَﺎ: ‏(ﻧِﻴَّﺔُ ﺭَﻓْﻊِ ﺍﻟْﺠَﻨَﺎﺑَﺔِ‏) ﻟِﻠْﺠُﻨُﺐِ، ﺃَﻭِ ﺍﻟْﺤَﻴْﺾِ ﻟِﻠْﺤَﺎﺋِﺾِ. ﺃَﻱْ ﺭَﻓْﻊِ ﺣُﻜْﻤِﻪِ. ‏( ﺃَﻭْ‏) ﻧِﻴَّﺔُ ‏(ﺃَﺩَﺍﺀِ ﻓَﺮْﺽِ ﺍﻟْﻐُﺴْﻞِ‏) ﺃَﻭْ ﺭَﻓْﻊِ ﺣَﺪَﺙٍ، ﺃَﻭِ ﺍﻟﻄَّﻬَﺎﺭَﺓِ ﻋَﻨْﻪُ، ﺃَﻭْ ﺃَﺩَﺍﺀِ ﺍﻟْﻐُﺴْﻞِ. ﻭَ ﻛَﺬَﺍ ﺍﻟْﻐُﺴْﻞُ ﻟِﻠﺼَّﻠَﺎﺓِ ﻟَﺎ ﺍﻟْﻐُﺴْﻞُ ﻓَﻘَﻂْ. ﻭَ ﻳَﺠِﺐُ ﺃَﻥْ ﺗَﻜُﻮْﻥَ ﺍﻟﻨِّﻴَّﺔُ ‏(ﻣَﻘْﺮُﻭْﻧَﺔً ﺑِﺄَﻭَّﻟِﻪِ ‏) – ﺃَﻱِ ﺍﻟْﻐُﺴْﻞِ – ﻳَﻌْﻨِﻲْ ﺑِﺄَﻭَّﻝِ ﻣَﻐْﺴُﻮْﻝٍ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺒَﺪَﻥِ، ﻭَ ﻟَﻮْ ﻣِﻦْ ﺃَﺳْﻔَﻠِﻪِ. ﻓَﻠَﻮْ ﻧَﻮَﻯ ﺑَﻌْﺪَ ﻏَﺴْﻞِ ﺟُﺰْﺀٍ ﻭَﺟَﺐَ ﺇِﻋَﺎﺩَﺓُ ﻏَﺴْﻠِﻪِ. ﻭَ ﻟَﻮْ ﻧَﻮَﻯ ﺭَﻓْﻊَ
ﺍﻟْﺠَﻨَﺎﺑَﺔِ ﻭَ ﻏَﺴَﻞَ ﺑَﻌْﺾَ ﺍﻟْﺒَﺪَﻥِ ﺛُﻢَّ ﻧَﺎﻡَ ﻓَﺎﺳْﺘَﻴْﻘَﻆَ ﻭَ ﺃَﺭَﺍﺩَ ﻏَﺴْﻞَ ﺍﻟْﺒَﺎﻗِﻲْ ﻟَﻢْ ﻳَﺤْﺘَﺞْ ﺇِﻟَﻰ ﺇِﻋَﺎﺩَﺓِ ﺍﻟﻨِّﻴَّﺔِ .

(Kefardhuan mandi) ada dua hal. Yang pertama adalah (niat menghilangkan hukum janabah) bagi orang junub, menghilangkan hukum haid bagi orang haid (atau) berniat (menunaikan kefardhuan mandi), menghilangkan hadats, niat bersuci dari hadats atau niat menunaikan mandi, begitu pula berniat mandi untuk shalat, tidak berniat mandi saja. Niat haruslah (dibarengkan dengan permulaan mandi) maksudnya adalah awal anggota yang dibasuh walaupun dari anggota tubuh bagian bawah. Jika seseorang berniat setelah membasuh satu bagian tubuh, maka wajib mengulangi membasuh anggota tersebut. Jika setelah berniat menghilangkan janabah dan membasuh sebagian tubuhnya lalu tidur kemudian bangun dan meneruskan anggota tubuh yang lain, maka tidak perlu untuk mengulangi niatnya.
( ﻭَ ‏) ﺛَﺎﻧِﻴْﻬُﻤَﺎ: ‏(ﺗَﻌْﻤِﻴْﻢُ ‏) ﻇَﺎﻫِﺮِ ‏( ﺑَﺪَﻥٍ ﺣَﺘَّﻰ‏) ﺍﻟْﺄَﻇْﻔَﺎﺭَ ﻭَ ﻣَﺎ ﺗَﺤْﺘَﻬَﺎ، ﻭَ ‏( ﺍﻟﺸَّﻌْﺮِ‏) ﻇَﺎﻫِﺮًﺍ ﻭَ ﺑَﺎﻃِﻨًﺎ ﻭَ ﺇِﻥْ ﻛَﺜُﻒَ، ﻭَ ﻣَﺎ ﻇَﻬَﺮَ ﻣِﻦْ ﻧَﺤْﻮِ ﻣَﻨْﺒَﺖِ ﺷَﻌْﺮَﺓٍ ﺯَﺍﻟَﺖْ ﻗَﺒْﻞَ ﻏَﺴْﻠِﻬَﺎ، ﻭَ ﺻُﻤَﺎﺥٍ ﻭَ ﻓَﺮْﺝِ ﺍﻣْﺮَﺃَﺓٍ ﻋِﻨْﺪَ ﺟُﻠُﻮْﺳِﻬَﺎ ﻋَﻠَﻰ ﻗَﺪَﻣَﻴْﻬَﺎ، ﻭَ ﺷُﻘُﻮْﻕٍ ‏( ﻭَ ﺑَﺎﻃِﻦِ ﺟُﺪْﺭِﻱٍّ ‏) ﺍﻧْﻔَﺘَﺢَ ﺭَﺃْﺳُﻪُ ﻟَﺎ ﺑَﺎﻃِﻦِ ﻗَﺮْﺣَﺔٍ ﺑَﺮِﺋَﺖْ ﻭَ ﺍﺭْﺗَﻔَﻊَ ﻗَﺸْﺮُﻫَﺎ ﻭَ ﻟَﻢْ ﻳَﻈْﻬَﺮْ ﺷَﻲْﺀٌ ﻣِﻤَّﺎ ﺗَﺤْﺘَﻪُ. ﻭَ ﻳَﺤْﺮُﻡُ ﻓَﺘْﻖُ ﺍﻟْﻤُﻠْﺘَﺤِﻢِ ‏( ﻭَ ﻣَﺎ ﺗَﺤْﺖَ ﻗُﻠْﻔَﺔٍ ‏) ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺄَﻗْﻠَﻒِ ﻓَﻴَﺠِﺐُ ﻏَﺴْﻞُ ﺑَﺎﻃِﻨِﻬَﺎ ﻟِﺄَﻧَّﻬَﺎ ﻣُﺴْﺘَﺤِﻘَّﺔُ ﺍﻟْﺈِﺯَﺍﻟَﺔِ، ﻟَﺎ ﺑَﺎﻃِﻦِ ﺷَﻌْﺮٍ ﺍِﻧْﻌَﻘَﺪَ
ﺑِﻨَﻔْﺴِﻪِ ﻭَ ﺇِﻥْ ﻛَﺜُﺮَ، ﻭَ ﻟَﺎ ﻳَﺠِﺐُ ﻣَﻀْﻤَﻀَﺔٌ ﻭَ ﺍﺳْﺘِﻨْﺸَﺎﻕٌ ﺑَﻞْ ﻳُﻜْﺮَﻩُ ﺗَﺮْﻛُﻬُﻤَﺎ. ‏(ﺑِﻤَﺎﺀٍ ﻃَﻬُﻮْﺭٍ‏) ﻭَ ﻣَﺮَّ ﺃَﻧَّﻪُ ﻳَﻀُﺮُّ ﺗَﻐَﻴُّﺮُ ﺍﻟْﻤَﺎﺀِ ﺗَﻐَﻴُّﺮًﺍ ﺿَﺎﺭًّﺍ ﻭَ ﻟَﻮْ ﺑِﻤَﺎ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻌُﻀْﻮِ، ﺧِﻠَﺎﻓًﺎ ﻟِﺠَﻤْﻊٍ. ‏( ﻭَ ﻳَﻜْﻔِﻲْ ﻇَﻦُّ ﻋُﻤُﻮْﻣِﻪِ‏) – ﺃَﻱِ ﺍﻟْﻤَﺎﺀِ – ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﺒَﺸَﺮَﺓِ ﻭَ ﺍﻟﺸَّﻌْﺮِ ﻭَ ﺇِﻥْ ﻟَﻢْ ﻳَﺘَﻴَﻘَّﻨْﻪُ، ﻓَﻠَﺎ ﻳَﺠِﺐُ ﺗَﻴَﻘُّﻦُ ﻋُﻤُﻮْﻣِﻪِ ﺑَﻞْ ﻳَﻜْﻔِﻲْ ﻏَﻠَﺒَﺔُ ﺍﻟﻈَّﻦِّ ﺑِﻪِ ﻓِﻴْﻪِ ﻛَﺎﻟْﻮُﺿُﻮْﺀِ .

(Yang) kedua adalah (meratakan air ke seluruh anggota luar badan) sampai pada kuku-kuku, anggota yang berada di bawahnya, (seluruh rambut) luar dalam walaupun tebal, anggota yang terlihat dari tempat tumbuhnya rambut yang terlepas sebelum membasuhnya, lubang kuping, vagina wanita saat duduk jongkok,  anggota tubuh yang robek dan bagian dalam bisul yang terbuka ujungnya, tidak batin luka yang telah sembuh dan kulitnya telah hilang dan tidak tampak sesuatu di bawahnya. Haram hukumnya menyobek jari-jari yang rekat. (Kewajiabn tersebut sampai pada anggota yang berada di bawah kuncup bagi lelaki yang belum khitan). Maka wajib untuk membasuh bagian dalamnya sebab kuncup tersebut harus dihilangkan, tidak batin rambut yang terikat dengan sendirinya walaupun banyak. Tidak wajib berkumur dan menyerap air dari hidung, akan tetapi hukumnya makruh meninggalkan keduanya. (Dengan menggunakan air yang suci mensucikan). Telah lewat penjelasan tentang bahayanya
perubahan air dengan perubahan yang dapat merusak kesucian air, walaupun dengan sebab sesuatu yang berada pada anggotanya sendiri, berbeda dengan pendapat segolongan ‘ulama’. (Cukup adanya praduga telah ratanya air terhadap kulit dan rambut) walaupun tidak meyakinkannya. Maka tidak wajib baginya untuk yakin telah ratanya air, bahkan cukup dengan praduga saja seperti halnya wudhu’.

( ﻭَ ﺳُﻦَّ ‏) ﻟِﻠْﻐُﺴْﻞِ ﺍﻟْﻮَﺍﺟِﺐِ ﻭَ ﺍﻟْﻤَﻨْﺪُﻭْﺏِ ‏(ﺗَﺴْﻤِﻴَّﺔٌ‏) ﺃَﻭَّﻟَﻪُ، ‏( ﻭَ ﺇِﺯَﺍﻟَﺔُ ﻗَﺬَﺭٍ ﻃَﺎﻫِﺮٍ‏) ﻛَﻤَﻨِﻲٍّ ﻭَ ﻣُﺨَﺎﻁٍ، ﻭَ ﻧَﺠَﺲٍ ﻛَﻤَﺬِﻱٍّ، ﻭَ ﺇِﻥْ ﻛَﻔَﻰ ﻟَﻬُﻤَﺎ ﻏَﺴْﻠَﺔٌ ﻭَﺍﺣِﺪَﺓٌ، ﻭَ ﺃَﻥْ ﻳَﺒُﻮْﻝَ ﻣَﻦْ ﺃَﻧْﺰَﻝَ ﻗَﺒْﻞَ ﺃَﻥْ ﻳَﻐْﺘَﺴِﻞَ ﻟِﻴَﺨْﺮُﺝَ ﻣَﺎ ﺑَﻘِﻲَ ﺑَﻤَﺠْﺮَﺍﻩُ. ‏( ﻓَ‏) – ﺑَﻌْﺪَ ﺇِﺯَﺍﻟَﺔِ ﺍﻟْﻘَﺬَﺭِ ‏( ﻣَﻀْﻤَﻀَﺔٌ ﻭَ ﺍﺳْﺘِﻨْﺸَﺎﻕٌ ﺛُﻢَّ ﻭُﺿُﻮْﺀٌ‏) ﻛَﺎﻣِﻠًﺎ – ﻟِﻠْﺎِﺗِّﺒَﺎﻉِ - ، ﺭَﻭَﺍﻩُ ﺍﻟﺸَّﻴْﺨَﺎﻥِ. ﻭَ ﻳُﺴَﻦُّ ﻟَﻪُ ﺍﺳْﺘِﺼْﺤَﺎﺑُﻪُ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﻔِﺮَﺍﻍِ، ﺣَﺘَّﻰ ﻟَﻮْ ﺃَﺣْﺪَﺙَ، ﺳُﻦَّ ﻟَﻪُ ﺇِﻋَﺎﺩَﺗُﻪُ. ﻭَ ﺯَﻋْﻢُ ﺍﻟْﻤَﺤَﺎﻣِﻠِﻲْ ﺍﺧْﺘِﺼَﺎﺻَﻪُ ﺑِﺎﻟْﻐُﺴْﻞِ ﺍﻟْﻮَﺍﺟِﺐِ ﺿَﻌِﻴْﻒٌ، ﻭَ ﺍﻟْﺄَﻓْﻀَﻞُ ﻋَﺪَﻡُ ﺗَﺄْﺧِﻴْﺮِ ﻏَﺴْﻞِ ﻗَﺪَﻣَﻴْﻪِ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﻐُﺴْﻞِ، ﻛَﻤَﺎ ﺻَﺮَّﺡَ ﺑِﻪِ ﻓِﻲ ﺍﻟﺮَّﻭْﺿَﺔِ، ﻭَ ﺇِﻥْ ﺛَﺒَﺖَ
ﺗَﺄْﺧِﻴْﺮُﻫُﻤَﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺒُﺨَﺎﺭِﻱِّ. ﻭَ ﻟَﻮْ ﺗَﻮَﺿَّﺄَ ﺃَﺛْﻨَﺎﺀَ ﺍﻟْﻐُﺴْﻞِ ﺃَﻭْ ﺑَﻌْﺪَﻩُ ﺣَﺼَﻞَ ﻟَﻪُ ﺃَﺻْﻞُ ﺍﻟﺴُّﻨَّﺔِ، ﻟﻜِﻦِ ﺍﻟْﺄَﻓْﻀَﻞُ ﺗَﻘْﺪِﻳْﻤُﻪُ، ﻭَ ﻳُﻜْﺮَﻩُ
ﺗَﺮْﻛُﻪُ. ﻭَ ﻳَﻨْﻮِﻱْ ﺑِﻪِ ﺳُﻨَّﺔَ ﺍﻟْﻐُﺴْﻞِ ﺇِﻥْ ﺗَﺠَﺮَّﺩَﺕْ ﺟَﻨَﺎﺑَﺘُﻪُ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﺄَﺻْﻐَﺮِ، ﻭَ ﺇِﻟَّﺎ ﻧَﻮَﻯ ﺑِﻪِ ﺭَﻓْﻊَ ﺍﻟْﺤَﺪَﺙِ ﺍﻟْﺄَﺻْﻐَﺮِ ﺃَﻭْ ﻧَﺤْﻮِﻩِ،
ﺧُﺮُﻭْﺟًﺎ ﻣِﻦْ ﺧِﻠَﺎﻑِ ﻣُﻮْﺟِﺒِﻪِ ﺍﻟْﻘَﺎﺋِﻞِ ﺑِﻌَﺪَﻡِ ﺍﻟْﺎِﻧْﺪِﺭَﺍﺝِ. ﻭَ ﻟَﻮْ ﺃَﺣْﺪَﺙَ ﺑَﻌْﺪَ ﺍﺭْﺗِﻔَﺎﻉِ ﺟَﻨَﺎﺑَﺔِ ﺃَﻋْﻀَﺎﺀِ ﺍﻟْﻮُﺿُﻮْﺀِ ﻟَﺰِﻣَﻪُ
ﺍﻟْﻮُﺿُﻮْﺀُ ﻣُﺮَﺗَّﺒًﺎ ﺑِﺎﻟﻨِّﻴَّﺔِ. ‏(ﻓَﺘَﻌَﻬُّﺪُ ﻣَﻌَﺎﻃِﻒٍ‏) ﻛَﺎﻟْﺄُﺫُﻥِ ﻭ ﺍﻟْﺈِﺑْﻂِ ﻭَ ﺍﻟﺴُّﺮَّﺓِ ﻭَ ﺍﻟْﻤُﻮْﻕِ ﻭَ ﻣَﺤَﻞُّ ﺷَﻖٍّ، ﻭَ ﺗَﻌَﻬُّﺪُ ﺃُﺻُﻮْﻝِ ﺷَﻌْﺮٍ، ﺛُﻢَّ ﻏَﺴْﻞُ ﺭَﺃْﺱٍ ﺑِﺎﻟْﺈِﻓَﺎﺿَﺔِ ﺑَﻌْﺪَ ﺗَﺨْﻠِﻴْﻠِﻪِ ﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺷَﻌْﺮٌ، ﻭَ ﻟَﺎ ﺗَﻴَﺎﻣُﻦَ ﻓِﻴْﻪِ ﻟِﻐَﻴْﺮِ ﺃَﻗْﻄَﻊَ. ﺛُﻢَّ ﻏَﺴْﻞُ ﺷَﻖٍّ ﺃَﻳْﻤَﻦَ ﺛُﻢَّ ﺃَﻳْﺴَﺮَ، ‏( ﻭَ ﺩَﻟْﻚٌ‏) ﻟِﻤَﺎ ﺗَﺼِﻠُﻪُ ﻳَﺪُﻩُ ﻣِﻦْ ﺑَﺪَﻧِﻪِ، ﺧُﺮُﻭْﺟًﺎ ﻣِﻦْ ﺧِﻠَﺎﻑِ ﻣَﻦْ ﺃَﻭْﺟَﺒَﻪُ. ‏( ﻭَ ﺗَﺜْﻠِﻴْﺚٌ‏) ﻟِﻐُﺴْﻞٍ ﺟَﻤِﻴْﻊِ ﺍﻟْﺒَﺪَﻥِ، ﻭَ ﺍﻟﺪَّﻟْﻚُ ﻭَ ﺍﻟﺘَّﺴْﻤِﻴَﺔُ ﻭَ ﺍﻟﺬِّﻛْﺮُ ﻋَﻘِﺒَﻪُ، ﻭَ ﻳَﺤْﺼُﻞُ ﻓِﻲْ ﺭَﺍﻛِﺪٍ ﺑِﺘَﺤَﺮُّﻙِ ﺟَﻤِﻴْﻊِ ﺍﻟْﺒَﺪَﻥِ ﺛَﻠَﺎﺛًﺎ، ﻭَ ﺇِﻥْ ﻟَﻢْ ﻳَﻨْﻘُﻞْ ﻗَﺪَﻣَﻴْﻪِ ﺇِﻟَﻰ
ﻣَﻮْﺿِﻊٍ ﺁﺧَﺮَ، ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﺄَﻭْﺟَﻪِ ‏( ﻭَ ﺍﺳْﺘِﻘْﺒَﺎﻝٌ‏) ﻟِﻠْﻘِﺒْﻠَﺔِ ﻭَ ﻣُﻮَﺍﻟَﺎﺓٌ، ﻭَ ﺗَﺮْﻙُ ﺗَﻜَﻠُّﻢٍ ﺑِﻠَﺎ ﺣَﺎﺟَﺔٍ، ﻭَ ﺗَﻨْﺸِﻴْﻒٌ ﺑِﻠَﺎ ﻋُﺬْﺭٍ. ﻭَ ﺗُﺴَﻦُّ ﺍﻟﺸَّﻬَﺎﺩَﺗَﺎﻥِ ﺍﻟْﻤُﺘَﻘَﺪِّﻣَﺘَﺎﻥِ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻮُﺿُﻮْﺀِ ﻣَﻊَ ﻣَﺎ ﻣَﻌَﻬُﻤَﺎ ﻋَﻘِﺐَ ﺍﻟْﻐُﺴْﻞِ، ﻭَ
ﺃَﻥْ ﻟَﺎ ﻳَﻐْﺘَﺴِﻞَ ﻟِﺠَﻨَﺎﺑَﺔٍ ﺃَﻭْ ﻏَﻴْﺮِﻫَﺎ، ﻛَﺎﻟْﻮُﺿُﻮْﺀِ ﻓِﻲْ ﻣَﺎﺀٍ ﺭَﺍﻛِﺪٍ ﻟَﻢْ ﻳَﺴْﺘَﺒْﺤِﺮْ ﻛَﻨَﺎﺑِﻊٍ ﻣِﻦْ ﻋَﻴْﻦٍ ﻏَﻴْﺮِ ﺟَﺎﺭٍ.

Disunnahkan di dalam mandi wajib da 
sunnah untuk melafazhkan basamalah pada permulaannya dan menghilangkan kotoran yang suci seperti mani dan liur dahak dan kotoran yang najis seperti madzi, walaupun cukup bagi keduanya satu basuhan. (). Sunnah untuk kencing lebih dahulu bagi seorang yang mengeluarkan mani sebelum mandi supaya mani yang tersisa ikut
keluar dari tempat lewatnya air kencing. Setelah menghilangkan kotoran, disunnahkan berkumur dan menyerap air dari hidung, kemudian berwudhu’ secara sempurna, sebab mengikuti sabda Nabi yang diriwayatkan Imām Bukhārī-Muslim. Disunnahkan baginya untuk melanggengkan kesucian wudhu’
sampai selesainya mandi, hingga kalau
seandainya ia hadats disunnahkan untuk mengulangi wudhu’nya. Dugaan Imām Maḥāmilī tentang kekhususan kesunnahkan wudhu’ terhadap mandi wajib adalah pendapat yang lemah. Yang lebih utama adalah tidak mengakhirkan membasuh kedua telapak kaki dari mandi seperti yang telah dijelaskan oleh Imām Nawawī dalam kitab Raudhah -nya walaupun mengakhirkan dua telapak kaki tersebut terdapat dalam hadits
Imam Bukhari. Kalau seandainya seseorang berwudhu’ di tengah mandi atau setelah selesai, maka kesunnahan telah ia dapatkan. Namun yang lebih utama adalah mendahulukannya dan dimakruhkan untuk meninggalkannya. Berniatlah kesunnahan mandi saat berwudhu’ jika jinabahnya tidak
bersamaan dengan hadats kecil. Jika
bersamaan hadats kecil, maka berniatlah menghilangkan hadats kecil atau sesamanya sebagai upaya keluar dari perbedaan ‘ulama’ yang mewajibkannya yang mengatakan bahwa wudhu’ tidak masuk dalam mandi besar. Kalau seseorang berhadats setelah hilangnya
janabah dari anggota wudhu’nya maka wajib baginya untuk berwudhu’ secara tertib disertati dengan niat wudhu’. (Disunnahkan untuk memperhatikan lipatan-lipatan tubuhnya seperti telinga, ketiak, pusar, saluaran air mata, daerah-daerah yang sobek, memperhatikan akar-akar rambut, kemudian setelah itu diguyur dengan air setelah disela- sela jika ia punya rambut, dan tidak ada kesunnahan mendahulukan kepala kanan bagi selain seorang yang tangannya terpotong. Setelah itu membasuh anggota badan yang kanan, disusul yang kiri dan menggosok anggota badan yang terjangkau oleh tangannya sebagai upaya keluar dari perselisihan ‘ulama’ yang mewajibkannya (Sunnah untuk meniga kalikan) dalam membasuh seluruh tubuhnya, menggosok, bismillah dan dzikir setelahnya. Kesunnahan meniga kalikan ini akan didapatkan dengan menggerakkan tubuhnya tiga kali di air yang diam walaupun tidak sampai memindah dua telapak kakinya ke tempat lain, menurut pendapat yang lebih unggul. Sunnah menghadap ke arah kiblat, teruns-menerus, meninggalkan perbincangan tanpa ada hajat dan meninggalakan mengelap tanpa udzur. Disunnahkan membaca dua kalimat syahadat setelah mandi, seperti yang telah disebutkan sebelumnya dalam bab wudhu’ beserta doa- doanya. Disunnahkan untuk tidak mandi junub atau selainnya – seperti halnya wudhu’ – dia air yang diam selama tidak berjumlah yang banyak seperti halnya mata air yang tidak mengalir. 7 ).

( ﻓَﺮْﻉٌ‏) ﻟَﻮِ ﺍﻏْﺘَﺴَﻞَ ﻟِﺠَﻨَﺎﺑَﺔٍ ﻭَ ﻧَﺤْﻮُ ﺟُﻤْﻌَﺔٍ ﺑِﻨِﻴَّﺘِﻬِﻤَﺎ ﺣَﺼَﻠَﺎ، ﻭَ ﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﺍﻟْﺄَﻓْﻀَﻞُ ﺇِﻓْﺮَﺍﺩُ ﻛُﻞٍّ ﺑِﻐُﺴْﻞٍ، ﺃَﻭْ ﻟِﺄَﺣَﺪِﻫِﻤَﺎ ﺣَﺼَﻞَ ﻓَﻘَﻂْ. ‏( ﻭَ ﻟَﻮْ ﺃَﺣْﺪَﺙَ ﺛُﻢَّ ﺃَﺟْﻨَﺐَ ﻛَﻔَﻰ ﻏُﺴْﻞٌ ﻭَﺍﺣِﺪٌ‏) ﻭَ ﺇِﻥْ ﻟَﻢْ ﻳَﻨْﻮِ ﻣَﻌَﻪُ ﺍﻟْﻮُﺿُﻮْﺀُ ﻭَ ﻟَﺎ ﺭَﺗَّﺐَ ﺃَﻋْﻀَﺎﺀَﻩُ.


(Cabang Masalah ). Kalau seandainya
seseorang melakukan mandi junub dan
semacam mandi Jum‘at dengan niat
keduanya, maka keduanya dapat dihasilkan, ( ) walaupun yang utama adalah menyendirikan setiap satu mandi. Atau berniat salah satunya, maka yang hasil hanyalah satu saja. Kalau seandainya seseorang berhadats kemudian junub, maka cukup melakukan satu mandi walaupun ia tidak berniat wudhu’ besertana mandi itu. Dan tidaklah ada hukum tartib di antara anggota- anggotanya.

( ﻓَﺮْﻉٌ‏) ﻳُﺴَﻦَّ ﻟِﺠُﻨُﺐٍ ﻭَ ﺣَﺎﺋِﺾٍ ﻭَ ﻧُﻔَﺴَﺎﺀُ ﺑَﻌْﺪَ ﺍﻧْﻘِﻄَﺎﻉِ ﺩَﻣِﻬِﻤَﺎ ﻏَﺴْﻞُ ﻓَﺮْﺝٍ ﻭَ ﻭُﺿُﻮْﺀٍ ﻟِﻨَﻮْﻡٍ ﻭَ ﺃَﻛْﻞٍ ﻭَ ﺷُﺮْﺏٍ، ﻭَ ﻳُﻜْﺮَﻩُ ﻓِﻌْﻞُ ﺷَﻲْﺀٍ ﻣِﻦْ ﺫﻟِﻚَ ﺑِﻠَﺎ ﻭُﺿُﻮْﺀٍ. ﻭَ ﻳَﻨْﺒَﻐِﻲْ ﺃَﻥْ ﻟَﺎ ﻳُﺰِﻳْﻠُﻮْﺍ ﻗَﺒْﻞَ ﺍﻟْﻐُﺴْﻞِ ﺷَﻌْﺮًﺍ ﺃَﻭْ ﻇُﻔْﺮًﺍ، ﻭَ ﻛَﺬَﺍ ﺩَﻣًﺎ، ﻟِﺄَﻥَّ ﺫﻟِﻚَ ﻳَﺮِﺩُ ﻓِﻲ
ﺍﻟْﺂﺧِﺮَﺓِ ﺟُﻨُﺒًﺎ. ‏( ﻭَ ﺟَﺎﺯَ ﺗَﻜَﺸُّﻒٌ ﻟَﻪُ‏) ﺃَﻱْ ﻟِﻠْﻐُﺴْﻞِ، ‏( ﻓِﻲْ  ﺧَﻠْﻮَﺓٍ‏) ﺃَﻭْ ﺑِﺤَﻀْﺮَﺓِ ﻣَﻦْ ﻳَﺠُﻮْﺯُ ﻧَﻈْﺮُﻩُ ﺇِﻟَﻰ ﻋَﻮْﺭَﺗِﻪِ ﻛَﺰَﻭْﺟَﺔٍ ﻭَ ﺃَﻣَﺔٍ، ﻭَ ﺍﻟﺴَّﺘْﺮُ ﺃَﻓْﻀَﻞُ. ﻭَ ﺣَﺮُﻡَ ﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﺛَﻢَّ ﻣَﻦْ ﻳَﺤْﺮُﻡُ ﻧَﻈْﺮُﻩُ ﺇِﻟَﻴْﻬَﺎ، ﻛَﻤَﺎ ﺣَﺮُﻡَ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺨَﻠْﻮَﺓِ ﺑِﻠَﺎ ﺣَﺎﺟَﺔٍ ﻭَ ﺣَﻞَّ ﻓِﻴْﻬَﺎ
ﻟِﺄَﺩْﻧَﻰ ﻏَﺮَﺽٍ، ﻛَﻤَﺎ ﻳَﺄْﺗِﻲْ .

(Cabangan Masalah). Disunnahkan bagi
seorang yang junub, haidh dan nifas setelah berhentinya darah untuk membasuh kemaluannya dan berwudhu’ sebelum tidur, makan dan minum. (9 Dimakruhkan untuk melakukan sesuatu dari itu tanpa berwudhu’. Sebaiknya mereka sebelum mandi tidak memotong rambut dan kuku, begitu pula menghilangkan darah, sebab semua itu akan dikembalikan di akhirat dalam keadaan junub. () Diperbolehkan untuk membuka aurat ketika mandi di tempat yang sepi atau disamping orang yang diperbolehkan untuk melihat auratnya, seperti istri dan budak wanitanya. Sedangkan menutupinya adalah hal yang lebih utama. Haram membuka aurat bila di tempat tersebut dapat seorang yang haram melihat auratnya, () seperti diharamkan membuka aurat di tempat yang sepi tanpa ada hajat. Boleh membukanya bila ada minimal hajat seperti keterangan nanti.

(وثانيها) اى ثانى شروط الصلاة (طهارة بدن) ومنه داخل الفم والانف والعينين (وملبوس) وغيره من كل محمول له وان لم يتحرك بحركته (ومكان) يصلى فيه (عن نجس) غير معفو عنه فلا تصح الصلاة معه ولو ناسيا او جاهلا بوجوده او بكونه مبطلا لقوله تعالى وثيابك فطهر ولخبر الشيخين ولايضر محاذاة نجس لبدنه لكن تكره مع محاذاته كاستقبال نجس او متنجس والسقف كذلك ان قرب منه بحيث يعد محاذيا له عرفا
Dan yang kedua nya yakni yang kedua syarat solat ialah sucinya badan sebagian dari badan ialah dalamnya mulut, hidung dan krdua mata. Dan sucinya pakaian danlainnya dari tiap-tiap yang diditanggung/dibawa oleh orang yang solat walaupun pakaian itu tidak bergerak dengan geraknya orang yang solat. Dan sucinya tempat yang mana dia (orang yang solat) melakukan solat ditempat itu, suci dari najis yang tidak dimaaf,  Maka tidak sah sholat beserta adanya najis meski lupa atau tidak tahu keberadaannya atau tidak tahu bahwa hal tersebut membatalkan , dan itu berdasarkan firman Alloh
 وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ
dan pakaianmu bersihkanlah,
Surah Al-Muddassir,74:4)dan khobarnya( imam bukhori dan imam
muslim.

dan tidak mengapa/tidak berpengaruh sejajarnya najis pada badannya akan tetapi makruh sholatnya .seperti
halnya menghadap najis atau yang kena najis. Dan atap seperti itu juga jika dekat dengan skira terbilang sejajar pada umumnya.


Selanjutnya klik disini


1 | 2 |3 |4 |5

Tanqihul qoul

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمدلله رب العالمين والعاقة للمتقين ولا عدوان إلا على الظالمين والصلاة والسلام على خير خلقه محمد وعلى آله وصحبه أجمعين.

Dengan menyebut Nama Allah yang maha Pengasih dan maha Pemurah
Segal puji hanya untuk Allah Tuhan seluruh alam semesta, dan akhir yang baik untuk orang-orang yang bertaqwa, dan tidak ada permusuhan kecuali hanya pada orang-orang yang dzolim,
Sholawat dan salam Allah semoga tetap terlimpah kepada  sebaik-baik makhluk-Nya  yaitu Nabi  Muhammad dan kepada seluruh keluarga dan sahabat-sahabatnya..
Ammma ba'du.....(adapun setelahnya)
aku ( pengarang kitab lubabul hadits/ tanqihul qoul ) menginginkan mengumpulkan kitab yang memuat tentang hadist hadist Nabi dan Dawuhnya ( perkataannya ) Sahabat yang di riwayatkan dengan benar dan bisa di percaya ( Isnad sohih watsiq ) dan aku membuang beberapa Isnad ( agar lebih ringkas ) dan aku menjadikannya 40 bab dan dalam setiap babnya aku isikan 10 hadist,
aku menamakan kitab ini dengan nama " lubabul hadist " yang berarti intisari dari hadist, dan aku memohon pertolongan dari Allah yang AGung, dari kaum kaum kafir.
bab (1) tentang keutamaan ilmu & Ulama,
bab (2) tentang Utamanya kalimat La ilaha illallah,
Bab (3) tentang utamanya Bismillah
bab (4) tentang Utamanya bersholawat kepada Nabi Muhammad
bab ( 5) tentang Utamanya Iman
bab (6) tentang utamanya wudlu
bab (7) tentang utamanya menggunakan siwak
bab (8) tentang utamanya Adzan
bab (9) tentang utamanya Sholat dengan berjama'ah
bab (10) tentang utamanya sholat jum'at
bab (11) tentang utamanya masjid
bab (12) tentang utamanya memakai surban
bab (13) tentang utamanya berpuasa
bab (14) tentang utamanya menjalankan fardlu
bab (15) tentang utamanya menjalankan Sunnat
bab (16) tentang utamanya membayarkan Zakat
bab (17) tentang utamanya Shodaqoh/sedekah
bab (18) tentang utamanya mengucapkan salam
bab (19) tentang utamanya berdo'a
bab (20) tentang utamanya Istighfar ( meminta Ampun pada Allah )
bab (21) tentang utamanya dzikir pada Allah
bab (22) tentang utamanya membaca Tasbih ( memaha sucikan Allah )
bab (23) tentang utamanya Taubat
bab (24) tentang utamanya Faqir ( melarat )
bab (25) tentang utamanya Menikah
bab (26) tentang besarnya dosa melakukan Zina
bab (27) tentang besarnya dosa melakukan liwath ( homoseks )
bab (28) tentang larangan keras minuman keras ( qomr )
bab (29) tentang utamanya berperang
bab (30) tentang utamanya berbakti pada kedua orang tua
bab (31) tentang utamanya Mendidik Anak
bab (32) tentang utamanya Tawadzu' / rendah diri
bab (33) tentang utamanya Diam
bab (34) tentang utamanya Mengurangi makan,tidur dan bersantai
bab (35) tentang utamanya mengurangi tertawa
bab (36) tentang utamanya Mengunjungi si Sakit
bab (37) tentang utamanya ingat akan kematian
bab (38) tentang keindahan Kubur dan siksanya
bab (39) tentang larangan Menangisi Mayyit
bab (40) tentang utamanya Sabar atas Musibah yang menimpa

 BAB I
UTAMANYA ILMU & ULAMA

وقال النبى صلى الله عليه وسلم لابن مسعود رضى الله عنه ياابن مسعود جلوسك ساعة فى مجلس العلم لا تمس قلما ولا تكتب حرفا خير لك من عتق ألف رقبة ، ونظرك إلى وجه العالم خير لك من ألف فرس تصدقت بها فى سبيل الله ، وسلامك على العالم خير لك من عبادة ألف سنة
 
Nabi Muhammad SAW berkata pada Ibnu Mas'ud RA
" wahai ibnu mas'ud dudukmu sesaat ( waktu sebentar baik siang maupun malam ) di majlis ilmu dengan tanpa memegang pena dan tanpa menulis satu hurufpun itu lebih baik bagimu dari pada engkau memerdekakan  1000 hamba sahaya, sedangkan memandangmu pada orang alim dengan pandangan menciantai mereka itu lebih baik bagimu daripada engkau mempunyai 1000 kuda perang dan engkau sedekahkan untuk perang sabilillah, sedangkan ucapan salammu pada orang alim itu lebih baik bagimu dari pada engkau ibadah 1000 tahun.. ( sebagaimana keterangan menurut al-hafidz ibnu mundziri dalam kitab durrotul yatimah ).
di riwayatkan oleh umar ibnu khattab RA ' berkata " aku pernah mendengar Rosululloh SAW berkata " barang siapa berjalan menuju pada kumpulan orang alim ( majlis ta'lim ) maka bagi orang itu dalam setiap langkah ada 100 kebajikan, dan ketika orang itu mau duduk disamping orang alim itu dan mendengarkan apa yang di katakannya maka baginya satu kebajikan di setiap kalimat yang di ucapkan orang alim itu.. ( sebagaimana keterangan Imam Nawawi dalam kitab Riyadlussolihin ).

وقال صلى الله عليه وسلم فقيه واحد  متورع أشد على الشيطان ممن ألف عابد مجتهد جاهل ورع

artinya : Seorang alim fiqih ( orang yang mengerti ilmu syari'at ) yang ahli wira'i ( Orang yang menjaga dirinya agat tidak makan haram ) itu lebih berat menundukkannya ( bahkan membawa kerugian yang besar ) bagi setan daripada 1000 ahli ibadah yang bersungguh-sungguh dalam ibadahnya dan wira'i pula tapi dia bodoh...
kenapa begitu ? sebab setiap kali setan menebar jeratnya, membuka pintu-pintu reka dayanya, menghiasi syahwat dalam hati manusia, menjerumuskannya dalam keindahan dan keenakan duniawi, maka di saat itu seorang alima kan menjelaskan kepada manusia-manusia tentang tipu daya setan itu, menjelasakan bahwa itu semua adalah semu, bahwa itu akan menjerumuskan pada jurang kesesatan, seorang alim itu akan menjelaskan kepada manusia dengan dasar dan dalil yang bisa dan mudah untuk diterima, dengan demikian seorang alim itu akan menutup kembali pintu-pintu kesesatan yang telah di buka oleh setan, akan menggulung kembali jaring-jaring tipuan yang telah ditebarkan setan, dan hasilnya adalah kekecewaan yang mendalam dari satan karena tidak mendpatkan hasil usahnnya, karena reka dayanya sudah di gagalkan begitu saja oleh seorang alim,
berbeda dengan orang yang bodoh tapi ahli ibadah sekalipun dia wira'i, bahkan terkadang mereka terjerat dalam tali temalinya setan tetapi sedikitpun mereka tidak terasa, karena begitu miripnya kebenaran dan kesesatan yang telah di hiasi oleh setan, bahkan seringkali seorang abid akan menjadi pejuang-pejuang setan dengan tetap merasakannya sebagai pejuang pejuang agama Allah...
وقال صلى الله عليه وسلم فضل العالم على العابد كفضل القمر ليلة البدر على سائر الكواكب، وفى رواية للحارث بن أبى أسامة عن أبى سعيد الخذرى عنه صلى الله عليه وسلم فضل العالم على العابد كفضلى على أمتى 
NAbi Muhammad SAW bersabda "
Artinya " Bandingan ke-Utamaan orang Alim dengan ahli Ibadah ( yang tidak Alim ) adalah seperti Sinar Rembulan ketika purnama di bandingkan dengan bintang-bintang............
maksudnya 'keutamaan' adalah banyaknya pahala dan yang akan di berikan oleh Allah SWT nanti di akhirat.
di riwayatkan oleh Al-Harist bin Abi Usamah dari Abi Said Al-Hudriyyi dari Rosululloh SAW " Utamanya Seorang Alim dengan Seorang Abid/Ahli Ibadah itu seperti Keutamaanku di banding dengan keutamaan Ummatku.
dan dalam riwayat oleh Imam Tirmidzi dari Abi Umamah " Utamanya Orang Alim mengalahkan utamanya Ahli Ibadah/ Abid itu seperti Utamaku ( Rosululloh ) atas rendahnya kalian semua ." ( maksudnya utamanya seorang yang alim dengan utamanya seorang yang ahli ibadah itu seperti di nisbatkan pada utamanya nabi Muhammad dengan lebih rendahnya derajatnya sohabat.
Imam Al-Ghazali berkata " lihatlah bagaimana ilmu itu bisa menjadikan seeorang bisa mengiringi derajatnya kenabian, dan bagaimana mudahnya di lunturkannya derajatnya amal/perbuatan yang tidak di sertai dengan ilmu, karena bagaimanapun seorang yang beribadah kepada Allah harus mengerti tata caranya beribadah kalau mau di terima olehNya, karena tanpa Ilmu, beribadah tidak akan di namakan dengan ibadah dan secara tidak langsung tidak akan mendapatkan pahalanya ibadah,
ambil contoh simple saja ' bagaimana seorang itu dapat pahalanya solat, atau minimal menggugurkan kewajibannya melakukan solat fardlu setiap harinya kalau orang itu tidak tau tata caranya solat, ilmunya solat,berwudlu,bersuci ????
وقال صلى الله عليه وسلم من انتقل ليتعلم علما غفر له قبل أن يخطو
Rosululloh SAW bersabda " barang siapa berpindah tempat ( dari satu tempat ke tempat yang lainnya ) dengan tujuan belajar ilmu ilmu syari'at maka di dosa-dosanya ( dosa-dosa kecil/sogho'ir karena kalau dosa besar butuh taubat tersendiri dan dosa yang berhubungan dengan hak orang lain/ hak adamy harus melunasi tanggungan dosa itu kepada yang berhak ) yang telah lewat di ampuni oleh Allah sebelum dia melangkah dari tempatnya... > hadist di riwayatkan oleh imam Assyairozi dari A'isyah R.A
hadist ini kembali lagi tergantung kepada niat dari orang yang mencari ilmu tersebut, yaitu hanya ketika niatnya adalah untuk mencari ridlo dari Allah SWT, lain lagi ketika dia mencari ilmu walaupun ilmu-ilmu agama dengan niatan agar menjadi orang yang di hormati,di segani agar mempunyai pengaruh dan mempengaruhi orang lain, maka dia tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali apa yang di niatkan.
وقال صلى الله عليه وسلم أكرموا العلماء فانهم عند الله كرماء مكرمون 
Rosululloh SAW bersabda " Muliakanlah Ulama' ( Orang-Orang  yang mengerti ilmu syar'iy, memulyakannya dengan berkumpul dan bertutur sapa dengan mereka dengan mengagungkan dan berbuat baik lewat ucapan atau perbuatan dengan mereka ) karena mereka itu orang-orang Mulia ( orang-orang yang terpilih di sisi Allah ) dan yang di mulyakan pula ( di kalangan Malaikat ).
dari Abi Huroiroh R.A berkata aku mendengar Rosululloh SAW bersabda " Ketika seorang ALim berkata/menerangkan suatu ilmu di Majlisnya ( Majlis Ilmu ) dengan tidak bersenda gurau dan berbuat tidak bermanfaat maka Allah menciptakan Malaikat dari setiap kalimat yang di ucapkannya, Malaikat itu terus memintakan Ampun kepadanya dan orang-orang yang mendengarkannya sampai nanti hari Kiamat tiba., dan ketika jamaah itu selesai dari majlis ta'lim itu mereka semuanya pulang dengan keadaan telah di ampuni dosa dosanya...
lalu nabi Muhammad berkata lagi " mereka adalah kaum yang pengikutnya tidak pernah celaka ".
وقال صلى الله عليه وسلم من نظر الى وجه العالم نظرة ففرح بها خلق الله خلق الله من تلك النظرة ملكا يستغفر له الى يوم القيامة
Rosululloh bersabda " barang siapa memandang wajah seorang Alim sekali pandangan saja dan Orang itu gembira dengan pandangan itu, maka Allah SWT menciptakan malaikat dari pandangan yang sekali itu, dan Malaikat itu memintakan ampun kepada orang yang memandang itu sampai nanti hari Kiamat.
Sayyidina Ali bin Abi Thalib Karromallohu Wajhah berkata " Memandang pada wajah orang Alim itu Ibadah, dan menjadi pandangan yang bercahaya, dan menjadi Cahaya di hati, dan ketika seorang Alim itu duduk di majlis ilmunya maka baginya adalah gedung di sorga dalam setiap satu pertanyaan dan demikian pula untuk orang yang menjalankannya.. > sebagaimana keterangan dalam kitab riyadlus Sholihin.
وقال صلى الله عليه وسلم من أكرم عالما فقد أكرمنى ومن أكرمنى فقد أكرم الله ومن أكرم الله فمأواه الجنه
Rosululloh SAW bersabda " barang siapa memulyakan orang alim maka dia seperti memulyakanku, dan siapapun yang memulyakanku maka dia juga memulyakan Allah dan siapapun yang memulyakan Allah maka tempatnya adalah Surga. Rosululloh SAW bersabda " Mulyakanlah Ulama', karena mereka adalah pewaris para Nabi ( Anbiya' ) dan barang siapa memulyakan mereka maka mereka memulyakan Allah dan RosulNya...> diriwayatkan oleh Khotib AL-Baghdady dari Imam Jabir R.A.
وقال صلى الله عليه وسلم نوم العالم أفضل من عبادة الجاهل 
Rosululloh SAW bersabda " Tidurnya orang Alim itu lebih Utama daripada Ibadahnya Orang Bodoh "

.BAB 2
Utamanya La ilaha illallah
Nabi Muhammad SAW bersabda :
من قال كل يوم لا إله إلاّ الله محمد رسول الله مائة مرة جأ يوم القيامة ووجهه كالبدر
" barang siapa mengucapkan setiap hari 100 kali   لا إله إلاّ الله محمد رسول الله maka dia akan di bangkitkan di hari Kiamat nanti dengan wajah bersinar seperti bulan purnama.
Imam Al-Fakihany berkata " Sesungguhnya melanggengkan ( selalu membiasakan mengucapkan ) kalimat la ilaha illallah setiap kali ketika kita masuk rumah itu bisa  menghilangkan kefakiran/kemelaratan.
Nabi Muhammad SAW bersabda :
أفضل الذكر لا إله إلا الله وأفضل الدعاء الحمد لله
artinya : " utamanya dzikir adalah la ilaha illallah dan utamanya do'a adalah Alhamdulillah " ( hadist di riwayatkan oleh Imam Tirmidzi,Imam Nasa'i ,Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan Imam Hakim dari Imam Jabir.) kenapa la ilaha illalloh menjadi utamanya dzikir ?  itu karena la ilaha illalloh adalah kalimat tauhid ( meng esa kan ) dan tauhid itu tidak ada sesuatupun yang bisa membandinginya, dan karena tauhid membekas di hati dalam mensucikan batin,
seorang hamba ketika berkata " la ilaha " yang artinya " tiada tuhan " maka dia mengikrarkan hatinya menafikan kesemuanya yang di anggap sebagai tuhan, dan ketika dia mengatakan " Illalloh " maka dia menetapkan hanya Allah sajalah yang patut sebagai tuhan, tidak lainnya, kalimat la ilaha illalloh atau biasa disebut dengan kalimat tauhid berarti menafikan dan menetapkan ( nafi & Isbat ) dan dzikir/ucapan yang terlafazdkan dari mulut masuk kedalam hatinya, kalimat tauhid menjadi utama karena keimanan tidak akan sah tanpa melalui kalimat tauhid dengan di tambahi wa anna muhammadan rosululloh ( dan sesungguhnya muhammad adalah rosul allah ) sebagaimana tuntunan bacaan sahadat.
" Utamanya Do'a adalah Alhamdulillah " di katakan bahwa Alhamdulillah adalah utamanya do'a karena karena do'a adalah bahasa lain ( ibarat ) dari dzikir, dan seseorang dengan dzikir itu meminta keinginannya, sedangkan Alhamdulillah itu mencakupnya,
seorang yang memuji Allah, pada intinya memuji atas segala nikmat yang di berikanNya, sedangkan bersyukur atas segala nikmat itu secara langsung bisa menambah akan nikmat itu sendiri, bukankah Allah SWT berfirman " لإن شكرتم لأزيدنكم " apabila engkau mau bersyukur maka aku akan menambah nikmat itu, ( dikutip dari dawuhnya imam Azizi ).
dan dikatakan pula bahwa seseorang yang berkata   لا إله إلا الله dan memanjangkannya maka 4000 dosa besarnya di runtuhkan, para sahabat bertanya " jikalau orang itu tidak punya dosa besar wahai Rosululloh ? Nabi Muhammad bersabda " maka di ampunkan seluruh keluarganya dan tetangganya ". hadist di riwayatkan Imam Bukhori.
Rosululloh bersabda " Alloh SWT berfirman dalam hadist qudsy " 
لا إله إلا الله كلامى وأنا هو من قالها دخل حصنى ومن دخل حصنى أمن من عقابى
" La ilaha Illalloh adalah Ucapanku, dan Aku adalah itu, barang siapa yang mengucapkannya, maka ia masuk dalam bentengku, dan siapapun yang masuk dalam bentengku maka ia akan aman dari siksaku ". hadist diriwayatkan oleh Imam Sairozi.
di ceritakan oleh Abdul Wahid bin Zaid dia berkata " suatu ketika aku dalam perjalanan dengan perahu dan angin mengarahkanku ke suatu tempat ( jazirah ) dan aku melihat seorang yang menyembah berhala,
kemudian aku berkata padanya " Engkau menyembah berhala ini sementara banyak di antara kita orang-orang yang bisa membuat berhala seperti itu ?,
Orang itupun bertanya " kalian berkata seperti itu, terus apa yang kalian sembah ?,
akupun berkata " aku menyembah tuhan yang arsy'Nya ada di langit dan kekuasaanNya ada di Bumi dan Lautan,. orang itu berkata " siapa yang mengajari kalian hal itu ? "
aku berkata " Dia mengutus kepada kami Utusan-Nya orang itu berkata " Apa yang di lakukan-Nya pada utusan-Nya ? aku berkata " Dia mencabut nyawanya dan di kembalikan pada-Nya
orang itu berkata " apakah dia meninggalkan suatu pertanda ?
aku berkata " ia benar, dia meninggalkan kitabnya.
orang itu berkata " adakah kalian hafal sebagian dari kitabnya itu ?
kemudian akupun membacakannya surat Arrahman , dan orang itupun terus menerus menangis, hingga aku menghatamkannya, kemudian dia berkata " tidaklah benar kalau yang menurunkan bahasa/kalam kitab itu di durhakai "
kemudian aku menawarkan islam kepadanya, dan dia menerimanya dengan membaca dua kalimat syahadat, dan akupun membawanya ikut bersamaku dalam perjalanan menggunakan perahu, hingga suatu waktu malam mulai menjelang dan akupun sholat isyak dan bersiap-siap untuk tidur, dan orang itupun mendekatiku seraya bertanya " apakah Dia Tuhan yang memberikanmu petunjuk akan agama ini juga tidur ?
akupun menjawab " ahh tentu tidak, Dia adalah Dzat yang hidup dan selalu menaungi dan tidak pernah tidur.. Orang itupun berguman " ahh kalian adalah hamba yang sangat buruk, kalian bisa se enaknya saja tidur sementara Tuanmu terjaga ".
Setelah aku sampai di daratan dan kita mau berpisah akupun mengumpulkan beberapa dirham ( uang ) dan ku berikan padanya, tapi dia malah berkata " untuk apa ini semua ? ". akupun menjawab " dengan uang ini kamu bisa membeli sesuatu untuk bekal hidupmu ".
Orang itupun malah berkata " ahh kalian, kalian menunjukkan aku suatu jalan yang belum pernah  aku tempuh, sedangkan aku dulu saja menyembah selain-Nya, dan dia tetap menghidupiku dan tidak pernah membiarkanku, sedangkan sekarang aku sudah menyembah-Nya, apa mungkin Dia akan meninggalkanku ? sedangkan aku sekarang sudah mengenal-Nya..
akhirnya kamipun berpisah dan dia tetap menolak pemberian uangku karena sangat percaya akan perlindungan dan penanggungan Allah kepadanya, hingga selang 3 hari aku mendengar bahwa dia sekarat dan mau meninggal, dan akupun mendatanginya, dan bertanya padanya " adakah kamu punya keinginan ?" diapun menjawab " ahhh saudaraku engkau telah mengabulkan keinginanku ketika engkau mengeluarkanku dari daerah ( jazirah ) itu,
karena lelah akupun tertidur disampingnya, dan dalam mimpiku aka melihat perempuan muda dan caaaaantik dalam  pertamanan yang menghijau, perempuan itu berteriak " haaaiii cepat bawa dia kesini, sudah sekian lama rindu ini terpendam kepadanya ",
terhenyak akupun terbangun dari mimpiku dan kulihat sahabatku sudah kaku dan mati,
akupun menguburkannya malam itu juga, dan malam itu akupun tidur seperti biasanya, dan dalam mimpiku aku bertemu dengan orang itu memakai mahkota dan di dampingi oleh bidadari, dan orang itu membaca ayat 
والملائكة يدخلون عليهم من كل باب سلام عليكم بما صبرتم فنعم عقبى الدار
Rosululloh SAW bersabda " Bayarlah zakat atas tubuhmu dengan ucapan la ilaha illalloh,
Imam Ibnu Asakir dari ibnu Abbas berkata , Rosululloh SAW bersabda " Sesungguhnya kalimat la ilaha illalloh itu bisa menolak/mencegah orang yang mengucapkannya dari 99 macam pintu coba'an ( bala' ), yang paling rendah dari cobaan itu adalah prihatin..
Rosululloh SAW bersabda " barang siapa mengucapkan la ilaha illalloh maka keluarlah dari bibirnya seekor burung hijau yang mempunyai dua sayap putih yang di tretes dengan intan dan yaqut, burung itupun terbang naik ke langit , maka terdengarkah suara bergemuruh seperti gemuruhnya lebah yang berterbangan, dan malaikat pun berteriak " diamlah kalian ", dan burung itupun berkata  " aku tidak akan diam hingga Allah mengampuni  orang yang mengucapkanku, akhirnya Allah SWT pun mengampuni orang itu, dan menciptakan 70 mulut lagi untuk burung itu, yang terus memintakan ampun bagi orang yang dulu membacanya sampai nanti hari Kiamat tiba, dan ketika Kiamat nanti sudah tiba burung itu akan menjadi petunjuk dan menuntun orang itu ke surga.....
وقال صلى الله عليه وسلم ما من عبد يقول لا إله إلا الله محمد رسول الله إلا قال الله تعالى صدق عبدى أنا الله لآ إله إلا أنا أشهدكم يا ملائكتى قد غفرت له ما تقدم من ذنبه وما تأخر ( أى من الصغائر ) 
Rosululloh SAW bersabda " tidak seorangpun hamba yang berucap " La ilaha illalloh Muhammadun Rosululloh " kecuali Allah SWT berfirman " Benarlah apa yang dikatakan hambaku itu, akulah Allah, tiada Tihan selainku, aku saksikan kepada kalian semua wahai Malaikatku bahwa " Aku telah mengampuninya, segala dosanya yang terdahulu dan dosa-dosanya yang akan datang ".
وقال صلى الله عليه وسلم من قال لا إله إلا الله خالصا مخلصا دخل الجنة
Rosululloh SAW bersabda "  barang siapa membaca la ilaha illalloh dengan hati yang bersih ( seperti dari riya'/pamer ) dan mensucikan diri dari segala larangan syara' maka dia akan masuk sorga.

BAB III Keutamaan Bismillah
الباب الثالث فى فضيلة بسم الله الرحمن الرحيم
di ceritakan oleh Imam Atho' dari Imam Jabir bin Abdillah, beliau berkata : " Ketika Allah menurunkan ' Bismillahirrahmanirrahim ' mendung berlarian ke arah timur, Anginpun berhent bertiup, Lautpun bergolak, hewan hewan menegakkan telinganya, Setan di lemparkan dari langit, dan Allah Azza Wa Jalla bersumpah " tidak akan di sebut Nama-Nya atas orang sakit kecuali dia akan di sembuhkan, tidak akan di sebut nama-Nya pad asesuatu kecuali di berkahi, dan siapapun  membaca Bismillahirrahmanirrahim akan masuk sorga, sebagaimana di tuturkan oleh Sayyidi Syekh Abdul Qodir Al-Jailany.
 وقال صلى الله عليه وسلم ما من عبد يقول بسم الله الرحمن الرحيم إلا ذاب الشيطان كما يذوب الرصاص على النار
Rosululloh SAW bersabda : " tiada seorang hambapun yang mengucapkan Bismillahirahmanirrahim kecuali setan itu akan hancur meleleh sebagaimana melelehnya timah ketika dibakar Api ",
Ibnu Mas'ud  mengatakan bahwa setannya orang Mukmin itu kurus kering, berbeda dengan setannya orang kafir. Imam Qoys ibnu Hajjaj berkata " Setanku mengatakan padaku , dulu aku memasukimu sebesar Onta, dan sekarang aku sekecil burung parkit, aku bertanya kenapa begitu ?, setanku menjawab : ' engkau menghancurkaknku dengan dzikir pada Allah,.
وقال صلى الله عليه وسلم ما من عبد يقول بسم الله الرحمن الرحيم إلا أمر الله الكرام الكاتبين أن يكتبوا فى ديوانه أربعمائة حسنة ، وقال صلى الله عليه وسلم من قال بسم الله الرحمن الرحيم لم يبق من ذنوبه ذرة
Rosulullah SAW bersabda :' tiada seorang hamba pun yang mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim kecuali Allah SWT memerintahkan Malaikat Kiraman katibin ( malaikat yang mulia di sisi Allah, yang mencatat amal perbuatan manusia ) supaya mencatatkan di buku catatannya 400 kebajikan
Rosulullah SAW bersabda : ' barangsiapa mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim sekali saja, maka tiada tersisa secuilpun dari dosa-dosanya, ( maksudnya adalah dosa dosa kecil/ sogho'ir ).
di ceritakan bahwa Bisyri Al-Hafy menemukan lembaran kertas yang ada  tulisannya " Bismillahirrahmanirrahim ", dan dia punya uang 3 dirham dibelikannya minyak wangi untuk meminyaki lembaran itu supaya harum baunya , dan dia merasakan dalam batinnya ada yang berkata ' sebagaimana engkau mengharumkan Namaku/Asmaku, maka akupun akan mengharumkan Namamu.
Rosulullah SAW bersabda : ' barangsiapa menuliskan " Bismillah " dan dia menuliskannya dengan sebagusnya ( tulisannya di buat sebagus mungkin ) dengan niatan mengagungkan Allah SWT, maka Orang tersebut akan di ampunkan dosa-dosa terdahulunya dan dosa dosa yang akan datang..
 [ tata cara penulisan Bismillahirrahmanirrahim ]
dalam riwayat yang di ceritakan oleh Imam Al-Khotib Al-baghdady dan Ibnu Asyakir dari Zaid bin Tsabit di ceritakan bahwa ' ketika engkau menuliskan Bismillahirrahmanirrahim maka perjelaslah huruf sinnya dengan niatan mengagungkan Asmanya Allah Subhanahu Wata'ala.
Rosulullah SAW bersabda : ' ketika kalian menuliskan Bismillahirrahmanirrahim maka panjangkanlah tulisan Arrahman ( Huruf Arrahman itu dengan memanjangkan Lam dan Mimnya dan membaguskan penulisannnya ). sebagaimana keterangan yang diriwayatkan oleh Imam Al-Khotib dab Dailamy dari Imam Anas bin Malik.
[ Keutamaan Bismillahirrahmanirrahim ]
وقال صلى الله عليه وسلم إن الله سبحانه وتعالى زين السماء بالكواكب وزين الملائكة بجبريل وزين الجنه بالحور والقصور وزين الأنبياء بمحمد صلى الله عليه وسلم وزين الأيام بيوم الجمعة وزين الليالى بليلة القدر وزين الشهور بشهر رمضان وزين المساجد بالكعبة وزين الكتب بالقرآن وزين القرآن ببسم الله الرحمن الرحيم 
Rosulullah SAW bersabda : ' Sesungguhnya Allah SWT menghiasi langit dengan matahari, rembulan dan bintang bintang, dan menghiasi golongan Malaikat dengan Jibril, dan menghiasi Sorga dengan para Bidadari dan bangunan yang menjulang, dan menghiasi para Nabi dengan Nabi Muhammad SAW, dan menghiasi hari dengan hari Jum'at, dan menghiasi malam dengan malam Lailatul Qodar, dan menghiasi bulan dengan  Bulan Ramadhan, dan menghiasi Masjid dengan Ka'bah, dan menghiasi Kitab kitab para Nabi dengan Al-Qur'an, dan menghiasi Al-Qur'an dengan Bismillahirrahmanirrahim, ( dan inilah 10 hal yang di hiasi dengan 10 hal pula ).
Rosulullah SAW bersabda : ' barang siapa mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim maka namanya terbukukan sebagai orang yang berbuat baik ( abror / orang yang membenarkan/menyatakan keimanannya ) dan orang itu terbebas pula dari sifat sifat kufur dan munafik,
di ceritakan oleh Abi Wa'il dari Abdillah bin Mas'ud RA mengatakan " barang siapa yang ingin terbebaskan dari 19 Malaikat Zabaniyyah ( penjaga kerak Neraka ) maka hendaknya dia membaca Bismillahirrahmanirrahim, karena Bismillahirrahmanirrahim itu terdiri dari 19 huruf, dengan harapan Allah akan menjadikan setiap satu huruf sebagai perlindungan dari setiap satu dari 19 Zabaniyyah itu.
BAB IV Keutamaan Membaca Sholawat kepada Nabi Muhammmad SAW
قال النبى صلى الله عليه وسلم " من صلى علىَّ واحدة صلى الله عليه عشرا "
Rosululloh S.A.W bersabda " barang siapa membaca Sholawat kepadaku sekali saja , maka Alloh SWT memberikan 10 rahmat-Nya kepada orang itu " hadist di riwayatkan oleh Imam Muslim, Abu Dawud, Imam Nasa'i, Ibnu Hibban, dari Abi Huroiroh R.A. Sebagian Sohabat bertanya kepada Rosululloh S.A.W ' Allah S.W.T memberikan 10 Rahmatnya kepada seseorang yang membaca 1 kali saja Sholawat kepadamu ya Rosulalloh, apakah hal itu terlaku bagi mereka yang bersholawat dengan hati yang tulus ( tidak hanya di bibir saja, sementara hatinya melamun kemana mana ) ?
Rosululloh S.A.W menjawab ' tidak demikian, bahkan hal itu terlaku untuk orang-orang yang lupa ( bersholawat tidak dari hati ) Allah memberikan sebesar gunung pahalanya, dan Malaikat mendo'akan kepadanya, dan memintakan ampun, adapun ketika seseorang itu bersholawat dengan sepenuh hatinya maka tiada yang tau sebesar apa pahalanya orang itu kecuali Allah S.W.T,
قال النبى صلى الله عليه وسلم من صلى علىَّ ألفَ مرَّةٍ  لم يمت حتى يبشر له بالجنة، وفى رواية من صلى على ألف مرة بشر بالجنة  قبل موته. 
Rosululloh S.A.W bersabda " Barang siapa membaca Sholawat kepadaku 1000 kali, maka dia tidak akan meninggal sampai dia digembirakan dengan sorga ". dalam riwayat yang lainnya menggunakan bahasa " Barang siapa membaca Sholawat kepadaku 1000 kali maka dia akan di gembirakan dengan sorga sebelum dia meninggal.
.
Rosululloh S.A.W bersabda " Barang siapa membaca Sholawat kepadaku satu kali maka Allah akan memberikan dia Rahmat 10 kali, dan barang siapa bersholawat kepadaku 10 kali maka Allah akan memberikan dia rahmat 100 kali, dan barang siapa bersholawat padaku 100 kali maka Allah akan memberikan Rahmat 1000 kali, dan barang siapa bersholawat kepadaku 1000 kali maka dia tidak akan tersentuh oleh Api Neraka, dalam riwayat yang lain menggunakan bahasa " maka Allah tidak akan menyiksanya dengan Api Neraka,
dalam riwayatnya Imam Tabrani di sebutkan bahwa Rosululloh  S.A.W bersabda " Barang siapa membaca Sholawat kepadaku satu kali maka Allah akan memberikan dia Rahmat 10 kali, dan barang siapa bersholawat kepadaku 10 kali maka Allah akan memberikan dia rahmat 100 kali, dan barang siapa bersholawat padaku 100 kali maka Allah memastikan/mencatatatnya sebagai orang yang bebas dari sifat Munafiq dan bebas dari Api Neraka dan menempatkan dia di tempatnya para Syuhada' besuk di hari Kiamat.
Orang-orang yang tidak membaca Sholawat
وقال صلى الله عليه وسلم " من نسى الصلاة على فقد أخطاء طريق الجنة
Rosululloh S.A.W bersabda " Barang siapa lupa membaca Sholawat kepadaku maka dia telah benar benar lupa akan jalan ke Sorga..
maksudnya ' lupa ' adalah meninggalkan dengan sengaja  ( maka dia telah benar-benar meninggalkan jalan menuju sorga ) dengan demikian bisa di ambil kesimpulan kalau orang yang tidak bersholawat adalah orang yang keliru dalam menempuh jalan  menuju sorga, maka orang yang membaca sholawat adalah orang yang sedang menempuh jalan menuju sorga, Sohabat Abi Huroiroh RA berkata " Bersholawat kepada Nabi Muhammad adalah jalan menuju sorga " ( sebagaimana keterangan Imam Samlawy.
Keutamaan orang yang banyak membaca Sholawat.
وقال صلى الله عليه وسلم إن أولى الناس بى يوم القيامة أكثرهم على صلاة
Rosululloh S.A.W bersabda " Orang yang paling utama/prioritas bagiku di hari Kiamat adalah orang yang paling banyak membaca sholawat kepadaku " maksud dari " orang yang paling utama adalah orang yang lebih dekat dengan Rosululloh dan yang lebih berhak dengan syafaat/ pertolongan, karena dengan semakin banyaknya membaca sholawat adalah bukti kebenaran rasa cinta dan persambungan yang sempurna, maka tempatnya ummat di akhirat nanti di sisinya ( Rosululloh ) tergantung dari selisih / terpautnya kebenaran pembuktian rasa cinta itu.. diriwayatkan oleh Imam Bukhori, Tirmidzi, Ibnu Hibban dari Ibnu Mas'ud dengan sanad yang sohih,
Sholawat sebagai penghapus Dosa-dosa.
وقال صلى الله عليه وسلم صلاتكم على محاقة
Rosululloh S.A.W bersabda " Sholawatmu kepadaku itu adalah penghapus dosa " , maksudnya adalah menghilangkan noda dosa seperti air memadamkan api, sebagaimana perkataan Abu Bakar Assiddieq RA " Bersholawat kepada Rosululloh itu lebih bisa menghapuskan dosamu daripada air membersihkan papan yang hitam..
Bersholawat pada Hari Jum'at.
وقال صلى الله عليه وسلم من صلى على فى كل جمعة أربعين مرة محا الله ذنوبه كلها
Rosululloh S.A.W bersabda " Barang siapa membaca Sholawat kepadaku 40 kali pada setiap hari jum'at maka Allah akan menghapus kesemua dosa-dosanya,
Bab V tentang Fadhilahnya Iman
الباب الخامس فى فضيلة الإيمان
Iman secara lughot ( Bahasa ) pembenaran hati yang memuat pengetahuan dengan sesuatu yang di benarkan, sedangkan Iman dalam Syari'at adalah pembenaran, mengetahui Allah dan sifat2nya serta melakukan keseluruhan Ta'at/hal hal wajib serta menjahui hal-hal yang dlarang/diharamkan, dan ini adalah sifatnya iman
sedangkan Islam adalah termasuk di dalam iman, setiap iman adalah islam dan tidak setiap iman adalah islam,
karena islam adalah pasrah/manut/mengikut, setiap Mukmin adalah orang yang pasrah / menyerah / tahkluk kepada Allah SWT, dan tidak semua Muslim begitu, karena terkadang dia pasrah / menyerah karena takut di bunuh dsb.,
kesimpulannya beda antara Mukmin dan Muslim adalah dari hati, seorang yang sudah membaca 2 kalimat syahadat sudah di katakan seorang muslim walaupun dia membaca 2 kalimat syahadat itu sebagai penyelamatan dirinya atau untuk  tujuan tertentu saja, semisal dia mau menikahi perempuan muslimah, tapi dia belum bisa dikatakan mukmin sampai dia betul-betul meyakini akan kebenaran islam dan menjalankan syari'at agama islam, Iman adaalah keyakinan hati, Iman adalah pernyataan hati akan suatu hal, Iman adalah batin bukan dzohir, berbeda dengan Islam.
pernyataan akan islam cukup hanya menggunakan bibir dan perbuatan saja, tapi pernyataan tentang iman harus menggunakan hati selain dari bibir dan perbuatan, Islam adalah Ibarat dari pengucapan 2 kalimat Syahadat beserta ketenangan hati dan melakukan Ibadah sholat lima waktu sebagaimana keterangannya Sayyidi Assyaikh Abdul Qodir Al-jailany.
قال النبى صلى الله عليه وسلم الإيمان معرفة بالقلب وقول باللسان وعمل بالأركان
Rosululloh S.A.W bersabda " Iman adalah ma'rifat ( mengetahui/memahami ) dengan hati dan mengucapkan dengan lisan dan menjalankan dengan tubuh.
قال النبى صلى الله عليه وسلم الإيمان عريان ولباسه التقوى وزينته الحياء وثمرته العلم
Rosululloh S.A.W bersabda " Iman itu sepert telanjang, sedangkan pakaiannya adalah ketaqwa'an ( membersihkan diri/hati dari dosa-dosa ) dan hiasannya adalah Malu ( malu kepada Allah ketika hendak melakukan perbuatan yang di larang oleh Allah ), dan buahnya adalah Ilmu ( Ilmu dengan mengamalkan ilmu itu ).
قال النبى صلى الله عليه وسلم لا إيمان لمن لا أمانة له
Rosululloh S.A.W bersabda "   tiada iman itu sempurna bagi seorang yang tidak dapat di percaya "
Seorang mukmin itu di percaya oleh Allah ( di berikan Amanah ) atas tubuhnya, kesehatannya, hartanya, keluarganya, dan Amanah yang lainnya, maka ketika dia menggunakan kesehatannya atau tubuhnya untuk hal hal yang di murkai Allah maka dia tidak dapat dipercaya, atau imannya belum sempurna...
قال النبى صلى الله عليه وسلم لا يؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه
Rosululloh S.A.W bersabda " tidak sempurna Iman salah satu dari kalian sampai dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.
قال النبى صلى الله عليه وسلم الإيمان فى صدر المؤمن ولا يتم الإيمان الا بتمام الفرائض والسنن ولا يفسد الإيمان الا بجحود الفرائض والسنن فمن نقص فريضة بغير جحود عوقب عليها ومن أتم الفرائض وجبت له الجنة
Nabi SAW bersabda iman itu berada dihati orang mukmin, tidak sempurna iman itu kecuali dengan menyempurnakan amalan-amalan fardu dan kesunahan-kesunahan, iman itu tidak akan rusak melainkan dengan kekejaman (mendustakan) terhadap kefarduan-kefarduan kesunahan-kesunahan, maka barangsiapa yang mengurangi (meninggalkan) kefarduan-kefarduan tanpa mendustakan, dia disiksa atas kekejamannya (kedustaannya) dan barangsiapa yang menyempurnakan kefarduan-kefarduan, maka dia wajib masuk surga.
قال النبى صلى الله عليه وسلم الإيمان لا يزيد ولا ينقص ولكن له حد أى تعريف بذكر أفراد فروع الايمان فان نقص ففى حده، وأصله شهادة أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأن محمدا عبده ورسوله وإقام الصلاة وإيتاء الزكاة وصوم رمضان والحج وغسل الجنابة ، فمن زاد فى حده زادات حسناته ومن نقص فيه ففيه
Nabi SAW bersabda: iman itu tidak bertambah dan tidak berkurang, tapi ia mempunyai batasan dengan menyebutkan banyak-sedikit cabang-cabang keimanan, jika iman itu berkurang maka dalam batasannya saja, adapun pokoknya, adalah bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah yang maha esa, tidak ada sekutu baginya, dan sesungguhnya adalah hamba dan utusannya, mendirikan solat, berikan zakat, puasa romadon, haji dan mandi janabat, barangsiapa bertambah dalam batasan iman, maka bertambahlah kebaikannya, dan orang yang dikatakan berkurang imannya adalah hanya berkurang batasannya.
قال النبى صلى الله عليه وسلم الإيمان نصفان ، نصف فى الصبر ونصف فى الشكر
Nabi SAW bersabda: iman itu ada dua bagian, satu bagian tetap dalam kesabaran ( terhadap yang diharamkan) dan satu bagian dalam bersyukur (melakukan amal dan ketaatan).
قال النبى صلى الله عليه وسلم الإيمان قيد الفتك لا يفتك مؤمن،
Nabi SAW bersabda: iman itu ikatan membunuh, maka janganlah seorang mukmin membunuh.
قال النبى صلى الله عليه وسلم خلق الله الإيمان وحفه ومدحه بالسماحة والحياء وخلق الله الكفر وذمه بالبخل والجفاء
Nabi SAW bersabda: Allah menciptakan iman dan menghiasinya dan menyanjungnya dengan murah hati dan rasa malu, Allah juga menciptakan kekufuran dan mencelanya dengan kikir dan keras hati.
 قال النبى صلى الله عليه وسلم إذا دخل أهل الجنة ألجنة وأهل النار النار أمر الله أن يخرج من كان فى قلبه مثقال ذرة من الإيمان
Nabi SAW bersabda: apabila ahli surga masuk surga dan ahli neraka masuk neraka, maka Allah Ta'ala memerintahkan agar orang yang didalam hatinya terdapat iman seberat debu dikeluarkan dari neraka. 

Terjemah bahasa jawa disini
Selanjutnya klik disini

Senin, 15 Juli 2019

Fathul muin syarat solat

.TENTANG ISTINJĀ’
Dikutip dari https://hatisenang.com/
( ﻭَ ﻟَﺎ ﻳَﺠِﺐُ ﺍﺟْﺘِﻨَﺎﺏُ ﺍﻟﻨَّﺠَﺲِ‏) ﻓِﻲْ ﻏَﻴْﺮِ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ، ﻭَ ﻣَﺤَﻠُّﻪُ ﻓِﻲْ ﻏَﻴْﺮ ﺍﻟﺘَّﻀَﻤُّﺦِ ﺑِﻪِ ﻓِﻲْ ﺑَﺪَﻥٍ ﺃَﻭْ ﺛَﻮْﺏٍ، ﻓَﻬُﻮَ ﺣَﺮَﺍﻡٌ ﺑِﻠَﺎ ﺣَﺎﺟَﺔٍ، ﻭَ ﻫُﻮَ ﺷَﺮْﻋًﺎ ﻣُﺴْﺘَﻘْﺬَﺭٌ، ﻳَﻤْﻨَﻊُ ﺻِﺤَّﺔَ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ ﺣَﻴْﺚَ ﻟَﺎ ﻣُﺮَﺧِّﺺَ، ﻓَﻬُﻮَ ‏(ﻛَﺮَﻭْﺙٍ ﻭَ ﺑَﻮْﻝٍ ﻭَ ﻟَﻮْ‏) ﻛَﺎﻧَﺎ ﻣِﻦْ ﻃَﺎﺋﺮٍ ﻭَ ﺳَﻤَﻚٍ ﻭَ ﺟَﺮَﺍﺩٍ ﻭَ ﻣَﺎ ﻟَﺎ ﻧَﻔْﺲَ ﻟَﻪُ ﺳَﺎﺋِﻠَﺔٌ، ﺃَﻭْ ‏( ﻣِﻦْ ﻣَﺄْﻛُﻮْﻝٍ‏) ﻟَﺤْﻤُﻪُ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﺄَﺻَﺢِّ. ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟْﺈِﺻْﻄَﺨْﺮِﻱُّ ﻭَ ﺍﻟﺮَّﻭْﻳَﺎﻧِﻲُّ ﻣِﻦْ ﺃَﺋِﻤَّﺘِﻨَﺎ، ﻛَﻤَﺎﻟِﻚٍ ﻭَ ﺃَﺣْﻤَﺪَ: ﺇِﻧَّﻬُﻤَﺎ ﻃَﺎﻫِﺮَﺍﻥِ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤَﺄْﻛُﻮْﻝِ. ﻭَ ﻟَﻮْ ﺭَﺍﺛَﺖْ ﺃَﻭْ ﻗَﺎﺀَﺕْ ﺑَﻬِﻴْﻤَﺔٌ ﺣَﻴًّﺎ، ﻓَﺈِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﺻُﻠْﺒًﺎ ﺑِﺤَﻴْﺚُ ﻟَﻮْ ﺯُﺭِﻉَ ﻧَﺒَﺖَ، ﻓَﻤُﺘَﻨَﺠِّﺲٌ ﻳُﻐْﺴَﻞُ ﻭَ ﻳُﺆﻛَﻞُ، ﻭَ ﺇِﻟَّﺎ ﻓَﻨَﺠِﺲٌ. ﻭَ ﻟَﻢْ ﻳُﺒَﻴِّﻨُﻮْﺍ ﺣُﻜْﻢَ ﻏَﻴْﺮِ ﺍﻟْﺤَﺐِّ. ﻗَﺎﻝَ ﺷَﻴْﺨُﻨَﺎ: ﻭَ ﺍﻟَّﺬِﻱْ ﻳَﻈْﻬَﺮُ ﺃَﻧَّﻪُ ﺇِﻥْ ﺗَﻐَﻴَّﺮَ ﻋَﻦْ ﺣَﺎﻟِﻪِ ﻗَﺒْﻞَ ﺍﻟْﺒَﻠْﻊِ ﻭَ ﻟَﻮْ ﻳَﺴِﻴْﺮًﺍ ﻓﻨَﺠِﺲٌ، ﻭَ ﺇِﻟَّﺎ ﻓﻤُﺘَﻨَﺠِّﺲ. ﻭَ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤَﺠْﻤُﻮْﻉِ ﻋَﻦْ ﺷَﻴْﺦِ ﻧَﺼْﺮِ: ﺍﻟْﻌَﻔْﻮُ ﻋَﻦْ ﺑَﻮْﻝِ ﺑَﻘَﺮِ ﺍﻟﺪِّﻳَﺎﺳَﺔِ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﺤَﺐِّ. ﻭَ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﺠُﻮَﻳْﻨِﻲِّ: ﺗَﺸْﺪِﻳْﺪُ ﺍﻟﻨَّﻜِﻴْﺮِ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﺒَﺤْﺚِ ﻋَﻨْﻪُ ﻭَ ﺗَﻄْﻬِﻴْﺮِﻩِ. ﻭَ ﺑَﺤَﺚَ ﺍﻟْﻔَﺰَﺍﺭِﻱُّ ﺍﻟْﻌَﻔْﻮَ ﻋَﻦْ ﺑَﻌْﺮِ ﺍﻟْﻔَﺄْﺭَﺓِ ﺇِﺫَﺍ ﻭَﻗَﻊَ ﻓِﻲْ ﻣَﺎﺋِﻊٍ ﻭَ ﻋَﻤَّﺖِ ﺍﻟْﺒَﻠْﻮَﻯ ﺑِﻪِ. ﻭَ ﺃَﻣَّﺎ ﻣَﺎ ﻳُﻮْﺟَﺪُ ﻋَﻠَﻰ ﻭَﺭَﻕِ ﺑَﻌْﺾِ ﺍﻟﺸَّﺠَﺮِ ﻛَﺎﻟﺮّﻏْﻮَﺓِ ﻓَﻨَﺠِﺲٌ، ﻟِﺄَﻧَّﻪُ ﻳَﺨْﺮُﺝُ ﻣِﻦْ ﺑَﺎﻃِﻦِ ﺑْﻌْﺾِ ﺍﻟﺪِّﻳْﺪَﺍﻥِ، ﻛَﻤَﺎ ﺷُﻮْﻫِﺪَ ﺫﻟِﻚَ ﻭَ ﻟَﻴْﺲَ ﺍﻟْﻌَﻨْﺒَﺮُ ﺭَﻭْﺛًﺎ، ﺧِﻠَﺎﻓًﺎ ﻟِﻤَﻦْ ﺯَﻋَﻤَﻪُ، ﺑَﻞْ ﻫُﻮَ ﻧَﺒَﺎﺕٌ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺒَﺤْﺮِ .
(Tidak wajib menghindari najis) di selain shalat,  selagi orang tersebut tidak sengaja melumuri tubuh atau bajunya dengan najis, maka hukumnya haram. Najis secara syara‘ adalah sesuatu yang menjijikkan yang dapat mencegah keabsahan shalat sekira tidak mendapat keabsahan shalat sekira tidak mendapat dispensasi.  (Najis itu seperti kotoran hewan dan air kencing) walaupun keduanya dari burung, ikan, belalang dan hewan yang tidak memiliki darah yang mengalir, (atau dari hewan yang halal dimakan dagingnya) menurut pendapat yang Ashaḥ. Imām Isthahrī dan Rauyānī dari ulama’ kita Shāfi‘iyyah  seperti halnya madzhab Mālik dan Aḥmad mengatakan bahwa kotoran dan kencing hewan dari hewan yang halal dimakan dagingnya keduanya suci. Kalau seandainya ada hewan yang mengeluarkan kotoran dan memuntahkan sebuah biji dan biji tersebut masih keras sekira bila ditanam masih dapat tumbuh, maka hukumnya mutanajjis yang dapat menjadi suci dengan dibasuh dan dapat dimakan, jika tidak seperti itu maka hukumnya najis. Para ulama’ tidak menjelaskan hukum selain biji-bijian,  guru kita berkata: Kejelasannya, jika selain biji tersebut berubah dari bentuk awalnya sebelum ditelan, walaupun dengan sedikit perubahan, maka hukumnya najis dan jika tidak berubah, maka hukumnya mutanajjis. Dalam Majmū‘ -nya disebutkan permasalahan yang dikutib dari Syaikh Nashir: Bahwa biji- bijian yang terkena air kencing sapi yang digunakan untuk menggiling, hukumnya diampuni, dikutip pula dari Imām Juwainī bahwa beliau sangat mengingkari atas pembahasan dan sucinya biji tersebut. Imām al-Fazārī juga membahas tentang diampuninya kotoran tikus ketika kotoran itu jatuh ke dalam benda cair dan hal itu umum terjadi. Sedangkan benda yang ditemukan di sebagian daun pepohonan seperti halnya buih, hukumnya adalah najis sebab buih tersebut keluar dari batin sebagian ulat seperti realita yang telah disaksikan. ‘Anbar bukanlah kotoran, sedang sebagian ulama’ mengira hal itu, bahkan ‘Anbar adalah rumput laut.
( ﻭَ ﻣَﺬِﻱٍّ‏) ﺑِﻤُﻌْﺠَﻤَﺔٍ، ﻟِﻠْﺄَﻣْﺮِ ﺑِﻐُﺴْﻞِ ﺍﻟﺬَّﻛَﺮِ ﻣِﻨْﻪُ، ﻭَ ﻫُﻮَ ﻣَﺎﺀٌ ﺃَﺑْﻴَﺾٌ ﺃَﻭْ ﺃَﺻْﻔَﺮٌ ﺭَﻗِﻴْﻖٌ، ﻳَﺨْﺮُﺝُ ﻏَﺎﻟِﺒًﺎ ﻋِﻨْﺪَ ﺛَﻮْﺭَﺍﻥِ ﺍﻟﺸَّﻬْﻮَﺓِ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﺷَﻬْﻮَﺓٍ ﻗَﻮِﻳَّﺔٍ. ‏( ﻭَ ﻭَﺩِﻱٍّ‏) ﺑِﻤُﻬْﻤَﻠَﺔٍ، ﻭَ ﻫُﻮَ ﻣَﺎﺀٌ ﺃَﺑْﻴَﺾٌ ﻛَﺪِﺭٌ ﺛَﺨِﻴْﻦٌ، ﻳَﺨْﺮُﺝُ ﻏَﺎﻟِﺒًﺎ ﻋَﻘِﺐَ ﺍﻟْﺒَﻮْﻝِ ﺃَﻭْ ﻋِﻨْﺪَ ﺣَﻤْﻞِ ﺷَﻲْﺀٍ ﺛَﻘِﻴْﻞٍ. ‏( ﻭَ ﺩَﻡٍ‏) ﺣَﺘَّﻰ ﻣَﺎ ﺑَﻘِﻲَ ﻋَﻠَﻰ ﻧَﺤْﻮِ ﻋَﻈْﻢٍ، ﻟﻜِﻨَّﻪُ ﻣَﻌْﻔُﻮٌّ ﻋَﻨْﻪُ. ﻭَ ﺍﺳْﺘَﺜْﻨُﻮْﺍ ﻣِﻨْﻪُ ﺍﻟْﻜَﺒِﺪَ ﻭَ ﺍﻟﻄِّﺤَﺎﻝَ ﻭَ ﺍﻟْﻤِﺴْﻚَ، ﺃَﻱْ ﻭَ ﻟَﻮْ ﻣِﻦْ ﻣَﻴِّﺖٍ، ﺇِﻥِ ﺍﻧْﻌَﻘَﺪَ. ﻭَ ﺍﻟْﻌَﻠَﻘَﺔُ ﻭَ ﺍﻟْﻤُﻀْﻐَﺔَ، ﻭَ ﻟَﺒَﻨًﺎ ﺧَﺮَﺝَ ﺑِﻠَﻮْﻥِ ﺩَﻡٍ، ﻭَ ﺩَﻡُ ﺑَﻴْﻀَﺔٍ ﻟَﻢْ ﺗَﻔْﺴُﺪْ. ‏( ﻭَ ﻗَﻴْﺢٍ‏) ﻟِﺄَﻧَّﻪُ ﺩَﻡٌ ﻣُﺴْﺘَﺤِﻴْﻞٌ، ﻭَ ﺻَﺪِﻳْﺪٌ: ﻭَ ﻫُﻮَ ﻣَﺎﺀٌ ﺭَﻗِﻴْﻖٌ ﻳُﺨَﺎﻟِﻄُﻪُ ﺩَﻡٌ، ﻭَ ﻛَﺬَﺍ ﻣَﺎﺀُ ﺟُﺮْﺡٍ ﻭَﺟُﺪْﺭِﻱٍّ ﻭَ ﻧَﻔَﻂٍ ﺇِﻥْ ﺗَﻐَﻴَّﺮَ، ﻭَ ﺇِﻟَّﺎ ﻓَﻤَﺎﺅُﻫَﺎ ﻃَﺎﻫِﺮٌ ‏( ﻭَ ﻗَﻲْﺀِ ﻣَﻌِﺪَﺓٍ‏) ﻭَ ﺇِﻥْ ﻟَﻢْ ﻳَﺘَﻐَﻴَّﺮْ، ﻭَ ﻫُﻮَ ﺍﻟﺮَّﺍﺟِﻊُ ﺑَﻌْﺪَ ﺍﻟْﻮُﺻُﻮْﻝِ ﻟِﻠْﻤَﻌْﺪَﺓِ ﻭَ ﻟَﻮْ ﻣَﺎﺀً، ﺃَﻣَّﺎ ﺍﻟﺮَّﺍﺟِﻊُ ﻗَﺒْﻞَ ﺍﻟْﻮُﺻُﻮْﻝِ ﺇِﻟَﻴْﻬَﺎ ﻳَﻘِﻴْﻨًﺎ ﺃَﻭِ ﺍﺣْﺘﻤَﺎﻟًﺎ ﻓَﻠَﺎ ﻳَﻜُﻮْﻥُ ﻧَﺠِﺴًﺎ ﻭَ ﻟَﺎ ﻣُﺘَﻨَﺠِّﺴًﺎ، ﺧِﻠَﺎﻓًﺎ ﻟِﻠْﻘَﻔَّﺎﻝِ. ﻭَ ﺃَﻓْﺘَﻰ ﺷَﻴْﺨُﻨَﺎ ﺃَﻥَّ ﺍﻟﺼَّﺒِﻲِّ ﺇِﺫَﺍ ﺍﺑْﺘُﻠِﻲَ ﺑِﺘَﺘَﺎﺑُﻊِ ﺍﻟْﻘَﻲْﺀِ ﻋُﻔِﻲَ ﻋَﻦْ ﺛَﺪْﻱِ ﺃُﻣِّﻪِ ﺍﻟﺪَّﺍﺧِﻞِ ﻓِﻲْ ﻓِﻴْﻪِ، ﻟَﺎ ﻋَﻦْ ﻣُﻘَﺒِّﻠِﻪِ ﺃَﻭْ ﻣُﻤَﺎﺳِّﻪِ، ﻭَ ﻛَﻤِﺮَّﺓٍ ﻭَ ﻟَﺒَﻦٍ ﻏَﻴْﺮِ ﻣَﺄْﻛُﻮْﻝٍ ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟْﺂﺩَﻣِﻲِّ، ﻭَ ﺟِﺮَّﺓِ ﻧَﺤْﻮِ ﺑَﻌِﻴْﺮٍ. ﺃَﻣَّﺎ ﺍﻟْﻤَﻨِﻲُّ ﻓَﻄَﺎﻫِﺮٌ، ﺧِﻠَﺎﻓًﺎ ﻟِﻤَﺎﻟِﻚٍ. ﻭَ ﻛَﺬَﺍ ﺑُﻠْﻐَﻢٌ ﻏَﻴْﺮُ ﻣَﻌْﺪَﺓٍ ﻣِﻦْ ﺭَﺃْﺱِ ﺃَﻭْ ﺻَﺪْﺭٍ ﻭَ ﻣَﺎﺀُ ﺳَﺎﺋِﻞٍ ﻣِﻦْ ﻓَﻢِ ﻧَﺎﺋِﻢٍ، ﻭَ ﻟَﻮْ ﻧَﺘْﻨًﺎ ﺃَﻭْ ﺃَﺻْﻔَﺮَ، ﻣَﺎ ﻟَﻢْ ﻳَﺘَﺤَﻘَّﻖْ ﺃَﻧَّﻪُ ﻣِﻦْ ﻣَﻌْﺪَﺓٍ، ﺇِﻟَّﺎ ﻣِﻤَّﻦْ ﺍﺑْﺘُﻠِﻲَ ﺑِﻪِ ﻓَﻴُﻌْﻔَﻰ ﻋَﻨْﻪُ ﻭَ ﺇِﻥْ ﻛَﺜُﺮَ .
(Najis itu seperti halnya madzi) sebab perintah untuk membasuh dzakar dari madzi tersebut. Madzi adalah air berwarna putih atau kuning yang bersifat cari. Secara umum keluar ketika syahwat naik, namun tidak terlalu kuat. Begitu pula wadi, yakni air berwarna putih, keruh dan kental, secara umum keluar setelah selesai kencing atau saat membawa barang yang berat. (Dan seperti darah) sampai darah yang tersisa pada semacam tulang, namun hukumnya di- a‘fuw . Para ulama’ mengecualikan dari darah adalah hati, limpa, misik – walaupun misik tersebut dari kijang yang mati bila misik tersebut mengental, darah dan daging kempal, air susu  yang keluar dengan warna darah, dan darah telur yang belum rusak. (Dan seperti nanah), sebab nanah adalah darah yang telah berubah bentuk dan shadīd yakni cairan yang bercampur darah. Begitu pula cairan dari luka, cairan dari cacar, cairan dari tubuh yang melepuh jika semua cairan tersebut telah berubah. (Dan seperti muntahan dari lambung),  walaupun tidak berubah, yakni sesuatu yang kembali setelah sampai pada lambung walaupun berupa air. Sedangkan sesuatu yang kembali sebelum sampai pada lambung secara yakin atau kemungkinan hukumnya tidaklah najis dan juga tidak mutanajjis, berbeda dengan pendapat Imām al-Qaffāl. Guru kita telah berfatwa bahwa ketika seorang anak kecli diuji dengan selalu muntah, maka puting susu ibunya yang masuk ke dalam mulut anak tersebut di- ma‘fuw , tidak dari orang yang menciumnya atau menyentuhnya. Dan seperti empedu, susu hewan yang tidak halal dimakan dagingnya kecuali dari manusia, dan makanan mamahan yang kedua kali dari semacam unta. Sedangkan mani hukumnya adalah suci, (8 8) berbeda dengan pendapat Imām Mālik. (9 9) Begitu pula suci air lendir yang keluar selain dari lambung yakni dari kepala atau dada dan air liur dari orang yang tidur walaupun sangat busuk atau berwarna kuning selama tidak jelas bahwa air liur tersebut tidak berasal dari lambung, kecuali bagi orang yang diuji  dengan hal tersebut maka hukumnya di- ma‘fuw walaupun sangat banyak.
ﻭَ ﺭُﻃُﻮْﺑَﺔِ ﻓَﺮْﺝٍ، ﺃَﻱْ ﻗُﺒُﻞٍ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﺄَﺻَﺢِّ. ﻭَ ﻫِﻲَ ﻣَﺎﺀٌ ﺃَﺑْﻴَﺾُ ﻣُﺘَﺮَﺩِّﺩٌ ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟْﻤَﺬْﻱِ ﻭَ ﺍﻟْﻌِﺮْﻕِ، ﻳَﺨْﺮُﺝُ ﻣِﻦْ ﺑَﺎﻃِﻦِ ﺍﻟْﻔَﺮْﺝِ ﺍﻟَّﺬِﻱْ ﻟَﺎ ﻳَﺠِﺐُ ﻏَﺴْﻠُﻪُ، ﺑِﺨِﻠَﺎﻑِ ﻣَﺎ ﻳَﺨْﺮُﺝُ ﻣِﻤَّﺎ ﻳَﺠِﺐُ ﻏَﺴْﻠُﻪُ ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﻃَﺎﻫِﺮٌ ﻗَﻄْﻌًﺎ، ﻭَ ﻣَﺎ ﻳَﺨْﺮُﺝُ ﻣِﻦْ ﻭَﺭَﺍﺀِ ﺑَﺎﻃِﻦِ ﺍﻟْﻔَﺮْﺝِ ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﻧَﺠِﺲٌ ﻗَﻄْﻌًﺎ، ﻛَﻜُﻞِّ ﺧَﺎﺭِﺝٍ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺒَﺎﻃِﻦِ، ﻭَ ﻛَﺎﻟْﻤَﺎﺀِ ﺍﻟْﺨَﺎﺭِﺝِ ﻣَﻊَ ﺍﻟْﻮَﻟَﺪِ ﺃَﻭْ ﻗَﺒْﻠَﻪُ، ﻭَ ﻟَﺎ ﻓَﺮْﻕَ ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻧْﻔِﺼَﺎﻟِﻬَﺎ ﻭَ ﻋَﺪَﻣِﻪِ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻤُﻌْﺘَﻤَﺪِ. ﻗَﺎﻝَ ﺑَﻌْﻀُﻬُﻢْ: ﺍﻟْﻔَﺮْﻕُ ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟﺮُّﻃُﻮْﺑَﺔِ ﺍﻟﻄَّﺎﻫِﺮَﺓِ ﻭَ ﺍﻟﻨَّﺠِﺴَﺔِ ﺍﻟْﺎِﺗِّﺼَﺎﻝُ ﻭَ ﺍﻟْﺎِﻧْﻔِﺼَﺎﻝُ. ﻓَﻠَﻮِ ﺍﻧْﻔَﺼَﻠَﺖْ، ﻓَﻔِﻲ ﺍﻟْﻜِﻔَﺎﻳَﺔِ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﺈِﻣَﺎﻡِ ﺃَﻧَّﻬَﺎ ﻧَﺠِﺴَﺔٌ، ﻭَ ﻟَﺎ ﻳَﺠِﺐُ ﻏُﺴْﻞُ ﺫَﻛَﺮِ ﺍﻟْﻤُﺠَﺎﻣِﻊِ ﻭَ ﺍﻟْﺒَﻴْﺾِ ﻭَ ﺍﻟْﻮَﻟَﺪِ .
Dihukumi suci air yang membasahi vagina – keputihan – menurut pendapat yang ashaḥ , yakni air yang berwarna putih yang bersifat di antara madzi dan keringat, keluar dari dalam vagina yang tidak wajib untuk dibasuh.  Berbeda bila keluar dari anggota yang wajib dibasuh, maka hukumnya pasti suci. Cairan yang keluar dari bagian paling dalam vagina hukumnya pasti najis seperti setiap hal yang keluar dari bagian dalam. Dan seperti air yang keluar besertaan anak yang dilahirkan atau sebelumnya. Tidak ada perbedaan di antara terpisahnya cairan tersebut dan tidaknya menurut pendapat yang mu‘tamad . Sebagian ulama’ mengatakan bahwa perbedaan antara cairan yang suci dan yang najis adalah bertemu dan terpisahnya cairan itu, maka jika cairan tersebut terpisah maka dalam kitab Kifāyah dari Imām Ḥaramain hukumnya adalah najis. Tidak wajib untuk membasuh dzakar  seorang yang menyetubuhinya, membasuh telur dan anak.
ﻭَ ﺃَﻓْﺘَﻰ ﺷَﻴْﺨُﻨَﺎ ﺑِﺎﻟْﻌَﻔْﻮِ ﻋَﻦْ ﺭُﻃُﻮْﺑَﺔِ ﺍﻟْﺒَﺎﺳُﻮْﺭِ ﻟِﻤُﺒْﺘَﻠِﻲْ ﺑِﻬَﺎ، ﻭَ ﻛَﺬَﺍ ﺑِﻴْﺾِ ﻏَﻴْﺮِ ﻣَﺄْﻛُﻮْﻝٍ، ﻭَ ﻳَﺤِﻞُّ ﺃَﻛْﻠُﻪُ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﺄَﺻَﺢِّ. ﻭَ ﺷَﻌْﺮِ ﻣَﺄْﻛُﻮْﻝٍ ﻭَ ﺭِﻳْﺸِﻪِ ﺇِﺫَﺍ ﺃُﺑِﻴْﻦَ ﻓِﻲْ ﺣَﻴَﺎﺗِﻪِ. ﻭَ ﻟَﻮْ ﺷَﻚَّ ﻓِﻲْ ﺷَﻌْﺮٍ ﺃَﻭْ ﻧَﺤْﻮِﻩِ، ﺃَﻫُﻮَ ﻣِﻦْ ﻣَﺄْﻛُﻮْﻝٍ ﺃَﻭْ ﻏَﻴْﺮِﻩِ؟ ﺃَﻭْ ﻫَﻞِ ﺍﻧْﻔَﺼَﻞَ ﻣِﻦْ ﺣَﻲِّ ﺃَﻭْ ﻣَﻴِّﺖٍ؟ ﻓَﻬُﻮَ ﻃَﺎﻫِﺮٌ، ﻭَ ﻗِﻴَﺎﺳُﻪُ ﺃَﻥِ ﺍﻟْﻌَﻈْﻢَ ﻛَﺬﻟِﻚَ. ﻭَ ﺑِﻪِ ﺻَﺮَّﺡَ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺠَﻮَﺍﻫِﺮِ. ﻭَ ﺑِﻴْﺾُ ﺍﻟْﻤَﻴْﺘَﺔِ ﺇِﻥْ ﺗَﺼَﻠَّﺐَ ﻃَﺎﻫِﺮٌ ﻭَ ﺇِﻟَّﺎ ﻓَﻨَﺠِﺲٌ. ﻭَ ﺳُﺆْﺭُ ﻛُﻞِّ ﺣَﻴَﻮَﺍﻥٍ ﻃَﺎﻫِﺮٍ ﻃَﺎﻫِﺮٌ، ﻓَﻠَﻮْ ﺗَﻨَﺠَّﺲَ ﻓَﻤُﻪُ ﺛُﻢَّ ﻭَﻟَﻎَ ﻓِﻲْ ﻣَﺎﺀٍ ﻗَﻠِﻴْﻞٍ ﺃَﻭْ ﻣَﺎﺋِﻊٍ، ﻓَﺈِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﺑَﻌْﺪَ ﻏَﻴْﺒَﺔٍ ﻳُﻤْﻜِﻦُ ﻓِﻴْﻬَﺎ ﻃَﻬَﺎﺭَﺗُﻪُ ﺑِﻮُﻟُﻮْﻏِﻪِ ﻓِﻲْ ﻣَﺎﺀٍ ﻛَﺜِﻴْﺮٍ ﺃَﻭْ ﺟَﺎﺭٍ ﻟَﻢْ ﻳُﻨَﺠِّﺴْﻪُ ﻭَ ﻟَﻮْ ﻫِﺮًّﺍ ﻭَ ﺇِﻟَّﺎ ﻧَﺠَّﺴَﻪُ .
Guru kita berfatwa bahwa cairan dari penyakit bawasir hukumnya diampuni bagi seorang yang diuji dengan hal itu, begitu pula telur hewan yang tidak halal dimakan dagingnya, dan halal untuk memakannya menurut pendapat yang Ashaḥ .  Dan suci pula rambut dari hewan yang halal dimakan dagingnya begitu pula bulu-bulunya yang dicabut di waktu hidupnya. Jikalau terjadi keraguan di dalam rambut atau sejenisnya, apakah dari hewan yang halal dimakan dagingnya atau tidak atau apakah terpisah dari hewan yang masih hidup atau telah mati maka hukumnya suci. Begitu pula disamakan dengan kasus tersebut adalah tulangnya, seperti yang telah dijelaskan Imām Qamullī dalam kitab Jawāhir -nya. Telur dari bangkai bila masih dalam keadaan keras, maka hukumnya suci dan bila tidak, maka najis. Air minum sisa dari hewan yang suci hukumnya adalah suci. Jika mulut hewan tersebut najis, lalu hewan tersebut menjilati air yang jumlahnya sedikit, maka bila kasus tersebut terjadi setelah perginya hewan itu dalam jangka waktu yang mungkin untuk sucinya mulutnya dengan menjilat air yang banyak atau yang mengalir, maka hukumnya tidak najis walaupun hewan tersebut itu kucing dan bila tidak demikian itu maka hukumnya najis.
ﻗَﺎﻝَ ﺷَﻴْﺨُﻨَﺎ ﻛَﺎﻟﺴُّﻴُﻮْﻃِﻲِّ، ﺗَﺒْﻌًﺎ ﻟِﺒَﻌْﺾِ ﺍﻟْﻤَﺘَﺄَﺧِّﺮِﻳْﻦَ ﺇِﻧَّﻪُ ﻳُﻌْﻔَﻰ ﻋَﻦْ ﻳَﺴِﻴْﺮٍ ﻋُﺮْﻓًﺎ، ﻣِﻦْ ﺷَﻌْﺮٍ ﻧَﺠِﺲٍ ﻣِﻦْ ﻏَﻴْﺮِ ﻣُﻐَﻠَّﻆٍ، ﻭَ ﻣِﻦْ ﺩُﺧَﺎﻥِ ﻧَﺠَﺎﺳَﺔٍ، ﻭَ ﻣَﺎ ﻋَﻠَﻰ ﺭِﺟْﻞِ ﺫُﺑَﺎﺏٍ، ﻭَ ﺇِﻥْ ﺭُﺅْﻱَ، ﻭَ ﻣَﺎ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﻨْﻔَﺬِ ﻏَﻴْﺮِ ﺁﺩَﻣِﻲٍّ ﻣِﻤَّﺎ ﺧَﺮَﺝَ ﻣِﻨْﻪُ، ﻭَ ﺫَﺭْﻕِ ﻃُﻴُﺮٍ ﻭَ ﻣَﺎ ﻋَﻠَﻰ ﻓَﻤِﻪِ، ﻭَﺭَﻭْﺙِ ﻣﺎ ﻧَﺸْﺆُﻩُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤَﺎﺀِ ﺃَﻭْ ﺑَﻴْﻦَ ﺃَﻭْﺭَﺍﻕِ ﺷَﺠَﺮِ ﺍﻟﻨَّﺎﺭَﺟِﻴْﻞِ ﺍﻟَّﺘِﻲْ ﺗُﺴْﺘَﺮُ ﺑِﻬَﺎ ﺍﻟْﺒُﻴُﻮْﺕُ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﻤُﻔْﻄِﺮِ ﺣَﻴْﺚُ ﻳَﻌْﺴُﺮُ ﺻَﻮْﻥُ ﺍﻟْﻤَﺎﺀِ ﻋَﻨْﻪُ. ﻗَﺎﻝَ ﺟَﻤْﻊٌ: ﻭَ ﻛَﺬَﺍ ﻣَﺎ ﺗُﻠْﻘِﻴْﻪِ ﺍﻟْﻔَﺌْﺮَﺍﻥُ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺮَّﻭْﺙِ ﻓِﻲْ ﺣِﻴَﺎﺽِ ﺍﻟْﺄَﺧْﻠِﻴَﺔِ ﺇِﺫَﺍ ﻋَﻢَّ ﺍﻟْﺎِﺑْﺘِﻠَﺎﺀُ ﺑِﻪِ، ﻭَ ﻳُﺆَﻳّﺪُﻩُ ﺑَﺤْﺚُ ﺍﻟْﻔَﺰَﺍﺭِﻱْ، ﻭَ ﺷَﺮْﻁُ ﺫﻟِﻚَ ﻛُﻠُّﻪُ ﺇِﺫَﺍ ﻛَﺎﻥَ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤَﺎﺀِ ﺃَﻥْ ﻟَﺎ ﻳُﻐَﻴِّﺮَ. ﺍﻧْﺘَﻬَﻰ. ﻭَ ﺍﻟﺰَّﺑَﺎﺩُ ﻃَﺎﻫِﺮٌ ﻭَ ﻳُﻌْﻔَﻰ ﻋَﻦْ ﻗَﻠِﻴْﻞِ ﺷَﻌْﺮِﻩِ ﻛَﺎﻟﺜَّﻠَﺎﺙِ. ﻛَﺬَﺍ ﺃَﻃْﻠَﻘُﻮْﻩُ ﻭَ ﻟَﻢْ ﻳُﺒَﻴِّﻨُﻮْﺍ ﺃَﻥَّ ﺍﻟْﻤُﺮَﺍﺩَ ﺍﻟْﻘَﻠِﻴْﻞَ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤَﺄْﺧُﻮْﺫِ ﻟِﻠْﺎِﺳْﺘِﻌْﻤَﺎﻝِ ﺃَﻭْ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺈِﻧَﺎﺀِ ﺍﻟْﻤَﺄْﺧُﻮْﺫِ ﻣِﻨْﻪُ. ﻗَﺎﻝَ ﺷَﻴْﺨُﻨَﺎ: ﻭَ ﺍﻟَّﺬِﻱْ ﻳُﺘَّﺠَﻪُ ﺍﻟْﺄَﻭَّﻝُ ﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﺟَﺎﻣِﺪًﺍ، ﻟِﺄَﻥَّ ﺍﻟْﻌِﺒْﺮَﺓَ ﻓِﻴْﻪِ ﺑِﻤَﺤَﻞِّ ﺍﻟﻨَّﺠَﺎﺳَﺔِ ﻓَﻘَﻂْ، ﻓَﺈِﻥْ ﻛَﺜُﺮَﺕْ ﻓِﻲْ ﻣَﺤَﻞٍ ﻭَﺍﺣِﺪٍ ﻟَﻢْ ﻳُﻌْﻒَ ﻋَﻨْﻪُ، ﻭَ ﺇِﻟَّﺎ ﻋُﻔِﻲَ، ﺑِﺨِﻠَﺎﻑِ ﺍﻟْﻤَﺎﺋِﻊِ ﻓَﺈِﻥَّ ﺟَﻤِﻴْﻌَﻪُ ﻛَﺎﻟﺸَّﻲْﺀِ ﺍﻟْﻮَﺍﺣِﺪِ. ﻓَﺈِﻥْ ﻗَﻞَّ ﺍﻟﺸَّﻌْﺮُ ﻓِﻴْﻪِ ﻋُﻔِﻲَ ﻋَﻨْﻪُ ﻭَ ﺇِﻟَّﺎ ﻓَﻠَﺎ، ﻭَ ﻟَﺎ ﻧَﻈَﺮَ ﻟِﻠْﻤَﺄْﺧُﻮْﺫِ ﺣِﻴْﻨَﺌِﺬٍ. ﻭَ ﻧَﻘَﻞَ ﺍﻟْﻤُﺤِﺐُّ ﺍﻟﻄَّﺒَﺮِﻱُّ ﻋَﻦِ ﺍﺑْﻦِ ﺍﻟﺼَّﺒَّﺎﻍِ ﻭَ ﺍﻋْﺘَﻤَﺪَﻩُ، ﺃَﻧَّﻪُ ﻳُﻌْﻔَﻰ ﻋَﻦْ ﺟِﺮَّﺓِ ﺍﻟْﺒَﻌِﻴْﺮِ ﻭَ ﻧَﺤْﻮَﻩُ ﻓَﻠَﺎ ﻳُﻨَﺠِّﺲُ ﻣَﺎ ﺷَﺮِﺏَ ﻣِﻨْﻪُ، ﻭَ ﺃُﻟْﺤِﻖَ ﺑِﻪِ ﻓَﻢُّ ﻣَﺎ ﻳَﺠْﺘَﺮُّ ﻣِﻦْ ﻭَﻟَﺪِ ﺍﻟْﺒَﻘَﺮَﺓِ ﻭَ ﺍﻟﻀَّﺄْﻥِ ﺇِﺫَﺍ ﺍﻟْﺘَﻘَﻢَ ﺃَﺧْﻠَﺎﻑَ ﺃُﻣِّﻪِ. ﻭَ ﻗَﺎﻝَ ﺍﺑْﻦُ ﺍﻟﺼَّﻠَّﺎﺡِ: ﻳُﻌْﻔَﻰ ﻋَﻤَّﺎ ﺍﺗَّﺼَﻞَ ﺑِﻪِ ﺷَﻲْﺀٌ ﻣِﻦْ ﺃَﻓْﻮَﺍﻩِ ﺍﻟﺼِّﺒْﻴَﺎﻥِ ﻣَﻊَ ﺗَﺤَﻘُّﻖِ ﻧَﺠَﺎﺳَﺘِﻬَﺎ، ﻭَ ﺃَﻟْﺤِﻖَ ﻏَﻴْﺮُﻩُ ﺑِﻬِﻢْ ﺃَﻓْﻮَﺍﻩَ ﺍﻟْﻤَﺠَّﺎﻧِﻴْﻦَ. ﻭَ ﺟَﺰَﻡَ ﺑِﻪِ ﺍﻟﺰَّﺭْﻛَﺸِﻲُّ .
Guru kita seperti halnya Imām Suyūthī sebab mengikuti sebagian ulama’ kurun akhir mengatakan: Hukumnya di- ma‘fuw -kan dari sedikitnya najis secara umumnya, yakni dari sedikitnya rambut najis selain dari najis mughallazhah, dari asap yang najis, dari najis yang melekat di kaki lalat walaupun dapat terlihat dengan mata, najis yang berada pada lubang keluarnya kotoran selain manusia yakni dari sesuatu yang keluar dari lubang tersebut, kotoran burung dan yang berada pada mulutnya, kotoran dari hewan yang muncul dari air atau kotoran yang muncul di antara dedaunan pohon kelapa yang digunakan sebagai atap rumah pelindung hujan sekira sulit untuk menghindari air dari kotoran hewan itu. Sekelompok ulama’ mengatakan: Begitu pula kotoran dari hewan tikus yang berada pada tempat air di WC, jika telah umum terjadi. Hal itu dikuatkan dengan pembahasan Imām al-Fazārī. Syarat di- ma‘fuw -nya keseluruhan permasalahan di atas, bila najis tersebut mengenai air  adalah tidak merubah sifat air.  Keringat atau susu musang kasturi hukumnya suci dan sedikit rambutnya seperti tiga helai di- ma‘fuw . Begitulah para ulama’ memutlakkan permasalahan di atas tanpa menjelaskan yang dikehendaki dari sedikitnya itu apakah rambut yang berada pada keringat/susu yang akan digunakan atau rambut yang berada pada wadah tempat diambilnya susu tersebut. Guru kita mengatakan bahwa yang lebih unggul adalah permasalahan yang awal jika susu/keringat tersebut telah padat, sebab yang dipertimbangkan adalah tempat yang terkena najis saja. Jika terdapat najis dengan jumlah yang banyak pada satu tempat, maka hukumnya tidak diampuni dan bila tidak satu tempat hukumnya diampuni, berbeda dengan benda cair, sebab seluruh benda tersebut seperti satu kesatuan. Jika rambut di dalam benda cair itu sedikit, maka diampuni, bila tidak demikian, maka tidak diampuni, dan tentunya saat benda tersebut cari, maka yang dipertimbangkan tidak hanya terhadap susu/ keringat yang diambil saja.  Imām al- Muḥibb at-Thabarī mengutip dari Imam Ibnu Shabāgh dan ia jadikan sebuah pedoman bahwa diampuni dari mamahan kedua kali dari unta dan sejenisnya, maka air yang diminumnya tidaklah najis. Disamakan dengan permasalahan mulut dari hewan memamah baik adalah permasalahan anak dari hewan sapi dan biri-biri ketika menyesap puting induknya. Imām Ibnu Shalāh mengatakan: Sesuatu yang tersentuh dengan mulut anak kecil serta diyakini kenajisannya hukumnya diampuni. Disamakan dengan anak kecil adalah mulutnya orang gila dan Imām Zarkasyī memutuskan dengan hukum tersebut.
( ﻭَ ﻛَﻤَﻴْﺘَﺔٍ‏) ﻭَ ﻟَﻮْ ﻧَﺤْﻮَ ﺫُﺑَﺎﺏٍ ﻣِﻤَّﺎ ﻟَﺎ ﻧَﻔْﺲَ ﻟَﻪُ ﺳَﺎﺋِﻠَﺔٌ، ﺧِﻠَﺎﻓًﺎ ﻟِﻠْﻘَﻔَّﺎﻝِ ﻭَ ﻣَﻦْ ﺗَﺒِﻌَﻪُ ﻓِﻲْ ﻗَﻮْﻟِﻪِ ﺑِﻄَﻬَﺎﺭَﺗِﻪِ ﻟِﻌَﺪَﻡِ ﺍﻟﺪَّﻡِ ﺍﻟْﻤُﺘَﻌَﻔِّﻦِ، ﻛَﻤَﺎﻟِﻚٍ ﻭَ ﺃَﺑِﻲْ ﺣَﻨِﻴْﻔَﺔَ. ﻓَﺎﻟْﻤَﻴْﺘَﺔُ ﻧَﺠِﺴَﺔٌ ﻭَ ﺇِﻥْ ﻟَﻢْ ﻳَﺴِﻞْ ﺩَﻣُﻬَﺎ، ﻭَ ﻛَﺬَﺍ ﺷَﻌْﺮُﻫَﺎ ﻭَ ﻋَﻈْﻤُﻬَﺎ ﻭَ ﻗَﺮْﻧُﻬَﺎ، ﺧِﻠَﺎﻓًﺎ ﻟِﺄَﺑِﻲْ ﺣَﻨِﻴْﻔَﺔَ، ﺇِﺫَﺍ ﻟَﻢْ ﻳَﻜُﻦْ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ ﺩَﺳَﻢٌ. ﻭَ ﺃَﻓْﺘَﻰ ﺍﻟْﺤَﺎﻓِﻆُ ﺍﺑْﻦُ ﺣَﺠَﺮٍ ﺍﻟْﻌَﺴْﻘَﻠَﺎﻧِﻲُّ ﺑِﺼِﺤَّﺔِ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ ﺇِﺫَﺍ ﺣَﻤَﻞَ ﺍﻟْﻤُﺼَﻠِّﻲُ ﻣَﻴْﺘَﺔَ ﺫُﺑَﺎﺏٍ ﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﻓِﻲْ ﻣَﺤَﻞٍ ﻳَﺸُﻖُّ ﺍﻟْﺎِﺣْﺘِﺮَﺍﺯُ ﻋَﻨْﻪُ. ‏(ﻏَﻴْﺮَ ﺑَﺸَﺮٍ ﻭَ ﺳَﻤَﻚٍ ﻭَ ﺟَﺮَﺍﺩٍ‏) ﻟِﺤِﻞِّ ﺗَﻨَﺎﻭُﻝِ ﺍﻟْﺄَﺧِﻴْﺮَﻳْﻦِ. ﻭَ ﺃَﻣَّﺎ ﺍﻟْﺂﺩَﻣِﻲُّ ﻓَﻠِﻘَﻮْﻟِﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ} : ﻭَ ﻟَﻘَﺪْ ﻛَﺮَّﻣْﻨَﺎ ﺑَﻨِﻲْ ﺁﺩَﻡَ{ ﻭَ ﻗَﻀِﻴَّﺔُ ﺍﻟﺘَّﻜْﺮِﻳْﻢِ ﺃَﻥْ ﻟَﺎ ﻳَﺤْﻜُﻢَ ﺑِﻨَﺠَﺎﺳَﺘِﻬِﻢْ ﺑِﺎﻟْﻤَﻮْﺕِ. ﻭَ ﻏَﻴْﺮَ ﺻَﻴْﺪٍ ﻟَﻢْ ﺗُﺪْﺭَﻙْ ﺫُﻛَﺎﺗُﻪُ، ﻭَ ﺟَﻨِﻴْﻦِ ﻣُﺬَﻛَّﺎﺓٍ ﻣَﺎﺕَ ﺑِﺬُﻛَﺎﺗِﻬَﺎ. ﻭَ ﻳَﺤِﻞُّ ﺃَﻛْﻞُ ﺩُﻭْﺩٍ ﻣَﺄْﻛُﻮْﻝٍ ﻣَﻌَﻪُ، ﻭَ ﻟَﺎ ﻳَﺠِﺐُ ﻏَﺴْﻞُ ﻧَﺤْﻮَ ﺍﻟْﻔَﻢِ ﻣِﻨْﻪُ. ﻭَ ﻧَﻘَﻞَ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺠَﻮَﺍﻫِﺮِ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﺄَﺻْﺤَﺎﺏِ: ﻟَﺎ ﻳَﺠُﻮْﺯُ ﺃَﻛْﻞُ ﺳَﻤَﻚٍ ﻣِﻠْﺢٍ ﻭَ ﻟَﻢْ ﻳُﻨْﺰَﻉْ ﻣَﺎ ﻓِﻲْ ﺟَﻮْﻓِﻪِ، ﺃَﻱْ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤُﺴْﺘَﻘْﺬِﺭَﺍﺕِ. ﻭَ ﻇَﺎﻫِﺮُﻩُ: ﻟَﺎ ﻓَﺮْﻕَ ﺑَﻴْﻦَ ﻛَﺒِﻴْﺮِﻩِ ﻭَ ﺻَﻐِﻴْﺮِﻩِ. ﻟﻜِﻦْ ﺫَﻛَﺮَ ﺍﻟﺸَّﻴْﺨَﺎﻥِ ﺟَﻮَﺍﺯَ ﺃَﻛْﻞِ ﺍﻟﺼَّﻐِﻴْﺮِ ﻣَﻊَ ﻣَﺎ ﻓِﻲْ ﺟَﻮْﻓِﻪِ ﻟِﻌُﺴْﺮِ ﺗَﻨْﻘِﻴَّﺔِ ﻣَﺎ ﻓِﻴْﻪِ .
(Dan seperti halnya bangkai) walaupun dari sejenis lalat yakni dari hewan yang tidak memiliki darah yang mengalir – berbeda dengan pendapat Imām Qaffāl dan ulama’- ulama’ yang mengikutinya dalam pendapatnya yang mengatakan suci sebab tidak adanya darah yang menyebabkan hewan itu busuk seperti madzhab Mālikī dan Abū Ḥanīfah – , maka bangkai hukumnya najis walaupun darahnya tidak mengalir, begitu pula bulu, tulang dan tanduknya berbeda dengan Imām Abū Ḥanīfah ketika bangkai tersebut tidak memiliki lemak. Imām al-Ḥāfizh Ibnu Ḥajar al-Asqalānī berfatwa dengan sahnya shalat ketika seorang yang shalat membawa bangkai lalat ketika hal tersebut terjadi di tempat yang sulit menghindari lalat itu.  (Selain bangkai manusia, ikan  dan belalang) sebab dua yang akhir halal untuk dikonsumsi. Sedangkan manusia itu sebab firman Allah: Dan sungguh telah aku muliakan keturunan dari Adam. Dari kemuliaan yang diberikan manusia sudah tentunya tidak dihukumi najis ketika matinya. Dan selain hewan buruan ketika tidak ditemukan sembelihannya  dan selain janin hewan yang disembelih yang mati sebab penyembelihan induknya. Halal memakan ulat dari makanan bersamanya dan tidak wajib untuk membasuh mulutnya dari memakan ulat itu. Imām Qamullī mengutip dalam kitab Jawāhir -nya sebuah pendapat dari ashhab bahwa tidak diperbolehkan memakan ikan asin yang kotoran di dalamnya tidak dihilangkan. Secara lahir tidak ada perbedaan antara ikan yang besar dan kecil, namun Imām Rāfi‘ī dan Nawawī memperbolehkan memakan ikan asin yang kecil besertaan kotoran yang ada di dalamnya, sebab sulitnya untuk membersihkan.
( ﻭَ ﻛَﻤُﺴْﻜِﺮ‏) ﺃَﻱْ ﺻَﺎﻟِﺢٍ ﻟِﻠْﺈِﺳْﻜَﺎﺭِ، ﻓَﺪَﺧَﻠَﺖِ ﺍﻟْﻘَﻄْﺮَﺓُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤُﺴْﻜِﺮِ. ‏( ﻣَﺎﺋِﻊٍ ‏) ﻛَﺨَﻤْﺮٍ، ﻭَ ﻫِﻲَ ﺍﻟْﻤُﺘَّﺨَﺬَﺓُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻌِﻨَﺐِ، ﻭَ ﻧَﺒِﻴْﺬٍ، ﻭَ ﻫُﻮَ ﺍﻟْﻤﺘَّﺨَﺬُ ﻣِﻦْ ﻏَﻴْﺮِﻩِ. ﻭَ ﺧَﺮَﺝَ ﺑِﺎﻟْﻤَﺎﺋِﻊِ ﻧَﺤْﻮُ ﺍﻟْﺒَﻨْﺞِ ﻭَ ﺍﻟْﺤَﺸِﻴْﺶِ. ﻭَ ﺗَﻄْﻬُﺮُ ﺧَﻤْﺮٌ ﺗَﺨَﻠَّﻠَﺖْ ﺑِﻨَﻔْﺴِﻬَﺎ ﻣِﻦْ ﻏَﻴْﺮِ ﻣُﺼَﺎﺣَﺒَﺔِ ﻋَﻴْﻦٍ ﺃَﺟْﻨَﺒِﻴَّﺔٍ ﻟَﻬَﺎ ﻭَ ﺇِﻥْ ﻟَﻢْ ﺗُﺆْﺛِﺮْ ﻓِﻲ ﺍﻟﺘَّﺨْﻠِﻴْﻞِ ﻛَﺤَﺼَﺎﺓٍ. ﻭَ ﻳَﺘْﺒَﻌُﻬَﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟﻄَّﻬَﺎﺭَﺓِ ﺍﻟﺪَّﻥُّ، ﻭَ ﺇِﻥْ ﺗَﺸَﺮَّﺏَ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﺃَﻭْ ﻏَﻠَﺖْ ﻓِﻴْﻪِ ﻭَ ﺍﺭْﺗَﻔَﻌَﺖْ ﺑِﺴَﺒَﺐِ ﺍﻟْﻐَﻠْﻴَﺎﻥِ ﺛُﻢَّ ﻧَﺰَﻟَﺖْ، ﺃَﻣَّﺎ ﺇِﺫَﺍ ﺍﺭْﺗَﻔَﻌَﺖْ ﺑِﻠَﺎ ﻏَﻠْﻴَﺎﻥَ ﺑَﻞْ ﺑِﻔِﻌْﻞِ ﻓَﺎﻋِﻞٍ ﻓَﻠَﺎ ﺗَﻄْﻬُﺮُ، ﻭَ ﺇِﻥْ ﻏُﻤِﺮَ ﺍﻟْﻤُﺮْﺗَﻔِﻊُ ﻗَﺒْﻞَ ﺟَﻔَﺎﻓِﻪِ ﺃَﻭْ ﺑَﻌْﺪَﻩُ ﺑِﺨَﻤْﺮٍ ﺃُﺧْﺮَﻯ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﺄَﻭْﺟَﻪِ. ﻛَﻤَﺎ ﺟَﺰَﻡَ ﺑِﻪِ ﺷَﻴْﺨُﻨَﺎ. ﻭَ ﺍﻟَّﺬِﻱْ ﺍِﻋْﺘَﻤَﺪَﻩُ ﺷَﻴْﺨُﻨَﺎ ﺍﻟْﻤُﺤَﻘِّﻖُ ﻋَﺒْﺪُ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤﻦِ ﺑْﻦُ ﺯِﻳَﺎﺩٍ ﺃَﻧَّﻬَﺎ ﺗَﻄْﻬُﺮُ ﺇِﻥْ ﻏُﻤِﺮَ ﺍﻟْﻤُﺮْﺗَﻔِﻊُ ﻗَﺒْﻞَ ﺍﻟْﺠَﻔَﺎﻑِ ﻟَﺎ ﺑَﻌْﺪَﻩُ. ﺛُﻢَّ ﻗَﺎﻝَ: ﻟَﻮْ ﺻُﺐَّ ﺧَﻤْﺮٌ ﻓِﻲْ ﺇِﻧَﺎﺀٍ ﺛُﻢَّ ﺃُﺧْﺮِﺟَﺖْ ﻣِﻨْﻪُ، ﻭَ ﺻُﺐَّ ﻓِﻴْﻪِ ﺧَﻤْﺮٌ ﺃُﺧْﺮَﻯ ﺑَﻌْﺪَ ﺟَﻔَﺎﻑِ ﺍﻟْﺈِﻧَﺎﺀِ ﻭَ ﻗَﺒْﻞَ ﻏَﺴْﻠِﻪِ ﻟَﻢْ ﺗَﻄْﻬُﺮْ، ﻭَ ﺇِﻥْ ﺗَﺨَﻠَّﻠَﺖْ ﺑَﻌْﺪَ ﻧَﻘْﻠِﻬَﺎ ﻣِﻨْﻪُ ﻓِﻲْ ﺇِﻧَﺎﺀٍ ﺁﺧَﺮَ. ﺍﻧْﺘَﻬَﻰ. ﻭَ ﺍﻟﺪَّﻟِﻴْﻞُ ﻋَﻠَﻰ ﻛَﻮْﻥِ ﺍﻟْﺨَﻤْﺮِ ﺧَﻠًّﺎ. ﺍﻟْﺤُﻤُﻮْﺿَﺔُ ﻓِﻲْ ﻃَﻌْﻤِﻬَﺎ، ﻭَ ﺇِﻥْ ﻟَﻢْ ﺗُﻮْﺟَﺪْ ﻧِﻬَﺎﻳَﺔُ ﺍﻟْﺤُﻤُﻮْﺿَﺔِ، ﻭَ ﺇِﻥْ ﻗُﺬِﻓَﺖْ ﺑِﺎﻟﺰَّﺑَﺪِ. ﻭَ ﻳَﻄْﻬُﺮُ ﺟِﻠْﺪُ ﻧَﺠِﺲٍ ﺑِﺎﻟْﻤَﻮْﺕِ ﺑِﺎﻧْﺪِﺑَﺎﻍٍ ﻧَﻘَّﺎﻩُ ﺑِﺤَﻴْﺚُ ﻟَﺎ ﻳَﻌُﻮْﺩُ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﻧَﺘْﻦٌ ﻭَ ﻟَﺎ ﻓَﺴَﺎﺩٌ ﻟَﻮْ ﻧُﻘِﻊَ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤَﺎﺀِ .
(Dan seperti sesuatu yang memabukkan) maksudnya adalah pantas untuk membuat mabuk, maka masuklah satu tetes dari minuman itu.  (yang berbentuk cair) seperti arak yakni minuman yang terbuat dari anggur dan tuak yakni minuman yang terbuat dari selain anggur. Dikecualikan dari benda cair adalah sejenis daun kecubung dan rumput yang memabukkan.  Arak tersebut dapat menjadi suci ketika menjadi cuka dengan sendirinya tanpa disertai dengan benda lain walaupun benda tersebut tidak memberi dampak di dalam proses menjadi cuka seperti kerikil. Wadah dari arak tersebut juga ikut dalam hukum kesuciannya  walaupun arak tersebut meresap ke dalam wadah itu atau sekalipun arah tersebut mendidih hingga arak tersebut naik dan surut kembali. Sedangkan bila arak tersebut naik tanpa sebab mendidih, bahkan disebabkan karena ada yang melakukannya maka arak tersebut tidak suci walaupun arah yang naik tersebut dituangi sebelum kering atau setelahnya dengan arak yang lain menurut pendapat yang lebih unggul seperti pendapat yang telah diputuskan oleh guru kita. Sedangkan pendapat yang dipakai pedoman oleh guru kita al-Muḥaqqiq ‘Abd-ur-Raḥmān az-Ziyādī adalah hukum suci jika arak yang naik tersebut dituangi sebelum keringnya, tidak bila setelah kering. Kemudian beliau berkata lagi: Kalau seandainya arak dituangkan pada sebuah wadah dan wadah itu dituangi arang yang lain setelah keringnya dan sebelum mencucinya, maka arak tersebut tidak bisa suci,  walaupun arak yang dipindah dari wadah itu menuju ke wadah lain telah menjadi cuka –selesai – . Tanda dari arak yang telah menjadi cuka adalah rasanya masam walaupun tidak begitu masam dan masih berbuih. Kulit hewan yang najis sebab mati dapat menjadi suci dengan cara disamak sampai bersih sekira bau busuk dan hancur tidak kembali lagi jika direndam di dalam air.
( ﻭَ ﻛَﻜَﻠْﺐٍ ﻭَ ﺧِﻨْﺰِﻳْﺮٍ‏) ﻭَ ﻓَﺮْﻉِ ﻛُﻞٍّ ﻣِﻨْﻬُﻤَﺎ ﻣَﻊَ ﺍﻟْﺂﺧَﺮِ ﺃَﻭْ ﻣَﻊَ ﻏَﻴْﺮِﻩِ، ﻭَ ﺩُﻭْﺩُ ﻣَﻴْﺘَﺘِﻬِﻤَﺎ ﻃَﺎﻫِﺮٌ، ﻭَ ﻛَﺬَﺍ ﻧَﺴْﺞُ ﻋَﻨْﻜَﺒُﻮْﺕٍ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻤَﺸْﻬُﻮْﺭِ. ﻛَﻤَﺎ ﻗَﺎﻟَﻪُ ﺍﻟﺴُّﺒْﻜِﻲُّ ﻭَ ﺍﻟْﺄَﺫْﺭَﻋِﻲُّ، ﻭَ ﺟَﺰَﻡَ ﺻَﺎﺣِﺐُ ﺍﻟْﻌِﺪَّﺓِ ﻭَ ﺍﻟْﺤَﺎﻭِﻱْ ﺑِﻨَﺠَﺎﺳَﺘِﻪِ. ﻭَ ﻣَﺎ ﻳَﺨْﺮُﺝُ ﻣِﻦْ ﺟِﻠْﺪِ ﻧَﺤْﻮِ ﺣَﻴَّﺔِ ﻓِﻲْ ﺣَﻴَﺎﺗِﻬَﺎ ﻛَﺎﻟْﻌِﺮْﻕِ، ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎ ﺃَﻓْﺘَﻰ ﺑِﻪِ ﺑَﻌْﻀُﻬُﻢْ. ﻟﻜِﻦْ ﻗَﺎﻝَ ﺷَﻴْﺨُﻨَﺎ: ﻓِﻴْﻪِ ﻧَﻈَﺮٌ، ﺑَﻞِ ﺍﻟْﺄَﻗْﺮَﺏُ ﺃَﻧَّﻪُ ﻧَﺠِﺲٌ ﻟِﺄَﻧَّﻪُ ﺟُﺰْﺀٌ ﻣُﺘَﺠَﺴِّﺪٌ ﻣُﻨْﻔَﺼِﻞٌ ﻣِﻦْ ﺣَﻲٍّ، ﻓَﻬُﻮَ ﻛَﻤَﻴْﺘَﺘِﻪِ. ﻭَ ﻗَﺎﻝَ ﺃَﻳْﻀًﺎ: ﻟَﻮْ ﻧَﺰَﺍ ﻛَﻠْﺐٌ ﺃَﻭْ ﺧِﻨْﺰِﻳْﺮٌ ﻋَﻠَﻰ ﺁﺩَﻣِﻴَّﺔٍ ﻓَﻮَﻟَﺪَﺕْ ﺁﺩَﻣِﻴًﺎ ﻛَﺎﻥَ ﺍﻟْﻮَﻟَﺪُ ﻧَﺠِﺴًﺎ، ﻭَ ﻣَﻊَ ﺫﻟِﻚَ ﻫُﻮَ ﻣُﻜَﻠَّﻒٌ ﺑِﺎﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ ﻭَ ﻏَﻴْﺮِﻫَﺎ. ﻭَ ﻇَﺎﻫﺮٌ ﺃَﻧَّﻪُ ﻳُﻌْﻔَﻰ ﻋَﻤَّﺎ ﻳُﻀْﻄَﺮُّ ﺇِﻟَﻰ ﻣَﻠَﺎﻣَﺴَﺘِﻪِ، ﻭَ ﺃَﻧَّﻪُ ﺗَﺠُﻮْﺯُ ﺇِﻣَﺎﻣَﺘُﻪُ ﺇِﺫْ ﻟَﺎ ﺇِﻋَﺎﺩَﺓَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ، ﻭَ ﺩُﺧُﻮْﻟُﻪُ ﺍﻟْﻤَﺴْﺠِﺪَ ﺣَﻴْﺚُ ﻟَﺎ ﺭُﻃُﻮْﺑَﺔَ ﻟِﻠْﺠَﻤَﺎﻋَﺔِ ﻭَ ﻧَﺤْﻮِﻫَﺎ .
(Dan seperti halnya anjing dan babi), anak- anak keturunan dari setiap keduanya dengan hewan yang lain dari keduanya atau besertaan dengan hewan dari selain keduanya. Ulat dari kedua hewan itu hukumnya suci  begitu pula sarang laba-laba menurut disampaikan oleh Imām Subkī dan al-Adzra‘ī. Imām ath-Thabarī pemilik kitab al-‘Iddah dan Imām Mawardzī pemilik kitab Ḥāwī memutuskan kenajisan sarang laba-laba tersebut. Sesuatu yang keluar dari sejenis ular di waktu hidupnya seperti halnya keringat hukumnya suci atas keterangan yang telah difatwakan sebagian ulama’, namun guru kita mengatakan: Dalam masalah ini perlu dikaji ulang bahkan pendapat yang lebih tepat adalah najis sebab sesuatu itu adalah bagian yang telah menjadi jasad yang terlepas di waktu hidupnya, maka hukumnya seperti halnya matinya. Guru kita berkata lagi: Jika seekor anjing atau babi mengawini manusia kemudian lahir darinya seorang manusia pula maka anaknya dihukumi najis,  dan besertaan dengan hukum itu, ia adalah termasuk orang yang tertuntut melakukan shalat dan lainnya. Sudah jelas pula bahwa setiap hal yang terpaksa tersentuh olehnya diampuni dan baginya diperbolehkan untuk menjadi imam, sebab shalat yang ia lakukan tidak wajib diulang. Boleh pula baginya untuk masuk masjid guna melakukan jama‘ah dan selainnya sekira tubuhnya tidak basah.
ﻭَ ﻳَﻄْﻬُﺮَ ﻣُﺘَﻨَﺠِّﺲٌ ﺑِﻌَﻴْﻨﻴَّﺔٍ ﺑِﻐَﺴْﻞٍ ﻣُﺰِﻳْﻞٍ ﻟِﺼِﻔَﺎﺗِﻬَﺎ، ﻣِﻦْ ﻃَﻌْﻢٍ ﻭَ ﻟَﻮْﻥٍ ﻭَ ﺭِﻳْﺢٍ. ﻭَ ﻟَﺎ ﻳَﻀُﺮُّ ﺑَﻘَﺎﺀُ ﻟَﻮْﻥٍ ﺃَﻭْ ﺭِﻳْﺢٍ ﻋَﺴُﺮَ ﺯَﻭَﺍﻟُﻪُ ﻭَ ﻟَﻮْ ﻣِﻦْ ﻣُﻐَﻠَّﻆٍ، ﻓَﺈِﻥْ ﺑَﻘِﻴَﺎ ﻣَﻌًﺎ ﻟَﻢْ ﻳَﻄْﻬُﺮْ. ﻭَ ﻣُﺘَﻨَﺠِّﺲٌ ﺑِﺤُﻜْﻤِﻴَّﺔٍ ﻛَﺒَﻮْﻝٍ ﺟَﻒَّ ﻟَﻢْ ﻳُﺪْﺭَﻙْ ﻟَﻪُ ﺻِﻔَﺔٌ ﺑِﺠَﺮْﻱِ ﺍﻟْﻤَﺎﺀِ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻣَﺮَّﺓً، ﻭَ ﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﺣَﺒًّﺎ ﺃَﻭْ ﻟَﺤْﻤًﺎ ﻃُﺒِﺦَ ﺑِﻨَﺠَﺲٍ، ﺃَﻭْ ﺛَﻮْﺑًﺎ ﺻُﺒِﻎَ ﺑِﻨَﺠِﺲٍ، ﻓَﻴَﻄْﻬُﺮُ ﺑَﺎﻃِﻨُﻬَﺎ ﺑِﺼَﺐِّ ﺍﻟْﻤَﺎﺀِ ﻋَﻠَﻰ ﻇَﺎﻫِﺮِﻫَﺎ، ﻛَﺴَﻴْﻒٍ ﺳُﻘِﻲَ ﻭَ ﻫُﻮَ ﻣُﺤَﻤًّﻰ ﺑِﻨَﺠَﺲٍ. ﻭَ ﻳٌﺸْﺘًﺮَﻁُ ﻓِﻲْ ﻃُﻬْﺮِ ﺍﻟْﻤَﺤَﻞِّ ﻭُﺭُﻭْﺩُ ﺍﻟْﻤَﺎﺀِ ﺍﻟْﻘَﻠِﻴْﻞِ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻤَﺤَﻞِّ ﺍﻟْﻤُﺘَﻨَﺠِّﺲِ، ﻓَﺈِﻥْ ﻭَﺭَﺩَ ﻣُﺘَﻨَﺠِّﺲٌ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎﺀٍ ﻗَﻠِﻴْﻞٍ ﻟَﺎ ﻛَﺜِﻴْﺮٍ ﺗَﻨَﺠَّﺲَ، ﻭَ ﺇِﻥْ ﻟَﻢْ ﻳَﺘَﻐَﻴَّﺮْ ﻓَﻠَﺎ ﻳُﻄَﻬِّﺮْ ﻏَﻴْﺮَﻩُ. ﻭَ ﻓَﺎﺭَﻕَ ﺍﻟْﻮَﺍﺭِﺩُ ﻏَﻴْﺮَﻩُ ﺑِﻘُﻮَّﺗِﻪِ ﻟِﻜَﻮْﻧِﻪِ ﻋَﺎﻣِﻠًﺎ، ﻓَﻠَﻮْ ﺗَﻨَﺠَّﺲَ ﻓَﻤُﻪُ ﻛَﻔَﻰ ﺃَﺧْﺬُ ﺍﻟْﻤَﺎﺀِ ﺑِﻴَﺪِﻩِ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﻭَ ﺇِﻥْ ﻟَﻢْ ﻳَﻌْﻠُﻬَﺎ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻛَﻤَﺎ ﻗَﺎﻝَ ﺷَﻴْﺨُﻨَﺎ ﻭَ ﻳَﺠِﺐُ ﻏَﺴْﻞُ ﻛُﻞِّ ﻣَﺎ ﻓِﻲْ ﺣَﺪِّ ﺍﻟﻈَّﺎﻫِﺮِ ﻣِﻨْﻪُ ﻭَ ﻟَﻮْ ﺑِﺎﻟْﺈِﺩَﺍﺭَﺓِ، ﻛَﺼَﺐِّ ﻣَﺎﺀٍ ﻓِﻲْ ﺇِﻧَﺎﺀٍ ﻣُﺘَﻨَﺠِّﺲٍ ﻭَ ﺇِﺩَﺍﺭَﺗِﻪِ ﺑِﺠَﻮَﺍﻧِﺒِﻪِ. ﻭَ ﻟَﺎ ﻳَﺠُﻮْﺯُ ﻟَﻪُ ﺍﺑْﺘِﻠَﺎﻉُ ﺷَﻲْﺀٍ ﻗَﺒْﻞَ ﺗَﻄْﻬِﻴْﺮِ ﻓَﻤِّﻪِ، ﺣَﺘَّﻰ ﺑِﺎﻟْﻐَﺮْﻏَﺮَﺓِ .
Benda yang terkena Najis ‘Ainiyyah dapat suci dengan basuhan yang dapat menghilangkan sifat-sifatnya yakni rasa, warna dan baunya. Tidak masalah masih utuhnya warna atau bau yang sulit untuk dihilangkan walaupun dari najis mughallazhah. Jika keduanya masih tersisa bersamaan  maka benda itu tidaklah suci. Sedang benda yang terkena najis ḥukmiyyah seperti air kencing yang telah kering dan tidak ditemukan sifat najis, maka cukup dengan mengalirkan air satu kali padanya. Walaupun benda tersebut berupa biji-bijian atau daging yang dimasuk dengan najis atau baju yang diwarnai dengan najis, maka batinnya akan suci dengan menuangkan air di luarnya. Seperti hal kasus pedang yang disiram, sedang pedang tersebut telah dibakar dengan najis. Diisyaratkan di dalam sucinya tempat yang terkena najis  mendatangkannya air yang jumlahnya sedikit kepada benda yang terkena najis, jika malah benda yang terkena najis tersebut yang didatangkan ke dalam air yang jumlahnya sedikit, – bukan pada air yang banyak – maka air tersebut menjadi najis – walaupun air tersebut tidak berubah – dan air itu tidak dapat mensucikan yang lainnya. Air yang datang pada sebuah benda berbeda dengan yang lainnya dengan kuatnya air tersebut, sebab air itu dapat menolak najis. Jikalau mulut seseorang terkena najis, maka cukup mengambil air dengan menggunakan tangan untuk mulutnya walaupun tangannya tidak diletakkan di atas mulut seperti yang telah disampaikan guru kami. Wajib membasuh setiap anggota yang masih berada di batasan luar dari mulut tersebut, walaupun dengan memutarkan air tersebut, walaupun dengan memutarkan air tersebut seperti kasus menuangkan air di wadah yang terkena najis dan memutar-mutarnya ke arah kanan dan kirinya. Tidak diperbolehkan baginya untuk menelan sesuatu apapun sebelum mulutnya suci meskipun sekedar membolak- balikkan air ke tenggorokan.
[ ﻓَﺮْﻉٌ‏]: ﻟَﻮْ ﺃَﺻَﺎﺏَ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽَ ﻧَﺤْﻮَ ﺑَﻮْﻝٌ ﻭَ ﺟَﻒَّ، ﻓَﺼُﺐَّ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﻮْﺿِﻌِﻪِ ﻣَﺎﺀٌ ﻓﻐَﻤَﺮَﻩُ، ﻃَﻬُﺮَ، ﻭَ ﻟَﻮْ ﻟَﻢْ ﻳَﻨْﻀَﺐْ ﺃَﻱْ ﻳَﻐُﻮْﺭَ ﺳَﻮَﺍﺀٌ ﻛَﺎﻧَﺖِ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽُ ﺻَﻠْﺒَﺔً ﺃَﻡْ ﺭَﺧْﻮَﺓً. ﻭَ ﺇِﺫَﺍ ﻛَﺎﻧَﺖِ ﺍﻟْﺄَﺭْﺽُ ﻟَﻢْ ﺗَﺘَﺸَﺮَّﺏْ ﻣَﺎ ﺗَﻨَﺠَّﺴَﺖْ ﺑِﻪِ ﻓَﻠَﺎ ﺑُﺪَّ ﻣِﻦْ ﺇِﺯَﺍﻟَﺔِ ﺍﻟْﻌَﻴْﻦِ ﻗَﺒْﻞَ ﺻَﺐِّ ﺍﻟْﻤَﺎﺀِ ﺍﻟْﻘَﻠِﻴْﻞِ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ، ﻛَﻤَﺎ ﻟَﻮْ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﻓِﻲْ ﺇِﻧَﺎﺀٍ. ﻭَ ﻟَﻮْ ﻛَﺎﻧَﺖِ ﺍﻟﻨَّﺠَﺎﺳَﺔُ ﺟَﺎﻣِﺪَﺓً ﻓَﺘَﻔَﺘَّﺘَﺖْ ﻭَ ﺍﺧْﺘَﻠَﻄَﺖْ ﺑِﺎﻟﺘُّﺮَﺍﺏِ ﻟَﻢْ ﻳَﻄْﻬُﺮْ، ﻛَﺎﻟْﻤُﺨْﺘَﻠِﻂِ ﺑِﻨَﺤْﻮِ ﺻَﺪِﻳْﺪٍ، ﺑِﺈِﻓَﺎﺿَﺔِ ﺍﻟْﻤَﺎﺀِ ﻋَﻠَﻴْﻪِ. ﺑَﻞْ ﻟَﺎ ﺑُﺪَّ ﻣِﻦْ ﺇِﺯَﺍﻟَﺔِ ﺟَﻤِﻴْﻊِ ﺍﻟﺘُّﺮَﺍﺏِ ﺍﻟْﻤُﺨْﺘَﻠِﻂِ ﺑِﻬَﺎ. ﻭَ ﺃَﻓْﺘَﻰ ﺑَﻌْﻀُﻬُﻢْ ﻓِﻲْ ﻣُﺼْﺤَﻒٍ ﺗَﻨَﺠَّﺲَ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﻣَﻌْﻔُﻮٍّ ﻋَﻨْﻪُ ﺑِﻮُﺟُﻮْﺏِ ﻏَﺴْﻠِﻪِ ﻭَ ﺇِﻥْ ﺃﺩَّﻯ ﺇِﻟَﻰ ﺗَﻠَﻔِﻪِ، ﻭَ ﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﻟِﻴَﺘِﻴْﻢٍ. ﻗَﺎﻝَ ﺷَﻴْﺨُﻨَﺎ: ﻭَ ﻳَﺘَﻌَﻴَّﻦ ﻓَﺮْﺿُﻪُ ﻓِﻴْﻤَﺎ ﺇِﺫَﺍ ﻣَﺴَّﺖِ ﺍﻟﻨَّﺠَﺎﺳَﺔُ ﺷَﻴْﺌًﺎ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥِ، ﺑِﺨِﻠَﺎﻑِ ﻣَﺎ ﺇِﺫَﺍ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﻓِﻲْ ﻧَﺤْﻮِ ﺍﻟْﺠِﻠْﺪِ ﺃَﻭِ ﺍﻟْﺤَﻮَﺍﺷِﻲْ .
(Cabangan Masalah). Jikalau tanah terkena semacam air kencing dan mengering lalu tempat itu disiram dengan air sampai merata, maka tanah tersebut hukumnya suci walaupun air tidak sampai meresap baik tanahnya keras ataupun gembur. Ketika ada sebuah tanah yang tidak dapat meresap najis yang mengenainya, maka wajib untuk menghilangkan bentuk najisnya sebelum menyiramkan air yang jumlahnya sedikit, seperti kasus bentuk najis yang berada pada sebuah wadah. Jikalau najis tersebut keras kemudian najis hancur dan bercampur dengan debu, maka tempat itu tidak dapat suci – seperti debu yang tercampur dengan nanah berdarah – dengan cara menyiramkan air pada tempat itu bahkan wajib untuk menghilangkan seluruh debu yang telah tercampur dengan najis. Sebagian ulama’ berfatwa tentang kewajiban membasuh mushḥaf  yang terkena najis yang tidak diampuni walaupun menyebabkan rusaknya mushḥaf itu dan walalupun milik anak yatim. Guru kita berkata: Menghilangkan najis tersebut menjadi fardhu ‘ain bila najis tersebut menjadi fardhu ‘ain bila najis tersebut mengenai sesuatu dari al-Qur’ān berbeda jika mengenai semacam kulit atau pinggirnya.
[ ﻓَﺮْﻉٌ‏]: ﻏَﺴَﺎﻟَﺔُ ﺍﻟْﻤُﺘَﻨَﺠِّﺲِ ﻭَ ﻟَﻮْ ﻣَﻌْﻔُﻮًّﺍ ﻋَﻨْﻪُ ﻛَﺪَﻡٍ ﻗَﻠِﻴْﻞٍ ﺇِﻥِ ﺍﻧْﻔَﺼَﻠَﺖْ ﻭَ ﻗَﺪْ ﺯَﺍﻟَﺖِ ﺍﻟْﻌَﻴْﻦِ ﻭَ ﺻِﻔَﺎﺗُﻬَﺎ، ﻭَ ﻟَﻢْ ﺗَﺘَﻐَﻴَّﺮْ ﻭَ ﻟَﻢْ ﻳَﺰَﺩْ ﻭَﺯْﻧُﻬَﺎ ﺑَﻌْﺪَ ﺍﻋْﺘِﺒَﺎﺭِ ﻣَﺎ ﻳَﺄْﺧُﺬُﻩُ ﺍﻟﺜَّﻮْﺏُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤَﺎﺀِ ﻭَ ﺍﻟْﻤَﺎﺀُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻮَﺳَﺦِ ﻭَ ﻗَﺪْ ﻃَﻬَﺮَ ﺍﻟْﻤَﺤَﻞُّ: ﻃَﺎﻫِﺮَﺓٌ. ﻗَﺎﻝَ ﺷَﻴْﺨُﻨَﺎ: ﻭَ ﻳَﻈْﻬُﺮُ ﺍﻟْﺎِﻛْﺘِﻔَﺎﺀُ ﻓِﻴْﻬِﻤَﺎ ﺑِﺎﻟﻈَّﻦِّ .
(Cabangan Masalah). Bekas sisa air yang digunakan untuk menghilangkan najis – walaupun di- ma‘fuw seperti darah yang sedikit – jika telah terpisah, bentuk najis serta sifat-sifatnya telah hilang,  tidak berubah, tidak bertambah kadarnya setelah mengkalkulasi air yang meresap ke dalam baju gan mengkalkulasi air dari kotoran dan tempatnya telah suci,  maka hukumnya suci. Guru kita berkata: Dan jelas dicukupkan di dalam pengkalkulasinya tersebut dengan sebuah praduga.
[ ﻓَﺮْﻉٌ‏]: ﺇِﺫَﺍ ﻭَﻗَﻊَ ﻓِﻲْ ﻃَﻌَﺎﻡٍ ﺟَﺎﻣِﺪٍ ﻛَﺴَﻤْﻦٍ ﻓَﺄْﺭَﺓٌ ﻣَﺜَﻠًﺎ ﻓَﻤَﺎﺗَﺖْ، ﺃُﻟْﻘِﻴَﺖْ ﻭَ ﻣَﺎ ﺣَﻮْﻟَﻬَﺎ ﻣِﻤَّﺎ ﻣَﺎﺳَّﻬَﺎ ﻓَﻘَﻂْ، ﻭَ ﺍﻟْﺒَﺎﻗِﻲْ ﻃَﺎﻫِﺮٌ. ﻭَ ﺍﻟْﺠَﺎﻣِﺪُ ﻫُﻮَ ﺍﻟَّﺬِﻱْ ﺇِﺫَﺍ ﻏُﺮِﻑَ ﻣِﻨْﻪُ ﻟَﺎ ﻳَﺘَﺮَﺍﺩُّ ﻋَﻠَﻰ ﻗُﺮْﺏ
(Cabangan Masalah). Ketika seekor tikus jatuh ke dalam makanan padat seperti minyak samin, kemudian tikus itu mati maka tikus tersebut dibuang,  begitu pula sekelilingnya yang terkena tikus itu saja dan sisanya hukumnya suci. Benda padat adalah benda yang bila diciduk, maka ia tidak akan kembali dengan waktu dekat.
[ ﻓَﺮْﻉٌ‏]: ﺇِﺫَﺍ ﺗَﻨَﺠَّﺲَ ﻣَﺎﺀُ ﺍﻟْﺒِﺌْﺮِ ﺍﻟْﻘَﻠِﻴْﻞِ ﺑِﻤُﻠَﺎﻗَﺎﺓِ ﻧَﺠَﺲٍ ﻟَﻢْ ﻳَﻄْﻬُﺮْ ﺑِﺎﻟﻨَّﺰْﺡِ، ﺑَﻞْ ﻳَﻨْﺒَﻐِﻲْ ﺃَﻥْ ﻟَﺎ ﻳُﻨْﺰَﺡَ ﻟِﻴَﻜْﺜُﺮَ ﺍﻟْﻤَﺎﺀُ ﺑِﻨَﺒْﻊٍ ﺃَﻭْ ﺻَﺐُّ ﻣَﺎﺀٍ ﻓِﻴْﻪِ، ﺃَﻭِ ﺍﻟْﻜَﺜِﻴْﺮِ ﺑِﺘَﻐَﻴُّﺮٍ ﺑِﻪِ ﻟَﻢْ ﻳَﻄْﻬُﺮْ ﺇِﻟَّﺎ ﺑِﺰَﻭَﺍﻟِﻪِ. ﻓَﺈِﻥْ ﺑَﻘِﻴْﺖْ ﻓِﻴْﻪِ ﻧَﺠَﺎﺳَﺔٌ ﻛَﺸَﻌْﺮِ ﻓَﺄْﺭَﺓٍ ﻭَ ﻟَﻢْ ﻳَﺘَﻐَﻴَّﺮْ ﻓَﻄُﻬُﻮْﺭٌ ﺗَﻌَﺬَّﺭَ ﺍﺳْﺘِﻌْﻤَﺎﻟُﻪُ ﺇِﺫْ ﻟَﺎ ﻳَﺨْﻠُﻮْ ﻣِﻨْﻪُ ﺩَﻟْﻮٌ ﻓَﻠْﻴُﻨْﺰَﺡْ ﻛُﻠُّﻪُ. ﻓَﺈِﻥِ ﺍﻏْﺘَﺮَﻑَ ﻗَﺒْﻞَ ﺍﻟﻨَّﺰْﺡِ ﻭَ ﻟَﻢْ ﻳَﺘَﻴَﻘَّﻦْ ﻓِﻴْﻤَﺎ ﺍﻏْﺘَﺮَﻓَﻪُ ﺷَﻌْﺮًﺍ ﻟَﻢْ ﻳَﻀُﺮَّ ﻭَ ﺇِﻥْ ﻇَﻨَّﻪُ، ﻋَﻤَﻠًﺎ ﺑِﺘَﻘْﺪِﻳْﻢِ ﺍﻟْﺄَﺻْﻞِ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻈَّﺎﻫِﺮِ .
(Cabangan Masalah). Ketika ada air sumur yang jumlahnya sedikit menjadi najis sebab najis yang mengenainya, maka air sumur tersebut tidak akan suci dengan mengurasnya bahkan sebaiknya jangan dikuras supaya air menjadi banyak dengan sebab sumber atau dengan menuangkan air ke dalamnya. Atau jumlah air di dalam sumur itu jumlahnya banyak dan berubah sebab najis, maka air tidak akan suci kecuali dengan hilangnya najis itu. Jika masih tersisa di dalam sumur tersebut sebuah najis seperti bulu-bulu tikus dan air tidak berubah, maka hukumnya suci mensucikan yang sulit digunakan sebab timba air tidak mungkin terlepas dari bulu-bulu itu. Maka kuraslah seluruh air.  Jika seseorang menciduk air sumur itu sebelum mengurasnya dan ia tidak yakin dari cidukannya ada bulu-bulu tikusnya, maka tidaklah masalah walaupun ia menduganya sebab mengamalkan kaidah mendahulukan hukum asal dari hukum zhāhir.
ﻭَ ﻟَﺎ ﻳَﻄْﻬﺮ ﻣُﺘَﻨَﺠِّﺲٌ ﺑِﻨَﺤْﻮِ ﻛَﻠْﺐٍ ﺇِﻟَّﺎ ﺑِﺴْﺒْﻊِ ﻏَﺴَﻠَﺎﺕٍ ﺑَﻌْﺪَ ﺯَﻭَﺍﻝِ ﺍﻟْﻌَﻴْﻦِ ﻭَ ﻟَﻮْ ﺑِﻤَﺮَّﺍﺕٍ، ﻓَﻤُﺰِﻳْﻠُﻬَﺎ ﻣَﺮَّﺓٌ ﻭَﺍﺣِﺪَﺓٌ ﺇِﺣْﺪَﺍﻫُﻦَّ ﺑِﺘُﺮَﺍﺏِ ﺗَﻴَﻤُّﻢٍ ﻣَﻤْﺰُﻭْﺝٍ ﺑِﺎﻟْﻤَﺎﺀِ، ﺑِﺄَﻥْ ﻳُﻜَﺪِّﺭَ ﺍﻟْﻤَﺎﺀُ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﻈْﻬُﺮَ ﺃَﺛَﺮُﻩُ ﻓِﻴْﻪِ ﻭَ ﻳَﺼِﻞُ ﺑِﻮَﺍﺳِﻄَﺘِﻪِ ﺇِﻟَﻰ ﺟَﻤِﻴْﻊِ ﺃَﺟْﺰَﺍﺀِ ﺍﻟْﻤَﺤَﻞِّ ﺍﻟْﻤُﺘَﻨَﺠِّﺲِ. ﻭَ ﻳَﻜْﻔِﻲْ ﻓِﻲ ﺍﻟﺮَّﺍﻛِﺪِ ﺗَﺤْﺮِﻳْﻜُﻪُ ﺳَﺒْﻌًﺎ. ﻗَﺎﻝَ ﺷَﻴْﺨُﻨَﺎ: ﻳَﻈْﻬُﺮُ ﺃَﻥَّ ﺍﻟﺬِّﻫَﺎﺏَ ﻣَﺮَّﺓٌ ﻭَ ﺍﻟْﻌَﻮْﺩَ ﺃُﺧْﺮَﻯ. ﻭَ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺠَﺎﺭِﻱْ ﻣُﺮُﻭْﺭُ ﺳَﺒْﻊِ ﺟِﺮْﻳَﺎﺕٍ، ﻭَ ﻟَﺎ ﺗَﺘْﺮِﻳْﺐَ ﻓِﻲْ ﺃَﺭْﺽٍ ﺗُﺮَﺍﺑِﻴَﺔٍ .
Benda yang terkena najis semacam anjing tidak akan suci kecuali dengan tujuh basuhan setelah hilangnya bentuk najis itu walaupun berkali-kali, maka basuhan yang digunakan untuk menghilangkan bentuk najisnya dihitung satu kali. Salah satu dari tujuh basuhan tersebut dicampur dengan menggunakan debu yang sah untuk tayammum sekira air menjadi keruh sampai terlihat bekas debu di dalamnya dan sehingga debu sampai pada seluruh bagian tempat yang najis dengan perantara air itu. Cukup di dalam air yang diam menggerakkan tempat yang terkena najis sebanyak tujuh kali.  Guru kita berkata: Jelas bahwa gerakan ke depan dihitung satu kali dan kembalinya dihitung sekali lagi. Cukup pada air yang mengalir lewatnya tujuh aliran air itu. Tidaklah butuh pencampuran debu terhadap tanah yang telah berdebu.
[ ﻓَﺮْﻉٌ‏]: ﻟَﻮْ ﻣَﺲَّ ﻛَﻠْﺒًﺎ ﺩَﺍﺧِﻞَ ﻣَﺎﺀٍ ﻛَﺜِﻴْﺮٍ ﻟَﻢْ ﺗُﻨَﺠَّﺲْ ﻳَﺪُﻩُ، ﻭَ ﻟَﻮْ ﺭَﻓَﻊَ ﻛَﻠْﺐٌ ﺭَﺃْﺳَﻪُ ﻣِﻦْ ﻣَﺎﺀٍ ﻭَ ﻓَﻤُّﻪُ ﻣُﺘَﺮَﻃِّﺐٌ، ﻭَ ﻟَﻢْ ﻳُﻌْﻠَﻢْ ﻣُﻤَﺎﺳَّﺘُﻪُ ﻟَﻪُ، ﻟَﻢْ ﻳُﻨَﺠِّﺲْ. ﻗَﺎﻝَ ﻣَﺎﻟِﻚٌ ﻭَ ﺩَﺍﻭُﺩٌ: ﺍﻟْﻜَﻠْﺐُ ﻃَﺎﻫِﺮٌ ﻭَ ﻟَﺎ ﻳُﻨَﺠِّﺲُ ﺍﻟْﻤَﺎﺀُ ﺍﻟْﻘَﻠِﻴْﻞُ ﺑِﻮُﻟُﻮْﻏِﻪِ، ﻭَ ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻳَﺠِﺐُ ﻏَﺴْﻞُ ﺍﻟْﺈِﻧَﺎﺀِ ﺑِﻮُﻟُﻮْﻏِﻪِ ﺗَﻌَﺒُّﺪًﺍ .
(Cabangan Masalah). Jikalau seorang menyentuh anjing yang berada di dalam air dengan jumlah banyak, maka tangannya tidak dihukumi najis. Jika seekor anjing mengangkat kepalanya dari wadah air dan mulutnya basah, namun tidak diketahui menyentuhnya mulut anjing tersebut terhadap air, maka air itu tidak dihukumi najis. Imām Mālik dan Imām Dāūd mengatakan bahwa anjing hukumnya suci dan air tidak dihukumi najis dengan sebab dijilat anjing itu, sedangkan kewajiban membasuh wadah yang terjilat olehnya adalah murni ibadah kepada Allah.
( ﻭَ ﻳُﻌْﻔَﻰ ﻋَﻦْ ﺩَﻡِ ﻧَﺤْﻮِ ﺑُﺮْﻏُﻮْﺙٍ‏) ﻣِﻤَّﺎ ﻟَﺎ ﻧَﻔْﺲَ ﻟَﻪُ ﺳَﺎﺋِﻠَﺔٌ ﻛَﺒَﻌُﻮْﺽٍ ﻭَ ﻗَﻤْﻞٍ، ﻟَﺎ ﻋَﻦْ ﺟِﻠْﺪِﻩِ. ‏( ﻭَ‏) ﺩَﻡِ ﻧَﺤْﻮِ ‏( ﺩُﻣَّﻞٍ‏) ﻛَﺒُﺜْﺮَﺓٍ ﻭَ ﺟُﺮْﺡٍ، ﻭَ ﻋَﻦْ ﻗَﻴْﺤِﻪِ ﻭَ ﺻَﺪِﻳْﺪِﻩِ، ‏( ﻭَ ﺇِﻥْ ﻛَﺜُﺮَ‏) ﺍﻟﺪَّﻡُ ﻓِﻴْﻬِﻤَﺎ ﻭَ ﺍﻧْﺘَﺸَﺮَ ﺑِﻌِﺮْﻕٍ، ﺃَﻭْ ﻓَﺤُﺶَ ﺍﻟْﺄَﻭَّﻝُ ﺑِﺤَﻴْﺚُ ﻃَﺒَﻖَ ﺍﻟﺜَّﻮْﺏُ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨُّﻘُﻮْﻝِ ﺍﻟْﻤُﻌْﺘَﻤَﺪَﺓِ ‏( ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﻓِﻌْﻠِﻪِ‏) ﻓَﺈِﻥْ ﻛَﺜُﺮَ ﺑِﻔِﻌْﻠِﻪِ ﻗَﺼْﺪًﺍ، ﻛَﺄَﻥْ ﻗَﺘَﻞَ ﻧَﺤْﻮَ ﺑَﺮْﻏُﻮْﺙٍ ﻓِﻲْ ﺛَﻮْﺑِﻪِ، ﺃَﻭْ ﻋَﺼَﺮَ ﻧَﺤْﻮَ ﺩُﻣَّﻞٍ ﺃَﻭْ ﺣَﻤَﻞَ ﺛَﻮْﺑًﺎ ﻓِﻴْﻪِ ﺩَﻡُ ﺑَﺮَﺍﻏِﻴْﺚَ ﻣَﺜَﻠًﺎ، ﻭَ ﺻَﻠَّﻰ ﻓِﻴْﻪِ ﺃَﻭْ ﻓَﺮَﺷَﻪُ ﻭَ ﺻَﻠَّﻰ ﻋَﻠَﻴْﻪِ، ﺃَﻭْ ﺯَﺍﺩَ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﻠْﺒُﻮْﺳِﻪِ ﻟَﺎ ﻟِﻐَﺮَﺽٍ ﻛَﺘَﺠَﻤُّﻞٍ، ﻓَﻠَﺎ ﻳُﻌْﻔَﻰ ﺇِﻟَّﺎ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﻘَﻠِﻴْﻞِ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﺄَﺻَﺢِّ ﻛَﻤَﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟﺘَّﺤْﻘِﻴْﻖِ ﻭَ ﺍﻟْﻤَﺠْﻤُﻮْﻉِ ﻭَ ﺇِﻥَ ﺍﻗْﺘَﻀَﻰ ﻛَﻠَﺎﻡُ ﺍﻟﺮَّﻭْﺿَﺔِ ﺍﻟْﻌَﻔْﻮَ ﻋَﻦْ ﻛَﺜِﻴْﺮِ ﺩَﻡِ ﻧَﺤْﻮِ ﺍﻟﺪُّﻣَّﻞِ ﻭَ ﺇِﻥْ ﻋُﺼِﺮَ. ﻭَ ﺍﻋْﺘَﻤَﺪَﻩُ ﺍﺑْﻦُ ﺍﻟﻨَّﻘِﻴْﺐِ ﻭَ ﺍﻟْﺄَﺫْﺭَﻋِﻲُّ. ﻭَ ﻣَﺤَﻞَّ ﺍﻟْﻌَﻔْﻮِ ﻫُﻨَﺎ ﻭَ ﻓِﻴْﻤَﺎ ﻳَﺄْﺗِﻲْ ﺑِﺎﻟﻨِّﺴْﺒَﺔِ ﻟِﻠﺼَّﻠَﺎﺓِ ﻟَﺎ ﻟِﻨَﺤْﻮِ ﻣَﺎﺀٍ ﻗَﻠِﻴْﻞٍ، ﻓَﻴُﻨَﺠِّﺲُ ﺑِﻪِ ﻭَ ﺇِﻥْ ﻗَﻞَّ، ﻭَ ﻟَﺎ ﺃَﺛَﺮَ ﻟِﻤُﻠَﺎﻗَﺎﺓِ ﺍﻟْﺒَﺪَﻥِ ﻟَﻪُ ﺭُﻃْﺒًﺎ، ﻭَ ﻟَﺎ ﻳُﻜَﻠِّﻒُ ﺗَﻨْﺸِﻴْﻒُ ﺍﻟْﺒَﺪَﻥِ ﻟِﻌُﺴْﺮِﻩِ. ‏( ﻭَ‏) ﻋَﻦْ ‏( ﻗَﻠِﻴْﻞِ‏) ﻧَﺤْﻮِ ﺩَﻡٍ ‏( ﻏَﻴْﺮِﻩِ‏) ﺃَﻱْ ﺃَﺟْﻨَﺒِﻲٍّ ﻏَﻴْﺮَ ﻣُﻐَﻠَّﻆٍ، ﺑِﺨِﻠَﺎﻑِ ﻛَﺜِﻴْﺮِﻩِ. ﻭَ ﻣِﻨْﻪُ ﻛَﻤَﺎ ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟْﺄَﺫْﺭَﻋِﻲُّ: ﺩَﻡٌ ﺍﻧْﻔَﺼَﻞَ ﻣِﻦْ ﺑَﺪَﻧِﻪِ ﺛُﻢَّ ﺃَﺻَﺎﺑَﻪُ .
(Dan diampuni dari darah semacam nyamuk) yakni dari hewan yang tidak memiliki darah yang mengalir seperti nyamuk dan kutu, tidak dari kulitnya. (Diampuni pula dari darah semacam bisul) seperti jerawat, darah luka, nanah dan darah bernanah dari bisul, (walaupun jumlah darah dari keduanya banyak) dan menyebar sebab keringat atau sangat banyak sekali dalam contoh yang awal yakni darah nyamuk sekira merata pada baju menurut pendapat yang dikutip dan mu‘tamad . (Hal itu dilakukan tanpa ada kesengajaan).  Jika darah tersebut banyak dengan unsur kesengajaan seperti seseorang yang sengaja membunuh nyamuk yang berada pada bajunya, memeras semacam bisul atau membawa baju yang ada darah nyamuknya – sebagai contoh – dan ia shalat dengan memakai baju itu atau baju itu digelar untuk shalat atau ia merangkap bajunya tidak dengan tujuan seperti memperindah diri, maka darah itu tidak diampuni kecuali dengan kadar yang sedikit menurut pendapat yang Ashaḥ seperti keterangan dalam kitab Taḥqīq dan Majmū‘ . Walaupun ucapan Imām Nawawī dalam Raudhah menuntut diampuninya darah semacam bisul walaupun diperas dan pendapat dalam Raudhah itu dipakai pedoman oleh Imām Ibnu Naqīb dan Adzra‘ī. Status ampunan dalam masalah ini dan masalah yang akan disebutkan nanti adalah dalam permasalahan shalat bukan semacam air yang jumlahnya sedikit, maka air hukumnya menjadi najis dengan sebab darah itu walaupun darahnya sedikit. Tidak mempengaruhi terhadap badan basah yang terkena darah itu,  dan tidak dituntut baginya untuk mengusap tubuhnya sebab hal itu sulit dilakukan. (Dan) diampuni dari (sedikitnya) semacam darah (orang lain) selain najis mughallazhah, beda bila dalam jumlah yang banyak. Sebagian contoh dari darah orang lain adalah – seperti yang telah disampaikan Imām Adzra‘ī – darah yang telah terpisah dari badan seseorang, lalu kembali mengenai dirinya lagi.
( ﻭَ ‏) ﻋَﻦْ ﻗَﻠِﻴْﻞٍ ‏( ﻧَﺤْﻮِ ﺩَﻡِ ﺣَﻴْﺾٍ ﻭَ ﺭُﻋَﺎﻑٍ ‏) ﻛَﻤَﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤَﺠْﻤُﻮْﻉِ. ﻭَ ﻳُﻘَﺎﺱُ ﺑِﻬِﻤَﺎ ﺩَﻡُ ﺳَﺎﺋِﺮِ ﺍﻟْﻤَﻨَﺎﻓِﺬِ، ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟْﺨَﺎﺭِﺝَ ﻣِﻦْ ﻣَﻌْﺪَﻥِ ﺍﻟﻨَّﺠَﺎﺳَﺔِ ﻛَﻤَﺤَﻞِّ ﺍﻟْﻐَﺎﺋِﻂِ. ﻭَ ﺍﻟْﻤَﺮْﺟِﻊُ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻘِﻠَّﺔِ ﻭَ ﺍﻟْﻜَﺜْﺮَﺓِ ﺍﻟْﻌُﺮْﻑُ، ﻭَ ﻣَﺎ ﺷَﻚَّ ﻓِﻲْ ﻛَﺜْﺮَﺗِﻪِ ﻟَﻪُ ﺣُﻜْﻢُ ﺍﻟْﻘَﻠِﻴْﻞِ. ﻭَ ﻟَﻮْ ﺗَﻔَﺮَّﻕَ ﺍﻟﻨَّﺠَﺲُ ﻓِﻲْ ﻣَﺤَﺎﻝٍّ ﻭَ ﻟَﻮْ ﺟُﻤِﻊَ ﻛَﺜُﺮَ ﻛَﺎﻥَ ﻟَﻪُ ﺣُﻜْﻢُ ﺍﻟْﻘَﻠِﻴْﻞِ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟْﺈِﻣَﺎﻡِ، ﻭَ ﺍﻟْﻜَﺜِﻴْﺮِ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟْﻤُﺘَﻮَﻟِّﻲْ ﻭَ ﺍﻟْﻐَﺰَﺍﻟِﻲْ ﻭَ ﻏَﻴْﺮَﻫِﻤَﺎ، ﻭَ ﺭَﺟَّﺤَﻪُ ﺑَﻌْﻀُﻬُﻢْ. ﻭَ ﻳُﻌْﻔَﻰ ﻋَﻦْ ﺩَﻡِ ﻧَﺤْﻮِ ﻓَﺼْﺪٍ ﻭَ ﺣَﺠْﻢٍ ﺑِﻤَﺤَﻠِّﻬِﻤَﺎ ﻭَ ﺇِﻥْ ﻛَﺜُﺮَ. ﻭَ ﺗَﺼُﺢُّ ﺻَﻠَﺎﺓُ ﻣَﻦْ ﺃَﺩْﻣَﻰ ﻟَﺜَّﺘَﻪُ ﻗَﺒْﻞَ ﻏَﺴْﻞِ ﺍﻟْﻔَﻢِ، ﺇِﺫَﺍ ﻟَﻢْ ﻳَﺒْﺘَﻠِﻊْ ﺭِﻳْﻘَﻪُ ﻓِﻴْﻬَﺎ، ﻟِﺄَﻥَّ ﺩَﻡَ ﺍﻟﻠَّﺜَّﺔِ ﻣَﻌْﻔُﻮٌّ ﻋَﻨْﻪُ ﺑِﺎﻟﻨَّﺴْﺒَﺔِ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﺮِّﻳْﻖِ. ﻭَ ﻟَﻮْ ﺭَﻋُﻒَ ﻗَﺒْﻞَ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ ﻭَ ﺩَﺍﻡَ ﻓَﺈِﻥْ ﺭَﺟَﺎ ﺍِﻧْﻘِﻄَﺎﻋَﻪُ ﻭَ ﺍﻟْﻮَﻗْﺖُ ﻣُﺘَّﺴِﻊٌ ﺍِﻧْﺘَﻈَﺮَﻩُ، ﻭَ ﺇِﻟَّﺎ ﺗَﺤَﻔَّﻆْ ﻛَﺎﻟﺴَّﻠِﺲِ ﺧِﻠَﺎﻓًﺎ ﻟِﻤَﻦْ ﺯَﻋُﻢَ ﺍِﻧْﺘِﻈَﺎﺭَﻩُ، ﻭَ ﺇِﻥْ ﺧَﺮَﺝَ ﺍﻟْﻮَﻗْﺖُ. ﻛَﻤَﺎ ﺗُﺆَﺧَّﺮُ ﻟِﻐَﺴْﻞِ ﺛَﻮْﺑِﻪِ ﺍﻟْﻤُﺘَﻨَﺠِّﺲِ ﻭَ ﺇِﻥْ ﺧَﺮَﺝَ. ﻭَ ﻳُﻔَﺮَّﻕُ ﺑِﻘُﺪْﺭَﺓِ ﻫﺬَﺍ ﻋَﻠَﻰ ﺇِﺯَﺍﻟَﺔِ ﺍﻟﻨَّﺠَﺲِ ﻣِﻦْ ﺃَﺻْﻠِﻪِ ﻓَﻠَﺰِﻣَﺘْﻪُ، ﺑِﺨِﻠَﺎﻓِﻪِ ﻓِﻲْ ﻣَﺴْﺄَﻟَﺘِﻨَﺎ. ﻭَ ﻋَﻦْ ﻗَﻠِﻴْﻞِ ﻃِﻴْﻦٍ ﻣَﺤَﻞِّ ﻣُﺮُﻭْﺭٍ ﻣُﺘَﻴَﻘِّﻦِ ﻧَﺠَﺎﺳَﺘِﻪِ ﻭَ ﻟَﻮْ ﺑِﻤُﻐَﻠَّﻆٍ، ﻟِﻠْﻤَﺸَﻘَّﺔِ، ﻣَﺎ ﻟَﻢْ ﺗَﺒْﻖَ ﻋَﻴْﻨُﻬَﺎ ﻣُﺘَﻤَﻴِّﺰَﺓً. ﻭَ ﻳَﺨْﺘَﻠِﻒُ ﺫﻟِﻚَ ﺑِﺎﻟْﻮَﻗْﺖِ ﻭَ ﻣَﺤَﻠِّﻪِ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺜَّﻮْﺏِ ﻭَ ﺍﻟْﺒَﺪَﻥِ. ﻭَ ﺇِﺫَﺍ ﺗَﻌَﻴَّﻦَ ﻋَﻴْﻦُ ﺍﻟﻨَّﺠَﺎﺳَﺔِ ﻓِﻲ ﺍﻟﻄَّﺮِﻳْﻖِ، ﻭَ ﻟَﻮْ ﻣَﻮَﺍﻃِﻰﺀَ ﻛَﻠْﺐٍ، ﻓَﻠَﺎ ﻳُﻌْﻔَﻰ ﻋَﻨْﻬَﺎ، ‏( ﻭَ ﺇِﻥْ ﻋَﻤَّﺖِ ﺍﻟﻄَّﺮِﻳْﻖَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﺄَﻭْﺟَﻪِ ‏). ‏( ﻭَ ﺃَﻓْﺘَﻰ ﺷَﻴْﺨُﻨَﺎ‏) ﻓِﻲْ ﻃَﺮِﻳْﻖٍ ﻟَﺎ ﻃِﻴْﻦَ ﺑِﻬَﺎ ﺑَﻞْ ﻓِﻴْﻬَﺎ ﻗَﺬَﺭُ ﺍﻟْﺄَﺩَﻣِﻲِّ ﻭَ ﺭَﻭْﺙُ ﺍﻟْﻜِﻠَﺎﺏِ ﻭَ ﺍﻟْﺒَﻬَﺎﺋِﻢِ ﻭَ ﻗَﺪْ ﺃَﺻَﺎﺑَﻬَﺎ ﺍﻟْﻤَﻄَﺮُ، ﺑِﺎﻟﻌَﻔْﻮِ ﻋِﻨْﺪَ ﻣَﺸﻘَّﺔِ ﺍﻟْﺎِﺣْﺘِﺮَﺍﺯِ .
Diampuni dari sedikitnya semacam darah haid dan darah dari hidung seperti keterangan dalam kitab Majmū‘ . Disamakan dengan dua darah tersebut darah dari semua lubang tubuh kecuali darah yang keluar dari tempat keluarnya najis seperti tempat keluarnya berak. Dasar penilaian sedikit dan banyaknya najis adalah umumnya, sedangkan darah yang masih disangsikan banyaknya, maka darah tersebut dihukumi sedikit. Jikalau ada najis yang itu dihukumi sedikit menurut Imām Ḥaramain dan dihukumi banyak menurut Imām al-Mutawallī, Imām Ghazālī dan selain keduanya dan sebagian ulama’ mengunggulkan pendapat ini. Diampuni dari darah semacam tusuk jarum dan bekam yang masih berada di tempatnya,  walaupun jumlahnya banyak. Sah shalatnya seseorang yang gusinya berdarah sebelum mencuci mulutnya ketika ia tidak menelan ludahnya di dalam shalat, sebab darah gusi hukumnya diampuni bila dinisbatkan dengan air ludah. Jika hidungnya mengeluarkan darah sebelum shalat dan berlanjut terus, maka bila ia memiliki harapan berhentinya darah sebelum shalat dan berlanjut terus, maka bila ia memiliki harapan berhentinya darah itu sedang waktu shalat masih lama habisnya, hendaknya ia menanti darahnya berhenti. Dan bila tidak ada harapan, maka sumbatlah aliran darah itu seperti halnya orang yang beser kencing. Lain halnya dengan pendapat ulama’ yang menduga harus menanti berhentinya pendarahan walaupun sampai waktu shalat habis, seperti diakhirkannya shalat untuk mencuci baju yang terkena najis walaupun sampai waktu shalat habis. Masalah hidung berdarah dan pencucian pakaian haruslah dibedakan sebab dalam masalah pencucian pakaian terdapat kemampuan untuk menghilangkan najis dari asalnya, maka wajib untuk menghilangkan najis itu, lain halnya dengan permasalahan orang yang mengeluarkan darah dari hidung dalam permasalahan kita. Diampuni sedikitnya lumpur tempat orang berlalu yang telah diyakini najisnya sekalipun dari najis mughallazhah sebab beratnya untuk menghindari selagi bentuk najisnya tidak tampak jelas. Ampunan najis tersebut akan berbeda sesuai dengan waktu dan tempat, yakni dari baju dan badan. Ketika bentuk najis nyata terlihat di jalan walaupun berupa jejak kaki anjing, maka najis itu tidak diampuni, walaupun jalan itu rata dengan najis menurut pendapat yang unggul. Guru kita berfatwa tentang permasalahan jalan yang tidak berlumpur tetapi di jalan itu terdapat kotoran manusia, anjing, dan hewan ternak sedang jalan tersebut terkena guyuran hujan dengan hukum ma‘fuw ketika memang sulit untuk dihindari.
[ ﻗَﺎﻋِﺪَﺓٌ ﻣُﻬِﻤَّﺔٌ‏]: ﻭَ ﻫِﻲَ ﺃَﻥَّ ﻣَﺎ ﺃَﺻْﻠُﻪُ ﺍﻟﻄَّﻬَﺎﺭَﺓُ ﻭَ ﻏَﻠَﺐَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻈَّﻦَّ ﺗَﻨَﺠُّﺴُﻪُ ﻟِﻐَﻠَﺒَﺔِ ﺍﻟﻨَّﺠَﺎﺳَﺔِ ﻓِﻲْ ﻣِﺜْﻠِﻪِ ﻓِﻴْﻪِ ﻗَﻮْﻟَﺎﻥِ ﻣَﻌْﺮُﻭْﻓَﺎﻥِ ﺑِﻘَﻮْﻟَﻲ ﺍﻟْﺄَﺻْﻞِ. ﻭَ ﺍﻟﻈَّﺎﻫِﺮُ ﺃَﻭِ ﺍﻟْﻐَﺎﻟِﺐُ ﺃَﺭْﺟَﺤُﻬُﻤَﺎ ﺃَﻧَّﻪُ ﻃَﺎﻫِﺮٌ، ﻋَﻤَﻠًﺎ ﺑِﺎﻟْﺄَﺻْﻞِ ﺍﻟْﻤُﺘَﻴَﻘَّﻦِ، ﻟِﺄَﻧَّﻪُ ﺃَﺿْﺒَﻂُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻐَﺎﻟِﺐِ ﺍﻟْﻤُﺨْﺘَﻠِﻒِ ﺑِﺎﻟْﺄَﺣْﻮَﺍﻝِ ﻭَ ﺍﻟْﺄَﺯْﻣَﺎﻥِ، ﻭَ ﺫﻟِﻚَ ﻛَﺜِﻴَﺎﺏِ ﺧَﻤَّﺎﺭٍ ﻭَ ﺣَﺎﺋِﺾٍ ﻭَ ﺻِﺒْﻴَﺎﻥٍ، ﻭَ ﺃَﻭَﺍﻧِﻲْ ﻣُﺘَﺪَﻳِّﻨِﻴْﻦَ ﺑِﺎﻟﻨَّﺠَﺎﺳَﺔِ، ﻭَ ﻭَﺭَﻕٍ ﻳَﻐْﻠِﺐُ ﻧَﺜْﺮُﻩُ ﻋَﻠَﻰ ﻧَﺠَﺲٍ، ﻭَ ﻟُﻌَﺎﺏِ ﺻَﺒِﻲٍّ، ﻭَ ﺟُﻮْﺥٍ ﺍِﺷْﺘَﻬَﺮَ ﻋَﻤَﻠُﻪُ ﺑِﺸَﺤْﻢِ ﺍﻟْﺨِﻨْﺰِﻳْﺮِ، ﻭَ ﺟُﺒْﻦٍ ﺷَﺎﻣِﻲٍّ ﺍِﺷْﺘَﻬَﺮَ ﻋَﻤَﻠُﻪُ ﺑِﺈْﻧْﻔَﺤَّﺔِ ﺍﻟْﺨِﻨْﺰِﻳْﺮِ. ﻭَ ﻗَﺪْ ﺟَﺎﺀَﻩُ ﺟُﺒْﻨَﺔٌ ﻣِﻦْ ﻋِﻨْﺪِﻫِﻢْ ﻓَﺄَﻛَﻞَ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﻭَ ﻟَﻢْ ﻳَﺴْﺄَﻝْ ﻋَﻦْ ﺫﻟِﻚَ. ﺫَﻛَﺮَﻩُ ﺷَﻴْﺨُﻨَﺎ ﻓِﻲْ ﺷَﺮْﺡِ ﺍﻟْﻤِﻨْﻬَﺎﺝِ .
(Kaidah Penting ). Yaitu benda yang asalnya suci dan terjadi praduga najisnya benda itu dengan alasan benda semacam itu umumnya najis, dalam masalah ini ada dua pendapat yang terkenal dengan hukum Asal dan Zhāhir atau Ghālib . Yang lebih unggul dari dua kaidah itu adalah benda tersebut dihukumi suci, dengan mengamalkan hukum asal yang diyakini sebab hukum asal lebih terjaga kondisinya dibanding dengan hukum ghālib yang berbeda-beda sesuai dengan keadaan dan zaman. Hal itu dapat dicontohkan seperti pakaian pembuat khamer, orang haid, anak- anak, bejana milik pemeluk agama kafir yang menggunakan najis, dedaunan yang umumnya jatuh pada tempat yang najis, air liur anak kecil, gula batu yang terkenal terbuat dari lemak babi, keju Syam yang terkenal terbuat dari isi perut babi. Rasūlullāh s.a.w. pernah disuguhi keju dari penduduk Syam, lalu Rasūl memakan sebagiannya tanpa bertanya tentang hal itu. Guru kita menyebutkan kaidah tersebut dalam kitab Syarḥ Minhāj .
( ﻭَ ‏) ﻳُﻌْﻔَﻰ ﻋَﻦْ ‏( ﻣَﺤَﻞِّ ﺍﺳْﺘِﺠْﻤَﺎﺭِﻩِ ﻭَ‏) ﻋَﻦْ ‏( ﻭَﻧِﻴْﻢِ ﺫُﺑَﺎﺏٍ‏) ﻭَ ﺑَﻮْﻝِ ‏( ﻭَ ﺭَﻭْﺙِ ﺧُﻔَّﺎﺵٍ ‏) ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤَﻜَﺎﻥِ، ﻭَ ﻛَﺬَﺍ ﺍﻟﺜَّﻮْﺏِ ﻭَ ﺍﻟْﺒَﺪَﻥِ، ﻭَ ﺇِﻥْ ﻛَﺜُﺮَﺕْ، ﻟِﻌُﺴْﺮِ ﺍﻟْﺎِﺣْﺘِﺮَﺍﺯِ ﻋَﻨْﻬَﺎ. ﻭَ ﻳُﻌْﻔَﻰ ﻋَﻤَّﺎ ﺟَﻒَّ ﻣِﻦْ ﺫَﺭْﻕِ ﺳَﺎﺋِﺮِ ﺍﻟﻄُّﻴُﻮْﺭِ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤَﻜَﺎﻥِ ﺇِﺫَﺍ ﻋَﻤَّﺖِ ﺍﻟْﺒَﻠْﻮَﻯ ﺑِﻪِ. ﻭَ ﻗَﻀِﻴَّﺔُ ﻛَﻠَﺎﻡِ ﺍﻟْﻤَﺠْﻤُﻮْﻉِ ﺍﻟْﻌَﻔْﻮُ ﻋَﻨْﻪُ ﻓِﻲ ﺍﻟﺜَّﻮْﺏِ ﻭَ ﺍﻟْﺒَﺪَﻥِ ﺃَﻳْﻀًﺎ، ﻭَ ﻟَﺎ ﻳُﻌْﻔَﻰ ﻋَﻦْ ﺑَﻌْﺮِ ﺍﻟْﻔَﺄْﺭِ ﻭَ ﻟَﻮْ ﻳَﺎﺑِﺴًﺎ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﺄَﻭْﺟَﻪِ. ﻟﻜِﻦْ ﺃَﻓْﺘَﻰ ﺷَﻴْﺨُﻨَﺎ ﺍﺑْﻦُ ﺯِﻳَﺎﺩٍ ﻛَﺒَﻌْﺾِ ﺍﻟْﻤُﺘَﺄَﺧِّﺮِﻳْﻦَ ﺑِﺎﻟْﻌَﻔْﻮِ ﻋَﻨْﻪُ ﺇِﺫَﺍ ﻋَﻤَّﺖِ ﺍﻟْﺒَﻠْﻮَﻯ ﺑِﻪِ، ﻛَﻌُﻤُﻮْﻣِﻬَﺎ ﻓِﻲْ ﺫَﺭْﻕِ ﺍﻟﻄُّﻴُﻮْﺭِ. ﻭَ ﻟَﺎ ﺗَﺼِﺢُّ ﺻَﻠَﺎﺓُ ﻣَﻦْ ﺣَﻤَﻞَ ﻣُﺴْﺘَﺠْﻤِﺮًﺍ ﺃَﻭْ ﺣَﻴَﻮَﺍﻧًﺎ ﺑِﻤَﻨْﻔَﺬِﻩِ ﻧَﺠَﺲٌ، ﺃَﻭْ ﻣُﺬَﻛَّﻰ ﻏُﺴِﻞَ ﻣَﺬْﺑَﺤُﻪُ ﺩُﻭْﻥَ ﺟَﻮْﻓِﻪِ، ﺃَﻭْ ﻣَﻴِّﺘًﺎ ﻃَﺎﻫِﺮًﺍ ﻛَﺂﺩَﻣِﻲٍّ ﻭَ ﺳَﻤَﻚٍ ﻳُﻐْﺴَﻞْ ﺑَﺎﻃِﻨُﻪُ، ﺃَﻭْ ﺑَﻴْﻀَﺔً ﻣُﺬِﺭَﺓً ﻓِﻲْ ﺑَﺎﻃِﻨِﻬَﺎ ﺩَﻡٌ. ﻭَ ﻟَﺎ ﺻَﻠَﺎﺓُ ﻗَﺎﺑِﺾِ ﻃَﺮَﻑٍ ﻣُﺘَّﺼِﻞٍ ﺑِﻨَﺠَﺲٍ ﻭَ ﺇِﻥْ ﻟَﻢْ ﻳَﺘَﺤَﺮَّﻙْ ﺑِﺤَﺮَﻛَﺘِﻪِ .
Diampuni dari tempat bekas bersuci dari batu dan dari kotoran lalat, air kencing dan kotoran kelelawar yang mengenai tempat shalat, begitu pula baju dan badan walaupun sangat banyak  sebab sulitnya menghindari hal itu. Diampuni dari kotoran semua burung yang telah kering yang berada di tempat shalat, jika kotoran itu telah rata adanya. Malah dalam Majmū‘ -nya menghukumi ma‘fuw pula bila mengenai baju dan badan. Kotoran tikus walaupun telah kering tidaklah diampuni menurut pendapat yang lebih unggul namun guru kita Ibnu Zaid mengeluarkan fatwa seperti ulama’ kurun akhir lain dengan menghukumi ma‘fuw , jika memang telah rata di tempat itu seperti telah meratanya kotoran burung. Tidak sah shalatnya seseorang yang menggendong orang yang istinja’ dengan menggunakan batu, membawa binatang yang jalan keluar kotorannya terdapat najis, membawa binatang sembelihan yang telah dicuci tempat penyembelihannya tanpa mencuci perutnya, atau bangkai suci seperti manusia,  ikan yang tidak dibersihkan bagian dalamnya atau telur rusak yang di dalamnya terdapat darah. Tidak sah pula shalatnya seseorang yang menggenggam pucuk suatu benda yang bertemu dengan najis walaupun benda itu tidak ikut bergerak dengan gerakannya.
[ ﻓَﺮْﻉٌ‏]: ﻟَﻮْ ﺭَﺃَﻯ ﻣَﻦْ ﻳُﺮِﻳْﺪُ ﺻَﻠَﺎﺓً ﻭَ ﺑِﺜَﻮْﺑِﻪِ ﻧَﺠَﺲٌ ﻏَﻴْﺮَ ﻣَﻌْﻔُﻮٍّ ﻋَﻨْﻪُ ﻟَﺰِﻣَﻪُ ﺇِﻋْﻠَﺎﻣُﻪُ. ﻭَ ﻛَﺬَﺍ ﻳَﻠْﺰَﻡُ ﺗَﻌْﻠِﻴْﻢَ ﻣَﻦْ ﺭَﺁﻩُ ﻳُﺨِﻞُّ ﺑِﻮَﺍﺟِﺐِ ﻋِﺒَﺎﺩَﺓِ ﻓِﻲْ ﺭَﺃْﻱِ ﻣُﻘَﻠَّﺪِﻩِ .
(Cabangan Masalah). Jikalau seseorang melihat orang yang ingin mengerjakan shalat sedang dibajunya terdapat najis yang tidak diampuni, maka wajib baginya untuk memberitahunya  begitu pula wajib untuk mengajarkan  orang yang ia lihat melanggar kewajiban ibadah menurut imam yang diikuti.
( ﺗَﺘِﻤَّﺔٌ‏) ﻳَﺠِﺐُ ﺍﻟْﺎِﺳْﺘِﻨْﺠَﺎﺀُ ﻣِﻦْ ﻛُﻞِّ ﺧَﺎﺭِﺝٍ ﻣُﻠَﻮَّﺙٍ ﺑِﻤَﺎﺀٍ ﻭَ ﻳَﻜْﻔِﻲْ ﻓِﻴْﻪِ ﻏَﻠَﺒَﺔُ ﻇَﻦٍّ ﺯَﻭَﺍﻝِ ﺍﻟﻨَّﺠَﺎﺳَﺔِ ﻭَ ﻟَﺎ ﻳُﺴَﻦُّ ﺣَﻴْﻨَﺌِﺬٍ ﺷَﻢُّ ﻳَﺪِﻩِ ﻭَ ﻳَﻨْﺒَﻐِﻲْ ﺍﻟْﺎِﺳْﺘِﺮْﺧَﺎﺀُ ﻟِﺌَﻠَّﺎ
ﻳَﺒْﻘَﻰ ﺃَﺛَﺮُﻫَﺎ ﻓِﻲْ ﺗَﻀَﺎﻋِﻴْﻒَ ﺷَﺮَﺝِ ﺍﻟْﻤَﻘْﻌَﺪَﺓِ ﺃَﻭْ ﺑِﺜَﻠَﺎﺙِ ﻣَﺴْﺤَﺎﺕٍ ﺗَﻌُﻢُّ ﺍﻟْﻤَﺤَﻞَّ ﻓِﻲْ ﻛُﻞِّ ﻣَﺮَّﺓٍ ﻣَﻊَ ﺗَﻨْﻘِﻴَﺔٍ ﺑِﺠَﺎﻣِﺪٍ
ﻗَﺎﻟِﻊٍ ﻭَ ﻳُﻨْﺪَﺏُ ﻟِﺪَﺍﺧِﻞِ ﺍﻟْﺨَﻠَﺎﺀِ ﺃَﻥْ ﻳُﻘَﺪِّﻡَ ﻳَﺴَﺎﺭَﻩُ ﻭَ ﻳَﻤِﻴْﻨَﻪُ ﻟِﺎﻧْﺼِﺮَﺍﻓِﻪِ ﺑِﻌَﻜْﺲِ ﺍﻟْﻤَﺴْﺠِﺪِ ﻭَ ﻳُﻨْﺤِﻲْ ﻣَﺎ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻣُﻌَﻈَّﻢٌ ﻣِﻦْ ﻗُﺮْﺁﻥٍ ﻭَ ﺍﺳْﻢٍ ﻧَﺒِﻲٍّ ﺃَﻭْ ﻣَﻠَﻚٍ ﻭَ ﻟَﻮْ ﻣُﺸْﺘَﺮَﻛًﺎ ﻛَﻌَﺰِﻳْﺰٍ ﻭَ ﺃَﺣْﻤَﺪَ ﺇِﻥْ ﻗَﺼَﺪَ ﺑِﻪِ ﻣُﻌَﻈَّﻢٌ ﻭَ ﻳَﺴْﻜُﺖَ ﺣَﺎﻝَ ﺧُﺮُﻭْﺝِ ﺧَﺎﺭِﺝٍ ﻭَ ﻟَﻮْ ﻋَﻦْ ﻏَﻴْﺮِ ﺫِﻛْﺮٍ ﻭَ ﻓِﻲْ ﻏَﻴْﺮِ ﺣَﺎﻝِ
ﺍﻟْﺨُﺮُﻭْﺝِ ﻋَﻦْ ﺫِﻛْﺮٍ ﻭَ ﻳَﺒْﻌُﺪَ ﻭَ ﻳَﺴْﺘَﺘِﺮَ ﻭَ ﺃَﻥْ ﻟَﺎ ﻳَﻘْﻀِﻲَ ﺣَﺎﺟَﺘَﻪُ ﻓِﻲْ ﻣَﺎﺀٍ ﻣُﺒَﺎﺡٍ ﺭَﺍﻛِﺪٍ ﻣَﺎ ﻟَﻢْ ﻳَﺴْﺘَﺒْﺤِﺮْ ﻭَ ﻣُﺘَﺤَﺪَّﺙٍ ﻏَﻴْﺮِ ﻣَﻤْﻠُﻮْﻙٍ ﻟِﺄَﺣَﺪٍ ﻭَ ﻃَﺮِﻳْﻖٍ ﻭَ ﻗِﻴْﻞَ ﻳَﺤْﺮُﻡُ
ﺍﻟﺘَّﻐَﻮُّﻁُ ﻓِﻴْﻬَﺎ ﻭَ ﺗَﺤْﺖَ ﻣُﺜْﻤِﺮٍ ﺑِﻤِﻠْﻜِﻪِ ﺃَﻭْ ﻣَﻤْﻠُﻮْﻙٍ ﻋُﻠِﻢَ ﺭِﺿَﺎ ﻣَﺎﻟِﻜِﻪِ ﻭَ ﺇِﻟَّﺎ ﺣَﺮُﻡَ ﻭَ ﻟَﺎ ﻳَﺴْﺘَﻘْﺒِﻞَ ﻋَﻴْﻦَ ﺍﻟْﻘِﺒْﻠَﺔِ ﻭَ ﻟَﺎ ﻳَﺴْﺘَﺪْﺑِﺮَﻫَﺎ ﻭَ ﻳَﺤْﺮُﻣَﺎﻥِ ﻓِﻲْ ﻏَﻴْﺮِ ﺍﻟْﻤُﻌَﺪِّ ﻭَ ﺣَﻴْﺚُ ﻟَﺎ
ﺳَﺎﺗِﺮَ ﻓَﻠَﻮِ ﺍﺳْﺘَﻘْﺒَﻠَﻬَﺎ ﺑِﺼَﺪْﺭِﻩِ ﻭَ ﺣَﻮَّﻝَ ﻓَﺮْﺟَﻪُ ﻋَﻨْﻬَﺎ ﺛُﻢَّ ﺑَﺎﻝَ ﻟَﻢْ ﻳَﻀُﺮَّ ﺑِﺨِﻠَﺎﻑِ ﻋَﻜْﺴِﻪِ ﻭَ ﻟَﺎ ﻳَﺴْﺘَﺎﻙَ ﻭَ ﻟَﺎ ﻳَﺒْﺰُﻕَ ﻓِﻲْ ﺑَﻮْﻟِﻪِ ﻭَ ﺃَﻥْ ﻳَﻘُﻮْﻝَ ﻋِﻨْﺪَ ﺩُﺧُﻮْﻟِﻪِ: ﺍﻟﻠﻬُﻢَّ ﺇِﻧِّﻲْ ﺃَﻋُﻮْﺫُ ﺑِﻚَ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺨُﺒُﺚِ ﻭَ ﺍﻟْﺨَﺒَﺎﺋِﺚِ، ﻭَ ﺍﻟْﺨُﺮُﻭْﺝِ: ﻏُﻔْﺮَﺍﻧَﻚَ، ﺍﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻟﻠﻪِ ﺍﻟَّﺬِﻱْ ﺃَﺫْﻫَﺐَ ﻋَﻨِّﻲْ ﺍﻟْﺄَﺫَﻯ ﻭَ ﻋَﺎﻓَﺎﻧِﻲْ. ﻭَ ﺑَﻌْﺪَ ﺍﻟْﺎِﺳْﺘِﻨْﺠَﺎﺀِ: ﺍﻟﻠﻬُﻢَّ ﻃَﻬِّﺮْ ﻗَﻠْﺒِﻲْ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻨِّﻔَﺎﻕِ ﻭَ ﺣِﺼِّﻦْ ﻓَﺮْﺟِﻲْ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻔَﻮَﺍﺣِﺶِ. ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟْﺒَﻐَﻮِﻱُّ: ﻟَﻮْ ﺷَﻚَّ ﺑَﻌْﺪَ ﺍﻟْﺎِﺳْﺘِﻨْﺠَﺎﺀِ ﻫَﻞْ ﻏَﺴَﻞَ ﺫَﻛَﺮَﻩُ ﻟَﻢْ ﺗَﻠْﺰَﻣْﻪُ ﺇِﻋَﺎﺩَﺗُﻪُ .
(Penyempurnaan)
Wajib melakukan istinjā’ atau cebok  dari setiap hal yang keluar (dari kelamin) yang melumuri / membasahi, (ceboknya) dengan menggunakan air, Dicukupkan dalam istinjā’ praduga hilangnya
najis  dan dengan demikian tidak
disunnahkan mencium bau tangannya. Wajib untuk mengendorkan anggota badan agar
bekas yang berada pada lipatan-lipatan tepian luang dubur tidak tersisa. Atau dengan menggunakan tiga usapan benda padat yang
dapat menghilangkan najis, yang masing-masing usapan dapat merata serta dapat membersihkannya. Disunnahkan bagi orang yang akan masuk WC untuk mendahulukan kaki kiri dan keluar dengan mendahulukan kaki kanan. Tata cara ini kebalikan saat akan masuk masjid. Dan disunnahkan untuk menyingkirkan setiap hal yang diagungkan dari al-Qur’ān dan nama nabi atau malaikat, walaupun nama itu
digunakan untuk orang lain seperti nama ‘Azīz dan Aḥmad, jika nama-nama tersebut dikehendaki sebagai nama yang agung. Disunnahkan pula untuk diam pada saat
kotoran sedang keluar sekalipun bukan berupa dzikir, dan jika selain keadaan itu hendaknya meninggalkan dzikir. Disunnahkan
untuk mengambil tempat yang jauh dari manusia  dan membuat penutup. Hendaknya tidak membuang hajat di perairan
umum yang tidak mengalir selama jumlahnya tidak banyak, tidak di tempat perbincangan milik umum, di jalan – ada pendapat mengatakan haram hukumnya membuang
hajat di jalanan -, di bawah pohon miliknya yang dapat berbuah,  atau milik orang lain yang sudah diketahui kerelaannya. Bila belum
diketahui kerelaannya maka hukumnya haram. Hendaknya tidak menghadap qiblat ataupun
membelakanginya, dan kedua hal tersebut haram bila dilakukan di selain tempat yang telah disediakan sekira tidak ada penutupnya.
Jika dadanya dihadapkan ke arah qiblat, sedang alat kelaminnya dipalingkan dari arah itu kemudian kencing maka hal tersebut tidak masalah. Lain halnya jika melakukan kebalikan hal itu. Disunnahkan untuk tidak bersiwak,  tidak meludai kencingnya, Berdoa saat masuk WC: Ya Allah, sesungguhnya aku meminta
perlindungan kepada-Mu dari syaithan jantan dan betina. Saat keluar dengan doa:
Segala puji bagi Allah yang telah
menghilangkan penyakit dariku dan telah memberikan kesehatan kepadaku. dan setelah istinjā’ berdoa: Ya Allah, sucikanlah hatiku dari sifat munafiq dan jagalah kemaluanku dari perbuatan keji.
Imām Baghawī mengatakan: Jikalau
seseorang ragu setelah istinjā’ apakah dzakarnya telah dibasuh?, maka tidak wajib baginya untuk mengulangi membasuhnya
( ﻭَ ﺛَﺎﻟِﺜُﻬَﺎ‏) ﺃَﻱْ ﺷُﺮُﻭْﻁِ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ ‏( ﺳَﺘْﺮُ ﺭَﺟُﻞٍ‏) ﻭَ ﻟَﻮْ ﺻَﺒِﻴًّﺎ ‏( ﻭ ﺃَﻣَﺔٍ‏) ﻭَ ﻟَﻮ ﻣُﻜَﺎﺗَﺒَﺔً ﻭَ ﺃُﻡَّ ﻭَﻟَﺪٍ ‏( ﻣَﺎ ﺑَﻴْﻦَ ﺳُﺮَّﺓٍ ﻭَ ﺭُﻛْﺒَﺔٍ‏) ﻟَﻬُﻤَﺎ ﻭَ ﻟَﻮْ ﺧَﺎﻟِﻴًﺎ ﻓِﻲْ ﻇُﻠْﻤَﺔٍ ﻟِﻠْﺨَﺒَﺮِ ﺍﻟﺼَّﺤِﻴْﺢِ: “ ﻟَﺎ ﻳَﻘْﺒَﻞُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺻَﻠَﺎﺓَ ﺣَﺎﺋِﺾٍ ﺃَﻱْ ﺑَﺎﻟِﻎٍ ﺇِﻟَّﺎ ﺑِﺨِﻤَﺎﺭٍ.” ﻭَ ﻳَﺠِﺐُ ﺳَﺘْﺮُ ﺟُﺰْﺀٍ ﻣِﻨْﻬُﻤَﺎ ﻟِﻴَﺘَﺤَﻘَّﻖَ ﺑِﻪِ ﺳَﺘْﺮُ ﺍﻟْﻌَﻮْﺭَﺓِ. ‏( ﻭَ‏) ﺳَﺘْﺮُ ‏(ﺣُﺮَّﺓِ‏) ﻭَ ﻟَﻮْ ﺻَﻐِﻴْﺮَﺓً
‏(ﻏَﻴْﺮَ ﻭَﺟْﻪٍ ﻭَ ﻛَﻔَّﻴْﻦِ‏) ﻇَﻬْﺮُﻫُﻤَﺎ ﻭَ ﺑَﻄْﻨُﻬُﻤَﺎ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﻜُﻮْﻋَﻴْﻦِ ‏(ﺑِﻤَﺎ ﻟَﺎ ﻳَﺼِﻒُ ﻟَﻮْﻧًﺎ ‏) ﺃَﻱْ ﻟَﻮْﻥِ ﺍﻟْﺒَﺸَﺮَﺓِ ﻓِﻲْ ﻣَﺠْﻠِﺲِ ﺍﻟﺘَّﺨَﺎﻃُﺐِ. ﻛَﺬَﺍ ﺿَﺒَﻄَﻪُ ﺑِﺬﻟِﻚَ ﺃَﺣْﻤَﺪُ ﺑْﻦُ
ﻣُﻮْﺳَﻰ ﺑْﻦِ ﻋُﺠَﻴْﻞ. ﻭَ ﻳَﻜْﻔِﻲْ ﻣَﺎ ﻳُﺤْﻜِﻲْ ﻟِﺤَﺠْﻢِ ﺍﻟْﺄَﻋْﻀَﺎﺀِ، ﻟَﻜِﻨَّﻪُ ﺧِﻠَﺎﻑُ ﺍﻟْﺄَﻭْﻟَﻰ، ﻭَ ﻳَﺠِﺐُ ﺍﻟﺴَّﺘْﺮُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺄَﻋْﻠَﻰ ﻭَ ﺍﻟْﺠَﻮَﺍﻧِﺐِ ﻟَﺎ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺄَﺳْﻔَﻞِ ‏(ﺇِﻥْ ﻗَﺪَﺭَ‏) ﺃَﻱْ ﻛُﻞٍّ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞ ﻭَ ﺍﻟْﺤُﺮَّﺓِ ﻭَ ﺍﻟْﺄَﻣَﺔِ. ‏( ﻋَﻠَﻴْﻪِ‏) ﺃَﻱِ
ﺍﻟﺴَّﺘْﺮُ. ﺃَﻣَّﺎ ﺍﻟْﻌَﺎﺟِﺰُ ﻋَﻤَّﺎ ﻳَﺴْﺘُﺮُ ﺍﻟْﻌَﻮْﺭَﺓَ ﻓَﻴُﺼَﻠِّﻲْ ﻭُﺟُﻮْﺑًﺎ ﻋَﺎﺭِﻳًﺎ ﺑِﻠَﺎ ﺇِﻋَﺎﺩَﺓٍ، ﻭَ ﻟَﻮْ ﻣَﻊَ ﻭُﺟُﻮْﺩِ ﺳَﺎﺗِﺮٍ ﻣُﺘَﻨَﺠِّﺲٍ ﺗَﻌَﺬَّﺭَ ﻏَﺴْﻠُﻪُ، ﻟَﺎ ﻣَﻦْ ﺃَﻣْﻜَﻨَﻪُ ﺗَﻄْﻬِﻴْﺮُﻩُ، ﻭَ ﺇِﻥْ ﺧَﺮَﺝَ ﺍﻟْﻮَﻗْﺖُ، ﻭَ ﻟَﻮْ ﻗَﺪَﺭَ ﻋَﻠَﻰ ﺳَﺎﺗِﺮِ ﺑَﻌْﺾِ ﺍﻟْﻌَﻮْﺭَﺓُ ﻟَﺰِﻣَﻪُ ﺍﻟﺴَّﺘْﺮُ ﺑِﻤَﺎ ﻭُﺟِﺪَ، ﻭَ ﻗَﺪَّﻡَ ﺍﻟﺴَّﻮْﺃَﺗَﻴْﻦِ ﻓَﺎﻟْﻘُﺒُﻞَ ﻓَﺎﻟﺪُّﺑُﺮَ، ﻭَ ﻟَﺎ ﻳُﺼَﻠِّﻲْ ﻋَﺎﺭِﻳًﺎ ﻣَﻊَ ﻭُﺟُﻮْﺩِ ﺣَﺮِﻳْﺮٍ ﺑَﻞْ ﻟَﺎﺑِﺴًﺎ ﻟَﻪُ، ﻟِﺄَﻧَّﻪُ ﻳُﺒَﺎﺡُ ﻟِﻠْﺤَﺎﺟَﺔِ. ﻭَ ﻳَﻠْﺰَﻡُ ﺍﻟﺘَّﻄْﻴِﻴْﻦُ ﻟَﻮْ ﻋَﺪِﻡَ ﺍﻟﺜَّﻮْﺏَ ﺃَﻭْ ﻧَﺤْﻮُﻩُ. ﻭَ ﻳَﺠُﻮْﺯُ ﻟِﻤُﻜْﺘَﺲٍ ﺍِﻗْﺘِﺪَﺍﺀٌ ﺑِﻌَﺎﺭٍ، ﻭَ ﻟَﻴْﺲَ ﻟِﻠْﻌَﺎﺭِﻱْ ﻏَﺼْﺐُ ﺍﻟﺜَّﻮْﺏِ. ﻭَ ﻳُﺴَﻦُّ ﻟِﻠْﻤُﺼَﻠِّﻲْ ﺃَﻥْ ﻳَﻠْﺒِﺲَ ﺃَﺣْﺴَﻦَ ﺛِﻴَﺎﺑِﻪِ ﻭَ ﻳَﺮْﺗَﺪِﻱْ ﻭَ ﻳَﺘَﻌَﻤَّﻢَ ﻭَ ﻳَﺘَﻘَﻤَّﺺَ ﻭَ ﻳَﺘَﻄَﻴْﻠَﺲَ، ﻭَ ﻟَﻮْ ﻛَﺎﻥَ ﻋِﻨْﺪَﻩُ ﺛَﻮْﺑَﺎﻥِ ﻓَﻘَﻂْ ﻟَﺒِﺲَ ﺃَﺣَﺪَﻫُﻤَﺎ وَ ﺍﺭْﺗَﺪَﻯ ﺑِﺎﻟْﺂﺧَﺮِ ﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﺛَﻢَّ ﺳُﺘْﺮَﺓً، ﻭَ ﺇِﻟَّﺎ ﺟَﻌَﻠَﻪُ ﻣُﺼَﻠَّﻰ. ﻛَﻤَﺎ ﺃَﻓْﺘَﻰ ﺑِﻪِ ﺷَﻴْﺨُﻨَﺎ .
(Syarat shalat yang kedua) adalah
(menutupinya seorang lelaki)   walaupun seorang anak kecil – , dan budak wanita walaupun budak mukātab dan umm-ul-walad ,
(anggota badan di antara pusar dan lutut) walaupun menyepi dalam kegelapan sebab hadits shaḥīḥ : Allah tidak menerima shalatnya
seorang yang telah baligh tanpa
menggunakan penutup kepala.  Wajib untuk menutup sebagian dari pusar dan lutut supaya penutupan aurat tersebut nyata terjadi. Dan menutupinya seorang wanita yang
merdeka – walaupun seorang anak kecil – , anggota tubuh selain wajah dan kedua telapak tangan bagian luar dan dalam sampai dua pergelangan tangan (dengan menggunakan penutup yang tidak dapat menyifati warna kulit dari tempat percakapan. Begitulah Imām Aḥmad bin Mūsā bin ‘Ujailmembatasinya. Penutup yang dapat menampakkan bentuk tubuh hukumnya mencukupi, namun Khilāf-ul-Aulā . Wajib menutup aurat dari arah atas dan seluruh sisi bukan dari bagian bawah,  jika lelaki dan wanita tersebut mampu untuk mendapatkan penutup. Sedangkan orang yang tidak mampu dari penutup aurat maka wajib shalat dalam keadaan telanjang tanpa harus mengulangi shalatnya, walaupun besertaan adanya penutup aurat yang terkena najis dan sulit untuk dihilangkan. Bukan orang yang mampu untuk mensucikan penutup aurat itu walaupun sampai keluar waktu shalat. Jikalau seseorang hanya mampu menemukan sebagian penutup aurat, maka wajib menggunakan penutup tersebut dengan mendahulukan dua kemaluannya, alat kelamin lalu anusnya. Tidak diperbolehkan shalat dengan keadaan telanjang besertaan adanya kain sutra sebab sutra diperbolehkan bila ada hajat. Wajib untuk melumuri tubuhnya dengan lumpur  jikalau tidak ditemukan pakaian dan semacamnya. Diperbolehkan bagi seorang yang shalat dengan memakai baju untuk bermakmum pada imam yang telanjang. Tidaklah diperbolehkan bagi seorang yang telanjang untuk mengashab baju. Disunnahkan bagi seorang yang shalat untuk memakai baju yang paling bagus, memakai selendang, memakai serban, memakai baju kurung, dan memakai jubah. Jika seandainya ia hanya memiliki dua baju, maka yang satu dipakai dan yang lain digunakan untuk selendang bila di tempat shalat itu telah ada batas shalat, jika belum ada maka baju yang lain dijadikan sebagai sajadah seperti yang telah difatwakan oleh guru kita.
[ ﻓَﺮْﻉٌ‏]: ﻳَﺠِﺐُ ﻫﺬَﺍ ﺍﻟﺴَّﺘْﺮُ ﺧَﺎﺭِﺝَ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ ﺃَﻳْﻀًﺎ، ﻭَ ﻟَﻮْ ﺑِﺜَﻮْﺏٍ ﻧَﺠِﺲٍ ﺃَﻭْ ﺣَﺮِﻳْﺮٍ ﻟَﻢْ ﻳﺠِﺪْ ﻏَﻴْﺮَﻩُ، ﺣَﺘَّﻰ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺨُﻠْﻮَﺓِ، ﻟﻜِﻦِ ﺍﻟْﻮَﺍﺟِﺐُ ﻓِﻴْﻬَﺎ 1^]‏]: ﺳَﻮْﺃَﺗَﻲِ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞِ، ﻭَ ﻣَﺎ ﺑَﻴْﻦَ ﺳُﺮَّﺓِ ﻭَ ﺭُﻛْﺒَﺔِ ﻏَﻴْﺮِﻩِ. ﻭَ ﻳَﺠُﻮْﺯُ ﻛَﺸْﻔُﻬَﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟﺨُﻠْﻮَﺓِ، ﻭَ ﻟَﻮْ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤَﺴْﺠِﺪِ، ﻟِﺄَﺩْﻧَﻰ ﻏَﺮَﺽٍ ﻛَﺘَﺒْﺮِﻳْﺪٍ ﻭَ ﺻِﻴَﺎﻧَﺔِ ﺛَﻮْﺏٍ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺪَّﻧَﺲِ، ﻭَ ﺍﻟْﻐُﺒَﺎﺭِ ﻋِﻨْﺪَ ﻛَﻨْﺲِ ﺍﻟْﺒَﻴْﺖِ، ﻭَ ﻛَﻐَﺴْﻞٍ .
(Cabangan Masalah). Menutup aurat ini hukumnya juga wajib di luar shalat, –walaupun dengan baju yang najis atau sutra yang tidak ditemukan baju selainnya - sampai di tempat yang sepi, namun kewajiban di dalam tempat yang sepi bagi seorang lelaki adalah menutup kedua kemaluan dan bagi selainnya adalah anggota di antara pusar dan lutut. Diperbolehkan membuka aurat di tempat yang sepi walaupun di dalam masjid, sebab minimal tujuan seperti mendinginkan tubuh, menjaga baju dari kotoran, dan debu saat menyapu rumah dan seperti saat mandi.
SYARAT SHALAT KE-4
( ﻭَ ﺭَﺍﺑِﻌُﻬَﺎ: ﻣَﻌْﺮﻓَﺔُ ﺩُﺧُﻮْﻝِ ﻭَﻗْﺖٍ‏) ﻳَﻘِﻴْﻨًﺎ ﺃَﻭْ ﻇَﻨًّﺎ. ﻓَﻤَﻦْ ﺻَﻠَّﻰ ﺑِﺪُﻭْﻧِﻬَﺎ ﻟَﻢْ ﺗَﺼِﺢَّ ﺻَﻠَﺎﺗُﻪُ ﻭَ ﺇِﻥْ ﻭَﻗَﻌَﺖْ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻮَﻗْﺖِ، ﻟِﺄَﻥَّ ﺍﻟْﺎِﻋْﺘِﺒَﺎﺭَ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻌِﺒَﺎﺩَﺍﺕِ ﺑِﻤَﺎ ﻓِﻲْ ﻇَﻦِّ ﺍﻟْﻤُﻜَﻠَّﻒِ، ﻭَ ﺑِﻤَﺎ ﻓِﻲْ ﻧَﻔْﺲِ ﺍﻟْﺄَﻣْﺮِ، ﻭَ ﻓِﻲ
ﺍﻟْﻌُﻘُﻮْﺩِ ﺑِﻤَﺎ ﻓِﻲْ ﻧَﻔْﺲِ ﺍﻟْﺄَﻣْﺮِ ﻓَﻘَﻂْ. ‏(ﻓَﻮَﻗْﺖُ ﻇُﻬْﺮٍ ﻣِﻦْ ﺯَﻭَﺍﻝِ‏) ﺍﻟﺸَّﻤْﺲِ ‏( ﺇِﻟَﻰ ﻣَﺼِﻴْﺮِ ﻇِﻞِّ ﻛُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﻣِﺜْﻠَﻪُ، ﻏَﻴْﺮَ ﻇِﻞِّ ﺍﺳْﺘِﻮَﺍﺀٍ‏) ﺃَﻱِ ﺍﻟﻈِّﻞِّ ﺍﻟْﻤَﻮْﺟُﻮْﺩِ ﻋِﻨْﺪَﻩُ، ﺇِﻥْ
ﻭُﺟِﺪَ. ﻭَ ﺳُﻤِّﻴَﺖْ ﺑِﺬﻟِﻚَ ﻟِﺄَﻧَّﻬَﺎ ﺃَﻭَّﻝَ ﺻَﻠَﺎﺓٍ ﻇَﻬَﺮَﺕْ. ‏(ﻓَـــــ‏) ﻭَﻗْﺖُ ‏( ﻋَﺼْﺮِ‏) ﻣِﻦْ ﺁﺧِﺮِ ﻭَﻗْﺖِ ﺍﻟﻈُّﻬْﺮِ ‏( ﺇِﻟَﻰ ﻏُﺮُﻭْﺏِ ‏) ﺟَﻤِﻴْﻊِ ﻗَﺮْﺹِ ﺷَﻤْﺲٍ، ‏( ﻓَــــــ‏) ﻭَﻗْﺖُ ‏( ﻣَﻐْﺮِﺏٍ‏) ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻐُﺮُﻭْﺏِ ‏( ﺇِﻟَﻰ ﻣَﻐِﻴْﺐِ ﺍﻟﺸَّﻔَﻖِ‏)
ﺍﻟْﺄَﺣْﻤَﺮِ، ‏( ﻓَــــــ ‏) ﻭَﻗْﺖُ ‏(ﻋِﺸَﺎﺀٍ ‏) ﻣِﻦْ ﻣَﻐِﻴْﺐِ ﺍﻟﺸَّﻔَﻖِ. ﻗَﺎﻝَ ﺷَﻴْﺨُﻨَﺎ: ﻭَ ﻳَﻨْﺒَﻐِﻲْ ﻧَﺪْﺏُ ﺗَﺄْﺧِﻴْﺮُﻫَﺎ ﻟِﺰَﻭَﺍﻝِ ﺍﻟْﺄَﺻْﻔَﺮِ ﻭَ ﺍﻟْﺄَﺑْﻴَﺾِ، ﺧُﺮُﻭْﺟًﺎ ﻣِﻦْ ﺧِﻠَﺎﻑِ ﻣَﻦْ
ﺃَﻭْﺟَﺐَ ﺫﻟِﻚَ. ﻭَ ﻳَﻤْﺘَﺪُّ ‏( ﺇِﻟَﻰ ﻃُﻠُﻮْﻉِ ‏(ﻓَﺠْﺮٍ‏) ﺻَﺎﺩِﻕٍ، ‏(ﻓَـــــ‏) ﻭَﻗْﺖُ ‏( ﺻُﺒْﺢٍ ‏) ﻣِﻦْ ﻃُﻠُﻮْﻉِ ﺍﻟْﻔَﺠْﺮِ ﺍﻟﺼَّﺎﺩِﻕِ ﻟَﺎ ﺍﻟْﻜَﺎﺫِﺏِ ‏( ﺇِﻟَﻰ ﻃُﻠُﻮْﻉِ‏) ﺑَﻌْﺾِ ‏( ﺍﻟﺸَّﻤْﺲِ‏) ، ﻭَ
ﺍﻟْﻌَﺼْﺮُ ﻫِﻲَ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓُ ﺍﻟْﻮُﺳْﻄَﻰ، ﻟِﺼِﺤَّﺔِ ﺍﻟْﺤَﺪِﻳْﺚِ ﺑِﻪِ. ﻓَﻬِﻲَ ﺃَﻓْﻀَﻞُ ﺍﻟﺼَّﻠَﻮَﺍﺕِ، ﻭَ ﻳَﻠِﻴْﻬَﺎ ﺍﻟﺼُّﺒْﺢُ، ﺛُﻢَّ ﺍﻟْﻌِﺸَﺎﺀُ، ﺛُﻢَّ ﺍﻟﻈُّﻬْﺮُ، ﺛُﻢَّ ﺍﻟْﻤَﻐْﺮِﺏُ، ﻛَﻤَﺎ ﺍﺳْﺘَﻈْﻬَﺮَﻩُ ﺷَﻴْﺨُﻨَﺎ ﻣِﻦَ
ﺍﻟْﺄَﺩِﻟَّﺔِ. ﻭَ ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻓَﻀَّﻠُﻮْﺍ ﺟَﻤَﺎﻋَﺔَ ﺍﻟﺼُّﺒْﺢِ ﻭَﺍﻟْﻌِﺸَﺎﺀِ ﻟِﺄَﻧَّﻬَﺎ ﻓِﻴْﻬِﻤَﺎ ﺃَﺷَﻖُّ. ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟﺮَّﺍﻓِﻌِﻲُّ: ﻛَﺎﻧَﺖِ ﺍﻟﺼُّﺒْﺢُ ﺻَﻠَﺎﺓَ ﺁﺩَﻡَ، ﻭَ ﺍﻟﻈُّﻬْﺮُ ﺻَﻠَﺎﺓَ ﺩَﺍﻭُﺩٍ، ﻭَ ﺍﻟْﻌَﺼْﺮُ ﺻَﻠَﺎﺓُ ﺳُﻠَﻴْﻤَﺎﻥَ، ﻭَ ﺍﻟْﻤَﻐْﺮِﺏُ ﺻَﻠَﺎﺓَ ﻳَﻌْﻘُﻮْﺏٍ، ﻭَ ﺍﻟْﻌِﺸَﺎﺀُ ﺻَﻠَﺎﺓَ ﻳُﻮْﻧُﺲٍ، ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢُ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓُ ﻭَ ﺍﻟﺴَّﻠَﺎﻡُ. ﺍِﻧْﺘَﻬَﻰ .
(Syarat shalat ke empat) adalah mengetahui masuknya waktu shalat dengan yakin atau praduga. Maka siapapun orang yang shalat dengan tanpa mengetahu waktunya, maka shalatnya tidak sah walaupun dilakukan tepat berada pada waktunya, sebab yang dijadikan penilaian dalam urusan sebuah
ibadah adalah sesuai dengan praduga orang mukallaf dan realitanya. Sedang dalam urusan
akad adalah sesuai dengan realita saja. (Waktu Zhuhur dimulai dari tergelincirnya matahari) ke arah barat sampai menjadi samanya bayangan setiap benda selain
bayangan yang ada pada waktu istiwā’, jika memang ada. Dinamakan dengan itu sebab shalat Zhuhur adalah shalat yang tampak dilakukan pertama kali dalam Islam.
(Waktu ‘Ashar) dimulai dari akhir waktu Zhuhur  (sampai tenggelamnya) seluruh bulatan matahari. (Waktu Magrib) dimulai
sejak tenggelamnya matahari berakhir sampai tenggelamanya mega merah. (Waktu ‘Isyā’) dimulai dari tenggelamnya mega merah. Guru kita berkata: “Sebaik disunnahkan untuk mengakhirkan shalat ‘Isyā’ sampai tenggelamnya mega kuning dan putih untuk keluar dari perbedaan ulama,” yang mewajibkan hal itu. Waktu ‘Isyā’ memanjang sampai (terbitnya fajar) shādiq. (Waktu Shubuḥ) dimulai dari terbitnya fajar shādiq sampai (terbitnya sebagian matahari). Shalat ‘Ashar adalah shalat Wusthā sebab shaḥīḥnya hadits yang menerangkan hal itu. Dan shalat Wusthā adalah shalat yang paling utama dari shalat yang lain, kemudian disusul shalat Shubuḥ, ‘Isyā’, Zhuhur dan Maghrib seperti yang telah dijelaskan oleh guru kita dari beberapa dalil. Sedang lebih diunggulkannya jamā‘ah shalat Shubuḥ dan ‘Isyā’ dari shalat yang lainnya sebab kedua shalat jamā‘ah di waktu tersebut lebih berat. Imām Rāfi‘ī mengatakan: Shalat Shubuḥ
adalah shalatnya nabi Ādam a.s., Zhuhur adalah shalatnya nabi Dāūd a.s., Maghrib adalah shalatnya nabi Ya‘qūb a.s. dan ‘Isyā’ adalah shalatnya nabi Yūnus a.s.
ﻭَ ﺍﻋْﻠَﻢْ ﺃَﻥَّ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓَ ﺗَﺠِﺐُ ﺑِﺄَﻭَّﻝِ ﺍﻟْﻮَﻗْﺖِ ﻭُﺟُﻮْﺑًﺎ ﻣُﻮْﺳِﻌًﺎ، ﻓَﻠَﻪُ ﺍﻟﺘَّﺄْﺧِﻴْﺮُ ﻋَﻦْ ﺃَﻭَّﻟِﻪِ ﺇِﻟَﻰ ﻭَﻗُﺖٍ ﻳَﺴَﻌُﻬَﺎ ﺑِﺸَﺮْﻁٍ ﺃَﻥْ ﻳَﻌْﺰِﻡَ ﻋَﻠَﻰ ﻓِﻌْﻠِﻬَﺎ ﻓِﻴْﻪِ، ﻭَ ﻟَﻮْ ﺃَﺩْﺭَﻙَ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻮَﻗْﺖِ ﺭَﻛْﻌَﺔً ﻟَﺎ ﺩُﻭْﻧَﻬَﺎ ﻓَﺎﻟْﻜُﻞُّ ﺃَﺩَﺍﺀٌ ﻭَ ﺇِﻟَّﺎ ﻓَﻘَﻀَﺎﺀٌ. ﻭَ ﻳَﺄْﺛَﻢُ ﺑِﺈِﺧْﺮَﺍﺝِ ﺑَﻌْﻀِﻬَﺎ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﻮَﻗْﺖِ ﻭَ ﺇِﻥْ ﺃَﺩْﺭَﻙَ ﺭَﻛَﻌَﺔً. ﻧَﻌَﻢْ، ﻟَﻮْ ﺷَﺮَﻉَ ﻓِﻲْ ﻏَﻴْﺮِ ﺍﻟْﺠُﻤُﻌَﺔِ ﻭَ ﻗَﺪْ ﺑَﻘِﻲَ ﻣَﺎ ﻳَﺴَﻌُﻬَﺎ ﺟَﺎﺯَ ﻟَﻪُ ﺑِﻠَﺎ ﻛَﺮَﺍﻫَﺔٍ ﺃَﻥْ ﻳُﻄَﻮِّﻟَﻬَﺎ ﺑِﺎﻟْﻘِﺮَﺍﺀَﺓِ ﺃَﻭِ ﺍﻟﺬِّﻛْﺮِ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﺨْﺮُﺝَ ﺍﻟْﻮَﻗْﺖُ ﻭَ ﺇِﻥْ ﻟَﻢْ ﻳُﻮْﻗِﻊْ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﺭَﻛَﻌَﺔً ﻓِﻴْﻪِ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻤُﻌْﺘَﻤَﺪِ ﻓَﺈِﻥْ ﻟَﻢْ ﻳَﺒْﻖَ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻮَﻗْﺖِ ﻣَﺎ ﻳَﺴَﻌُﻬَﺎ، ﺃَﻭْ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﺟُﻤُﻌَﺔً، ﻟَﻢْ ﻳَﺠُﺰِ ﺍﻟْﻤَﺪُّ، ﻭَ ﻟَﺎ ﻳُﺴَﻦُّ ﺍﻟْﺎِﻗْﺘِﺼَﺎﺭُ ﻋَﻠَﻰ ﺃَﺭْﻛَﺎﻥِ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ ﻟِﺈِﺩْﺭَﺍﻙِ ﻛُﻠِّﻬَﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻮَﻗْﺖِ .
Ketahuilah, bahwa shalat wajib dilakukan diawal waktu dengan kewajiban yang diperluas, maka diperbolehkan bagi seseorang untuk mengakhirkan dari awal waktu sampai waktu yang mencukupi untuk melaksanakannya dengan syarat berniat untuk melaksanakannya di akhir waktunya. Jikalau seseorang menemukan satu rakaat di dalam waktunya, bukan kurang dari satu raka‘at, maka semuanya dihitung adā’ (tertunaikan –terlaksanakan) dan jika tidak menemukan satu raka‘at, maka dihitung qadhā’ . Berdosa hukumnya mengeluarkan sebagian shalat dari waktunya walaupun menemukan satu raka‘at. Benar berdosa, namun jika seseorang mengerjakan shalat selain shalat juma‘at, sedang waktu masih mencukupi, maka diperbolehkan baginya – tanpa hukum makruh – untuk memanjangkan bacaan dan dzikir shalat sampai keluar waktunya –walaupun orang tersebut tidak sampai menemukan satu rakaat menurut pendapat yang mu‘tamad – . Jika waktunya tidak cukup untuk mengerjakan shalat atau adanya shalat tersebut adalah shalat juma‘at, maka tidak diperbolehkan baginya untuk memanjangkannya. Tidak disunnahkan untuk meringkas hanya mengerjakan rukun-rukun shalat untuk menemukan seluruh shalat didalam waktunya.
[ ﻓَﺮْﻉٌ‏]: ﻳُﻨْﺪَﺏُ ﺗَﻌْﺠِﻴْﻞُ ﺻَﻠَﺎﺓٍ ﻭَ ﻟَﻮْ ﻋِﺸَﺎﺀً ﻟِﺄَﻭَّﻝِ ﻭَﻗْﺘِﻬَﺎ، ﻟِﺨَﺒَﺮِ“ :ﺃَﻓْﻀَﻞُ ﺍﻟْﺄﻋْﻤَﺎﻝِ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓُ ﻟِﺄَﻭَّﻝِ ﻭَﻗْﺘِﻬَﺎ.” ﻭَ ﺗَﺄْﺧِﻴْﺮُﻫَﺎ ﻋَﻦْ ﺃﻭَّﻟِﻪِ ﻟِﺘَﻴَﻘُّﻦِ ﺟَﻤَﺎﻋَﺔٍ ﺃَﺛْﻨَﺎﺀَﻩُ، ﻭَ ﺇِﻥْ ﻓَﺤُﺶَ ﺍﻟﺘَّﺄْﺧِﻴْﺮُ ﻣَﺎ ﻟَﻢْ ﻳَﻀِﻖِ ﺍﻟْﻮَﻗْﺖُ، ﻭَ ﻟِﻈَﻨِّﻬَﺎ ﺇِﺫَﺍ ﻟَﻢْ ﻳَﻔْﺤَﺶَ ﻋُﺮْﻓًﺎ، ﻟَﺎ ﻟِﺸَﻚٍّ ﻓِﻴْﻬَﺎ ﻣُﻄْﻠﻘًﺎ. ﻭَ ﺍﻟْﺠَﻤَﺎﻋَﺔُ ﺍﻟْﻘَﻠِﻴْﻠَﺔُ ﺃَﻭَّﻝُ ﺍﻟْﻮَﻗْﺖِ ﺃَﻓْﻀَﻞُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻜَﺜِﻴْﺮَﺓِ ﺁﺧِﺮَﻩَ. ﻭَ ﻳُﺆَﺧِّﺮُ ﺍﻟْﻤُﺤْﺮِﻡُ ﺻَﻠَﺎﺓَ ﺍﻟْﻌِﺸَﺎﺀِ ﻭُﺟُﻮْﺑًﺎ ﻟِﺄَﺟْﻞِ ﺧَﻮْﻑِ ﻓَﻮَﺍﺕِ ﺣَﺞَّ ﺑِﻔَﻮْﺕِ ﺍﻟْﻮُﻗُﻮْﻑِ ﺑِﻌَﺮَﻓَﺔَ ﻟَﻮْ ﺻَﻠَّﺎﻫَﺎ ﻣُﺘَﻤَﻜِّﻨًﺎ، ﻟِﺄَﻥَّ ﻗَﻀَﺎﺀَﻩُ ﺻَﻌْﺐٌ. ﻭَ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓُ ﺗُﺆَﺧَّﺮُ ﻟِﺄَﻧَّﻬَﺎ ﺃَﺳْﻬَﻞُ ﻣِﻦْ ﻣَﺸَﻘَّﺘِﻪِ، ﻭَ ﻟَﺎ ﻳُﺼَﻠِّﻴْﻬَﺎ ﺻَﻠَﺎﺓَ ﺷِﺪَّﺓِ ﺍﻟْﺨَﻮْﻑِ. ﻭَ ﻳُﺆَﺧِّﺮُ ﺃَﻳْﻀًﺎ ﻭُﺟُﻮْﺑًﺎ ﻣَﻦْ ﺭَﺃَﻯ ﻧَﺤْﻮَ ﻏَﺮِﻳْﻖٍ ﺃَﻭْﺃَﺳِﻴْﺮٍ ﻟَﻮْ ﺃَﻧْﻘَﺬَﻩُ ﺧَﺮَﺝَ ﺍﻟْﻮَﻗْﺖُ .
(Cabangan Masalah). Disunnahkan untuk bersegera melakukan shalat – walaupun shalat ‘Isyā’ – diawal waktunya sebab hadits Nabi: Lebih utama-utamanya amal adalah shalat diawal waktunya . Disunnahkan mengakhirkannya dari awal waktu sebab yakinnya jamā‘ah di tengah waktu – walaupun terlalu dalam mengakhirkan selama tidak sempit waktunya – dan sebab ada dugaan jamā‘ah ketika tidak terlalu secara umumnya, bukan karena keraguan adanya jamā‘ah secara mutlak. Shalat jamā‘ah yang jumlahnya sedikit di awal waktu lebih utama dibanding dengan jamā‘ah yang banyak di akhir waktu. Wajib bagi seseorang yang iḥrām untuk mengakhirkan shalat ‘Isyā’ sebab ditakutkan kehilangan haji dengan hilangnya waktu wuquf di ‘Arafah jikalau shalat ‘Isyā’ tersebut dilakukan seperti umumnya karena mengqadha’i haji sangatlah sulit. Shalat diakhirkan sebab shalat lebih mudah dari kesulitan haji. Tidak diperbolehkan untuk melakukan shalat ‘Isyā’ tersebut dengan cara shalat Syiddat-ul-Khauf (sangat takut). Wajib pula mengakhirkan shalat  bagi seseorang yang melihat semacam orang yang tenggelam atau orang yang ditawan jikalau ia menyelamatkannya, maka waktu shalat akan keluar.
[ ﻓَﺮْﻉٌ‏]: ﻳُﻜْﺮَﻩُ ﺍﻟﻨَّﻮْﻡُ ﺑَﻌْﺪَ ﺩُﺧُﻮْﻝِ ﻭَﻗْﺖِ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ ﻭَ ﻗَﺒْﻞَ ﻓِﻌْﻠِﻬَﺎ، ﺣَﻴْﺚُ ﻇَﻦَّ ﺍﻟْﺎِﺳْﺘِﻴْﻘَﺎﻅِ ﻗَﺒْﻞَ ﺿِﻴْﻘِﻪِ، ﻟِﻌَﺎﺩَﺓٍ ﺃَﻭْ ﻟِﺈِﻳْﻘَﺎﻅِ ﻏَﻴْﺮِﻩِ ﻟَﻪُ، ﻭَ ﺇِﻟَّﺎ ﺣَﺮُﻡَ ﺍﻟﻨَّﻮْﻡُ ﺍﻟَّﺬِﻱْ ﻟَﻢْ ﻳُﻐْﻠَﺐْ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻮَﻗْﺖِ .
(Cabangan Masalah). Dimakruhkan tidur setelah masuknya waktu shalat dan sebelum melakukannya, sekira ada dugaan terbangun sebab kebiasaan atau dibangunkan orang lain sebelum sempitnya waktu. Jika tidak ada dugaan terbangun, maka haram untuk tidur selama tidak ngantuk berat diwaktu shalat.
[ ﻓَﺮْﻉٌ‏]: ﻳُﻜْﺮَﻩُ ﺗَﺤْﺮِﻳْﻤًﺎ ﺻَﻠَﺎﺓٌ ﻟَﺎ ﺳَﺒَﺐَ ﻟَﻬَﺎ، ﻛَﺎﻟﻨَّﻔْﻞِ ﺍﻟْﻤُﻄْﻠَﻖِ ﻭَ ﻣِﻨْﻪُ ﺻَﻠَﺎﺓُ ﺍﻟﺘَّﺴَﺎﺑِﻴْﺢِ، ﺃَﻭْ ﻟَﻬَﺎ ﺳَﺒَﺐٌ ﻣُﺘَﺄَﺧِّﺮٌ ﻛَﺮَﻛْﻌَﺘَﻲْ ﺍﺳْﺘِﺨَﺎﺭَﺓٍ ﻭَ ﺇِﺣْﺮَﺍﻡٍ ﺑَﻌْﺪَ ﺃَﺩَﺍﺀِ ﺻُﺒْﺢٍ ﺣَﺘَّﻰ ﺗَﺮْﺗَﻔِﻊَ ﺍﻟﺸَّﻤْﺲُ ﻛَﺮُﻣْﺢٍ، ﻭَ ﻋَﺼْﺮٍ ﺣَﺘَّﻰ ﺗَﻐْﺮُﺏَ، ﻭَ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﺳْﺘِﻮَﺍﺀِ ﻏَﻴْﺮَ ﻳَﻮْﻡِ ﺍﻟْﺠُﻤُﻌَﺔِ. ﻟَﺎ ﻣَﺎ ﻟَﻪُ ﺳَﺒَﺐٌ ﻣُﺘَﻘَﺪِّﻡٌ ﻛَﺮَﻛْﻌَﺘَﻲْ ﻭُﺿُﻮْﺀٍ ﻭَ ﻃَﻮَﺍﻑٍ ﻭَ ﺗَﺤِﻴَّﺔٍ ﻭَ ﻛُﺴُﻮْﻑٍ، ﻭَ ﺻَﻠَﺎﺓِ ﺟَﻨَﺎﺯَﺓٍ ﻭَ ﻟَﻮْ ﻋَﻠَﻰ ﻏَﺎﺋِﺐٍ، ﻭَ ﺇِﻋَﺎﺩَﺓٍ ﻣَﻊَ ﺟَﻤَﺎﻋَﺔٍ ﻭَ ﻟَﻮْ ﺇِﻣَﺎﻣًﺎ، ﻭَ ﻛِﻔَﺎﺋِﺘَﺔِ ﻓَﺮْﺽٍ ﺃَﻭْ ﻧَﻔْﻞٍ ﻟَﻢْ ﻳُﻘْﺼَﺪْ ﺗَﺄْﺧِﻴْﺮُﻫَﺎ ﻟِﻠْﻮَﻗْﺖِ ﺍﻟْﻤَﻜْﺮُﻭْﻩِ ﻟِﻴُﻘْﻀِﻴْﻬَﺎ ﻓِﻴْﻪِ ﺃَﻭْ ﻳُﺪَﺍﻭِﻡُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ. ﻓَﻠَﻮْ ﺗَﺤَﺮَّﻯ ﺇِﻳْﻘَﺎﻉَ ﺻَﻠَﺎﺓِ ﻏَﻴْﺮَ ﺻَﺎﺣِﺒَﺔِ ﺍﻟْﻮَﻗْﺖِ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻮَﻗْﺖِ ﺍﻟْﻤَﻜْﺮُﻭْﻩِ ﻣِﻦْ ﺣَﻴْﺚُ ﻛَﻮْﻧُﻪُ ﻣَﻜْﺮُﻭْﻫًﺎ ﻓﺘَﺤْﺮُﻡُ ﻣُﻄْﻠَﻘًﺎ ﻭَ ﻟَﺎ ﺗَﻨْﻌَﻘِﺪُ، ﻭَ ﻟَﻮْ ﻓَﺎﺋِﺘَﺔً ﻳَﺠِﺐُ ﻗَﻀَﺎﺅُﻫَﺎ ﻓَﻮْﺭًﺍ ﻟِﺄَﻧَّﻪُ ﻣُﻌَﺎﻧِﺪٌ ﻟِﻠﺸَّﺮْﻉِ .
(Cabangan Masalah). Makruh taḥrīim  melakukan shalat tanpa sebab – seperti shalat mutlak, sebagaimana adalah shalat tasbīḥ atau memiliki sebab, namun diakhirkan seperti dua rakaat shalat istikhārah dan iḥrām – setelah melakukan shalat Shubuḥ sampai naiknya matahari seperti tombak, setelah shalat ‘Ashar sampai tenggelamnya matahari, pada saat waktu istiwā’  selain di hari juma‘at, bukan shalat yang memiliki sebab yang diawalkan seperti dua rakaat wudhu’, thawaf, tahiyyat, kusuf, shalat janazah – walaupun bagi mayit yang tidak di tempat (ghaib ) – shalat yang diulangi secara berjamā‘ah – walaupun menjadi imam – , dan seperti shalat fardhu dan sunnah yang telah lewat dari waktunya yang tidak dimaksud untuk mengakhirkannya di waktu yang dimakruhkan agar diqadha’ di waktu itu atau agar selalu mengqadha’ di waktu tersebut. Jikalau seseorang menanti menjalankan shalat yang tidak memiliki waktu di waktu yang dimakruhkan dari sisi waktu yang makruh, maka hukumnya haram secara mutlak dan tidak sah shalatnya – walaupun shalat itu adalah shalat yang telah lewat dari waktunya yang wajib untuk segera diqadha’ sebab telah menentang syari‘at.
SYARAT SHALAT KE-5
( ﻭَ ﺧَﺎﻣِﺴُﻬَﺎ: ﺍِﺳْﺘِﻘْﺒَﺎﻝُ‏) ﻋَﻴْﻦِ ‏(ﺍﻟْﻘِﺒْﻠَﺔِ ‏) ﺃَﻱِ ﺍﻟْﻜَﻌْﺒَﺔِ، ﺑِﺎﻟﺼَّﺪْﺭِ. ﻓَﻠَﺎ ﻳَﻜْﻔِﻲ ﺍﺳْﺘِﻘْﺒَﺎﻝُ ﺟِﻬَﺘِﻬَﺎ، ﺧِﻠَﺎﻓًﺎ ﻟِﺄَﺑِﻲْ ﺣَﻨِﻴْﻔَﺔَ ﺭَﺣِﻤَﻪُ ﺍﻟﻠﻪُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ، ‏( ﺇِﻟَّﺎ ﻓِﻲْ‏) ﺣَﻖِّ ﺍﻟْﻌَﺎﺟِﺰِ ﻋَﻨْﻪُ، ﻭَ ﻓِﻲْ ﺻَﻠَﺎﺓِ ‏( ﺷِﺪَّﺓِ ﺧَﻮْﻑٍ‏) ﻭَ ﻟَﻮْ ﻓَﺮْﺿًﺎ، ﻓَﻴُﺼَﻠِّﻲْ ﻛَﻴْﻒَ ﺃَﻣْﻜَﻨَﻪُ ﻣَﺎﺷِﻴًﺎ ﻭَ ﺭَﺍﻛِﺒًﺎ ﻣُﺴْﺘَﻘْﺒِﻠًﺎ ﺃَﻭْ ﻣُﺴْﺘَﺪْﺑِﺮًﺍ، ﻛَﻬَﺎﺭِﺏٍ ﻣِﻦْ ﺣَﺮِﻳْﻖٍ ﻭَ ﺳَﻴْﻞٍ ﻭَ ﺳَﺒُﻊٍ ﻭَ ﺣَﻴَّﺔٍ، ﻭَ ﻣِﻦْ ﺩَﺍﺋِﻦٍ ﻋِﻨْﺪَ ﺇِﻋْﺴَﺎﺭٍ، ﻭَ ﺧَﻮْﻑِ ﺣَﺒْﺲٍ. ‏( ﻭَ‏) ﻟَﺎ ﻓِﻲْ ‏(ﻧَﻔْﻞِ ﺳَﻔَﺮٍ ﻣُﺒَﺎﺡٍ‏) ﻟِﻘَﺎﺻِﺪِ ﻣَﺤَﻞَ ﻣُﻌَﻴَّﻦٍ، ﻓَﻴَﺠُﻮْﺯُ ﺍﻟﻨَّﻔْﻞُ ﺭَﺍﻛِﺒًﺎ ﻭَ ﻣَﺎﺷِﻴًﺎ ﻓِﻴْﻪِ ﻭَ ﻟَﻮْ ﻗَﺼِﻴْﺮًﺍ. ﻧَﻌَﻢْ، ﻳُﺸْﺘَﺮَﻁُ ﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻮْﻥَ ﻣَﻘْﺼَﺪُﻩُ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺴَﺎﻓَﺔٍ ﻟَﺎ ﻳَﺴْﻤَﻊُ ﺍﻟﻨِّﺪَﺍﺀَ ﻣِﻦْ ﺑَﻠَﺪِﻩِ، ﺑِﺸُﺮُﻭْﻃِﻪِ ﺍﻟْﻤُﻘَﺮَّﺭَﺓِ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺠُﻤُﻌَﺔِ. ﻭَ ﺧَﺮَﺝَ ﺑِﺎﻟْﻤُﺒَﺎﺡِ ﺳَﻔَﺮُ ﺍﻟْﻤَﻌْﺼِﻴَﺔِ ﻓَﻠَﺎ ﻳَﺠُﻮْﺯُ ﺗَﺮْﻙُ ﺍﻟْﻘِﺒْﻠَﺔِ ﻓِﻲ ﺍﻟﻨَّﻔْﻞِ ﻟِﺄَﺑِﻖٍ، ﻭَ ﻣُﺴَﺎﻓِﺮٍ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺩَﻳْﻦٌ ﺣَﺎﻝٌّ ﻗَﺎﺩِﺭٌ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻣِﻦْ ﻏَﻴْﺮِ ﺇِﺫْﻥِ ﺩَﺍﺋِﻨِﻪِ .
(Syarat shalat yang kelima adalah menghadap tepat ke qiblat). Maksudnya qiblat adalah menghadap Ka‘bah dengan menggunakan dada.  Maka tidaklah cukup menghadap ke arah qiblat, lain halnya dengan Abū Ḥanīfah – semoga Allah mengasihnya – (kecuali bagi) orang yang tidak mampu,  dan di dalam shalat dalam keadaan (syiddat-ul-khauf atau sangat takut) – walaupun shalatnya fardhu – maka diperbolehkan shalat dengan cara semampunya dengan berjalan dan berkendaraan, menghadap qiblat atau membelakanginya seperti kasus lari menyelamatkan diri dari kebakaran, banjir, hewan buas, ular dan dari orang yang menghutangi saat miskin dan takut dipenjara. (Tidak) wajib menghadap qiblat (dalam shalat sunnah saat bepergian yang diperbolehkan), bagi seseorang yang memiliki tujuan tempat tertentu, maka diperbolehkan melakukan shalat sunnah dengan cara berkendaraan dan berjalan walaupun perjalanannya dekat. Benar, diperbolehkan walaupun perjalanan dekat namun disyaratkan tempat tujuannya berada pada jarak yang tidak terdengar panggilan adzan dari desanya dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam bab jum‘at. Dikecualikan dari perjalanan yang diperbolehkan adalah perjalanan maksiat, maka tidak diperbolehkan meninggalkan menghadap qiblat dalam shalat sunnah bagi seorang budak yang kabur, musafir yang memiliki hutang yang harus segera dibayar yang mampu untuk melunasinya tanpa seidzin dari orang yang menghutangi.
( ﻭَ ‏) ﻳَﺠِﺐُ ‏(ﻋَﻠَﻰ ﻣَﺎﺵٍ ﺇِﺗْﻤَﺎﻡُ ﺭُﻛُﻮْﻉٍ ﻭَ ﺳُﺠُﻮْﺩٍ‏) ﻟِﺴُﻬُﻮْﻟَﺔِ ﺫﻟِﻚَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ، ﻭَ ﻋَﻠَﻰ ﺭَﺍﻛِﺐٍ ﺇِﻳْﻤَﺎﺀٌ ﺑِﻬِﻤَﺎ. ‏( ﻭَ ﺍﺳْﺘِﻘْﺒَﺎﻝٌ ﻓِﻴْﻬِﻤَﺎ ﻭَ ﻓِﻲْ ﺗﺤَﺮُّﻡٍ‏) ﻭَ ﺟُﻠُﻮْﺱٌ ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟﺴَّﺠْﺪَﺗَﻴْﻦِ، ﻓَﻠَﺎ ﻳَﻤْﺸِﻲْ ﺇِﻟَّﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻡِ ﻭَ ﺍﻟْﺎِﻋْﺘِﺪَﺍﻝِ ﻭَ ﺍﻟﺘَّﺸَﻬُّﺪِ ﻭَ ﺍﻟﺴَّﻠَﺎﻡِ، ﻭَ ﻳَﺤْﺮَﻡُ ﺍﻧْﺤِﺮَﺍﻓُﻪُ ﻋَﻦِ ﺍﺳْﺘِﻘْﺒَﺎﻝِ ﺻَﻮْﺏِ ﻣَﻘْﺼَﺪِﻩِ ﻋَﺎﻣِﺪًﺍ ﻋَﺎﻟِﻤًﺎ ﻣُﺨْﺘَﺎﺭًﺍ ﺇِﻟَّﺎ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﻘِﺒْﻠَﺔِ. ﻭَ ﻳُﺸْﺘَﺮَﻁُ ﺗَﺮْﻙُ ﻓِﻌْﻞٍ ﻛَﺜِﻴْﺮٍ ﻛَﻌَﺪْﻭٍ ﻭَ ﺗَﺤْﺮِﻳْﻚِ ﺭِﺟْﻞٍ ﺑِﻠَﺎ ﺣَﺎﺟَﺔٍ ﻭَ ﺗَﺮْﻙُ ﺗَﻌَﻤُّﺪِ ﻭَﻁْﺀِ ﻧَﺠَﺲٍ ﻭَ ﻟَﻮْ ﻳَﺎﺑِﺴًﺎ ﻭَ ﺇِﻥْ ﻋَﻢَّ ﺍﻟﻄَّﺮِﻳْﻖَ ﻭَ ﻟَﺎ ﻳَﻀُﺮُّ ﻭَﻁْﺀُ ﻳَﺎﺑِﺲٍ ﺧَﻄَﺄً، ﻭَ ﻟَﺎ ﻳُﻜَﻠَّﻒُ ﻣَﺎﺵٍ ﺍﻟﺘَّﺤْﻔُﻆَ ﻋَﻨْﻪُ. ﻭَ ﻳَﺠِﺐُ ﺍﻟْﺎِﺳْﺘِﻘْﺒَﺎﻝُ ﻓِﻲ ﺍﻟﻨَّﻔْﻞِ ﻟِﺮَﺍﻛِﺐِ ﺳَﻔِﻴْﻨَﺔٍ ﻏَﻴْﺮَ ﻣَﻠَّﺎﺡٍ .
(Wajib bagi orang yang shalat dengan berjalan kaki untuk menyempurnakan ruku‘ dan sujud) (55) sebab mudahnya hal itu baginya dan bagi orang yang shalat berkendaraan untuk memberi isyarat dari dua hal tersebut. (Wajib menghadap qiblat di saat ruku‘ dan sujud), takbirat-ul-iḥrām dan duduk di antara sujud, maka tidak diperbolehkan berjalan kaki kecuali dalam keadaan berdiri, i‘tidāl, tasyahhud dan salām. Haram berpaling dari menghadap arah tujuannya dengan sengaja, tahu keharamannya serta dengan kehendaknya kecuali berpaling menghadap qiblat. Disyaratkan meninggalkan gerakan yang banyak seperti berlari dan menggerakkan kaki tanpa hajat, dan meninggalkan kesengajaan menginjak najis – walaupun najis yang telah kering dan walaupun najis itu telah merata dijalan – . Tidaklah masalah menginjak najis kering secara tidak sengaja dan tidak dibebankan bagi orang yang shalat berjalan untuk menghadap qiblat di dalam shalat sunnah bagi orang yang mengendarai perahu selain nahkodanya.
ﻭَ ﺍﻋْﻠَﻢْ ﺃَﻳْﻀًﺎ ﺃَﻧَّﻪُ ﻳُﺸْﺘَﺮَﻁُ ﻓِﻲْ ﺻِﺤَّﺔِ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢَ ﺑِﻔَﺮْﺿِﻴَّﺔِ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ. ﻓَﻠَﻮْ ﺟَﻬَﻞَ ﻓَﺮْﺿِﻴَّﺔ ﺃَﺻْﻞِ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ، ﺃَﻭْ ﺻَﻠَﺎﺗَﻪُ ﺍﻟَّﺘِﻲْ ﺷَﺮَﻉَ ﻓِﻴْﻬَﺎ، ﻟَﻢْ ﺗَﺼِﺢَّ، ﻛَﻤَﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻤَﺠْﻤُﻮْﻉِ ﻭَ ﺍﻟﺮَّﻭْﺿَﺔِ. ﻭَ ﺗَﻤْﻴِﻴْﺰُ ﻓُﺮُﻭْﺿِﻬَﺎ ﻣِﻦْ ﺳُﻨَﻨِﻬَﺎ. ﻧَﻌَﻢْ، ﺇِﻥِ ﺍﻋْﺘَﻘَﺪَ ﺍﻟْﻌَﺎﻣِﻲُّ، ﺃَﻭِ ﺍﻟْﻌَﺎﻟِﻢُ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﺄَﻭْﺟَﻪِ، ﺍﻟْﻜُﻞَّ ﻓَﺮْﺿًﺎ ﺻَﺤَّﺖْ، ﺃَﻭْ ﺳُﻨَّﺔً ﻓَﻠَﺎ. ﻭَ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢُ ﺑِﻜَﻴْﻔِﻴَّﺘِﻬَﺎ ﺍﻟْﺂﺗِﻲْ ﺑَﻴَﺎﻧُﻬَﺎ ﻗَﺮِﻳْﺒًﺎ، ﺇِﻥْ ﺷَﺎﺀَ ﺍﻟﻠﻪُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ .
Ketahuilah juga, bahwa disyaratkan dalam keabsahan shalat untuk mengetahui kefardhuannya shalat, maka jikalau tidak mengetahui kefardhuan asli shalat,  atau kefardhuan shalat yang sedang dilaksanakan  maka shalat tidaklah sah seperti keterangan dalam Majmū‘ -nya, dan harus dapat membedakan kefardhuan dari kesunnahan shalat. Benar harus dapat membedakan, namun jika seorang yang awam  ataupun orang yang alim – menurut pendapat yang unggul – meyakini seluruh hal yang ada dalam shalat adalah fardhu, maka shalatnya sah atau seluruhnya sunnah, maka tidaklah sah, dan harus mengetahui tata cara shalat yang akan dijelaskan sebentar lagi – in syā’ Allāh ta‘ālā.


selanjutnya klik disini

1 | 2 |3 |4 |5