PASAL: MAKSIAT HATI
ﻓَﺼْﻞٌ : ﻓﻲ ﻣَﻌﺎﺻِﻲ ﺍﻟﻘَﻠْﺐِ ﻭﻣِﻦْ ﻣَﻌﺎﺻِﻲ ﺍﻟﻘَﻠْﺐِ : ﺍﻟﺮِّﻳﺎﺀُ ﺑِﺄَﻋْﻤﺎﻝِ ﺍﻟﺒِﺮِّ، ﻭﻫﻮ ﺍﻟﻌَﻤَﻞُ ﻟِﺄَﺟْﻞِ [ ﻧَﻴْﻞِ ﺍﻟﻤَﻨْﺰِﻟَﺔِ ﻭﺍﻟﺘَّﻌْﻈِﻴﻢِ ﻋِﻨْﺪَ ] ﺍﻟﻨّﺎﺱِ، ﻭﻳُﺤْﺒِﻂُ ﺛَﻮﺍﺑَﻬﺎ [ ﺇﺫﺍ ﻗﺎﺭَﻥَ ﺍﻟﻌَﻤَﻞَ ] ، ﻛَﺎﻟﻌُﺠْﺐِ ﺑِﻄﺎﻋَﺔِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺗَﻌﺎﻟَﻰ [ ﺍﻟﻤَﺬْﻛُﻮﺭِ ﻓﻲ ﺍﻟﻨُّﻘْﻄَﺔِ ﺍﻟﺘّﺎﻟِﻴَﺔِ ] ؛ [ ﻭﺍﻟﻌُﺠْﺐُ ﺑِﺎﻟﻄﺎﻋَﺔِ ] ، ﻭﻫﻮ ﺷُﻬُﻮﺩُ ﺍﻟﻌِﺒﺎﺩَﺓِ ﺻﺎﺩِﺭَﺓً ﻋَﻦِ ﺍﻟﻨّﻔْﺲِ، [ﻭﺗَﻌْﻈِﻴﻢُ ﻧَﻔْﺴِﻪِ ﻣِﻦْ ﺃَﺟْﻠِﻬﺎ، ﻟِﻜَﻮْﻧِﻪِ ] ﻏﺎﺋِﺒًﺎ ﻋَﻦْ [ ﺗَﺬَﻛُّﺮِ ] ﺍﻟﻤِﻨَّﺔِ [ﺃﻱ ﺃﻧَّﻬﺎ ﻓَﻀْﻞٌ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻠﻪِ ] ؛ ﻭﺍﻟﺸَّﻚُّ ﻓﻲ ﺍﻟﻠﻪِ [ ﻭﻫﻮ ﻛُﻔْﺮٌ ] ؛ ﻭﺍﻷَﻣْﻦُ ﻣِﻦْ ﻣَﻜْﺮِ [ﺃﻱ ﻋِﻘﺎﺏِ ] ﺍﻟﻠﻪِ، [ ﻭﻣَﻌْﻨﺎﻩُ ﺍﻻﺳْﺘِﺮْﺳﺎﻝُ ﻓﻲ
ﺍﻟﻤَﻌﺎﺻِﻲ ﺍﺗِّﻜﺎﻟًﺎ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﺔِ ]؛ ﻭﺍﻟﻘُﻨُﻮﻁُ ﻣِﻦْ ﺭَﺣْﻤَﺔِ ﺍﻟﻠﻪِ، [ ﻭﻫﻮ ﺍﻟﺠَﺰْﻡُ ﺑِﺄﻧَّﻪُ ﻻ ﺑُﺪَّ ﺃﻥْ ﻳُﻌَﺬِّﺑَﻪُ ﻓﻲ ﺍﻵﺧِﺮَﺓِ ] ؛ ﻭﺍﻟﺘَّﻜَﺒُّﺮُ ﻋﻠﻰ ﻋِﺒﺎﺩِ ﺍﻟﻠﻪِ، ﻭﻫﻮ ﺭَﺩُّ ﺍﻟﺤَﻖِّ، ﻭﺍﺳْﺘِﺤْﻘﺎﺭُ ﺍﻟﻨّﺎﺱِ، ﻭﺭُﺅْﻳَﺘُﻪُ ﺃﻧَّﻪُ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِﻦْ ﻛَﺜِﻴﺮٍ ﻣِﻦْ ﺧَﻠْﻖِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺗَﻌﺎﻟَﻰ [ ﻣَﻊَ ﺃﻧَّﻪُ ﻳَﺠْﻬَﻞُ ﺍﻟﺨﺎﺗِﻤَﺔَ ] ؛ ﻭﺍﻟﺤِﻘْﺪُ، ﻭﻫﻮ ﺇﺿْﻤﺎﺭُ ﺍﻟﻌَﺪﺍﻭَﺓِ [ ﺑِﺎﻟﻌَﺰْﻡِ ﻋﻠﻰ ﺍﻹﺿْﺮﺍﺭِ ﺑِﻤُﺴْﻠِﻢٍ، ﻭﺃﻣّﺎ ] ﺇﺫﺍ ﻋَﻤِﻞَ ﺑِﻤُﻘْﺘَﻀﺎﻩُ ﻭﻟﻢ ﻳَﻜْﺮَﻫْﻪُ [ﻓﻬﻮ ﻣَﻌْﺼِﻴَﺔٌ ﺃُﺧْﺮَﻯ ]؛ ﻭﺍﻟﺤَﺴَﺪُ، ﻭﻫﻮ ﻛَﺮﺍﻫِﻴَﺔُ ﺍﻟﻨِّﻌْﻤَﺔِ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤُﺴْﻠِﻢِ ﻭﺍﺳْﺘِﺜْﻘﺎﻟُﻬﺎ [ ﻋﻠﻴﻪ ] ﺇﺫﺍ ﻟﻢ ﻳَﻜْﺮَﻫْﻪُ ﺃﻭ ﻋَﻤِﻞَ ﺑِﻤُﻘْﺘَﻀﺎﻩُ؛ ﻭﺍﻟﻤَﻦُّ ﺑِﺎﻟﺼَّﺪَﻗَﺔِ [ ﺃﻱ ﺃﻥْ ﻳُﻌَﺪِّﺩَ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺸَّﺨْﺺِ ﺇﺣْﺴﺎﻧَﻪُ ﺇﻟَﻴْﻪِ ﺑِﻘَﺼْﺪِ ﺍﻹﻳﺬﺍﺀِ ] ، ﻭﻳُﺒﻄِﻞُ ﺛَﻮﺍﺑَﻬﺎ؛ ﻭﺍﻹﺻْﺮﺍﺭُ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺬَّﻧْﺐِ [ﻭﻫﻮ ﺗَﺼْﻤِﻴﻢُ ﺍﻟﻘَﻠْﺐِ ﻋﻠﻰ ﺗَﻜْﺮﺍﺭِﻩِ ]؛ ﻭﺳُﻮﺀُ ﺍﻟﻈَّﻦِّ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ [ ﻭﻗَﺪْ ﻳَﺼِﻞُ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻜُﻔْﺮِ ] ؛ ﻭ [ ﺳُﻮﺀُ ﺍﻟﻈَّﻦِّ ] ﺑِﻌﺒﺎﺩِ ﺍﻟﻠﻪِ [ﺑِﻼ ﻣُﺴَﻮِّﻍٍ ﺷَﺮْﻋِﻲٍّ ] ؛ ﻭﺍﻟﺘَّﻜْﺬِﻳﺐُ ﺑِﺎﻟﻘَﺪَﺭِ [ ﻭﻫﻮ ﻛُﻔْﺮٌ ] ؛ ﻭﺍﻟﻔَﺮَﺡُ ﺑِﺎﻟﻤَﻌْﺼِﻴَﺔِ ﻣﻨﻪ ﺃﻭ ﻣِﻦْ ﻏَﻴْﺮِﻩِ؛ ﻭﺍﻟﻐَﺪْﺭُ [ﻭﻫﻮ ﻧَﻘْﺾُ ﺍﻟﻌَﻬْﺪِ ﻭﺧِﻴﺎﻧَﺔُ ﺍﻷَﻣﺎﻧَﺔِ ] ، ﻭﻟﻮ ﺑِﻜﺎﻓِﺮٍ؛ ﻭﺍﻟﻤَﻜْﺮُ [ﺃﻱ ﺍﻟﺨَﺪِﻳﻌَﺔُ ﻟِﻺﺿْﺮﺍﺭِ ] ؛ ﻭﺑُﻐْﺾُ ﺍﻟﺼَّﺤﺎﺑَﺔِ ﻭﺍﻵﻝِ ﻭﺍﻟﺼّﺎﻟِﺤِﻴﻦَ [ﻭﺑُﻐْﺾُ ﺟَﻤِﻴﻌِﻬِﻢْ ﻛُﻔْﺮٌ ]، ﻭﺍﻟﺒُﺨْﻞُ ﺑِﻤﺎ ﺃَﻭْﺟَﺐَ ﺍﻟﻠﻪُ، ﻭﺍﻟﺸُّﺢُّ [ ﺃﻱ ﺍﻟﺤِﺮْﺹُ ﻋﻠﻰ ﺃَﺧْﺬِ ﻣﺎ ﻓﻲ ﺃَﻳْﺪِﻱ ﺍﻟﻨّﺎﺱِ ﻭﻟﻮ ﺑِﺎﻟﺤَﺮﺍﻡِ ] ، ﻭﺍﻟﺤِﺮْﺹُ [ﺃﻱ ﺍﻟﻄَّﻤَﻊَ ﻓﻲ ﺣَﻖِّ ﻏَﻴْﺮِﻙَ ]، ﻭﺍﻻﺳْﺘِﻬﺎﻧَﺔُ ﺑِﻤﺎ ﻋَﻈَّﻢَ ﺍﻟﻠﻪُ [ﻭﻫﻲ ﻛُﻔْﺮٌ ﺇﻥْ ﻛﺎﻧَﺖْ ﺑِﻤَﻌْﻨَﻰ ﺍﻻﺳْﺘِﺨْﻔﺎﻑِ، ﻭﻣَﻌْﺼِﻴَﺔٌ ﺩُﻭﻥَ ﺍﻟﻜُﻔْﺮِ ﺇﻥْ ﻛﺎﻧَﺖْ ﺑِﻤَﻌْﻨَﻰ ﻣﺎ ﻳُﺸْﻌِﺮُ ﺑِﻤُﺠَﺮَّﺩِ ﺍﻹﺧْﻼﻝِ ﺑِﻮﺍﺟِﺐِ ﺍﻟﺘَّﻌْﻈِﻴﻢِ ] ، ﻭﺍﻟﺘَّﺼْﻐِﻴﺮُ ﻟِﻤﺎ ﻋَﻈَّﻢَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻣِﻦْ ﻃﺎﻋَﺔٍ ﺃﻭ ﻣَﻌْﺼِﻴَﺔٍ ﺃﻭ ﻗُﺮْﺁﻥٍ ﺃﻭ ﻋِﻠْﻢٍ [ ﺷَﺮْﻋِﻲٍّ ] ﺃﻭ ﺟَﻨَّﺔٍ ﺃﻭ ﻧﺎﺭٍ، [ ﻭﻫﻮ ﻛُﻔْﺮٌ ] .
Diantara maksiat hati ialah :
1. Ria dengan amal kebaikan,
yaitu beramal kebaikan agar mendapat pujian dari manusia. Ria dapat meleburkan pahalanya,
seperti dosa ujub dengan taat kepada Alloh, yaitu merasa atau mengakui bahwa ibadahnya
(termasuk hasil usaha) itu timbul dari jiwanya atau usahanya semata-mata lepas dari karunia Alloh (padahal semua itu atas pertolongan dan hidayah Alloh).
2. Meragukan adanya Alloh (kesempurnaanNya dan sifat-sifat yang wajib bagi Nya), Merasa aman dari murka Alloh SWT padahal dosanya melimpah dan amal ibadahnya tidak sempurna atau malas, putus asa dari rahmat Alloh, padahal Alloh itu Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
3. Takabur atau sombong terhadap hamba-hamba Alloh, Yaitu menolak perkara yang hak atau benar, menghina manusia dan memandangnya bahwa ia lebih baik atau lebih unggul daripada kebanyakan makhluk Alloh (padahal siapa tahu pada hakikatnya orang lain lebih baik daripadanya dan siapa tahu pula mendadak Alloh menghilangkan keluhuran derajat atau pangkatnya dan mengangkat orang lain yang dianggapnya hina atau rendah. Maka pada hakikatnya orang yang paling bodoh di dunia ini adalah orang yang takabur, disamping orang yang musyrik).
4. Hiqdu (dendam)
Yaitu menyembunyikan rasa permusuhan. Apabila orang yang dendam itu mengerjakan tuntutannya, maka ia tidak mengingkari rasa dendamnya (yaitu selalu mencari kesempatan untuk mencelakakan orang lain).
5. Hasud Yaitu membenci kenikmatan yang ada pada orang muslim dan batinnya merasa tertekan apabila ia tidak membencinya atau tidak memenuhi tuntutan hasudnya (yaitu berusaha menghilangkan nikmat orang lain).
6. Menyebut-nyebut kebaikan sedekah Menyebut-nyebut kebaikan sedekah itu dapat meleburkan pahalanya. Dan membiasakan mengerjakan dosa.
7. Buruk sangka kepada Alloh, (padahal orang mukmin diharuskan selalu mengharapkan rahmat Alloh, disamping bertobat dan berusaha). Berburuk sangka kepada hamba Alloh (mukmin yang shaleh, kecuali terhadap orang yang benar-benar jahat maka buruk sangkanya itu tidak berdosa). Dan mendustakan takdir/ qadha Alloh (menganggap semua kejadian bahkan yang dianggapnya tidak masuk akal bukan merupakan takdir Alloh).
8. Merasa gembira melakukan perbuatan maksiat, baik yang dilakukannya sendiri atau yang dilakukan oleh orang lain dan mengingkari janji walaupun kepada orang kafir.
9. Menipu dan membenci sahabat Nabi Saw beserta keluarganya dan orang-orang shaleh.
10. Bakhil atau enggan melaksanakan kewajiban dari Alloh (missal zakat dan sebagainya), kikir, tamak terhadap harta orang lain, rakus terhadap harta, menghina perkara dan menganggap kecil perkara yang diagungkan Alloh.
PASAL: MAKSIAT PERUT
ﻓَﺼْﻞٌ : ﻓﻲ ﻣَﻌﺎﺻِﻲ ﺍﻟﺒَﻄْﻦِ ﻭﻣِﻦْ ﻣَﻌﺎﺻِﻲ ﺍﻟﺒَﻄْﻦِ : ﺃﻛْﻞُ ﺍﻟﺮِّﺑﺎ؛ ﻭ [ﺃﻛْﻞُ ] ﺍﻟﻤَﻜْﺲِ [ﺃﻱ ﺍﻟﻀَّﺮﺍﺋِﺐِ ] ؛ ﻭ [ﺃﻛْﻞُ ] ﺍﻟﻐَﺼْﺐِ؛ ﻭ [ﺃﻛْﻞُ ] ﺍﻟﺴَّﺮِﻗَﺔِ؛ ﻭ [ﺃﻛْﻞُ ] ﻛُﻞِّ ﻣَﺄْﺧُﻮﺫٍ ﺑِﻤُﻌﺎﻣَﻠَﺔٍ ﺣَﺮَّﻣَﻬﺎ ﺍﻟﺸَّﺮْﻉُ؛ ﻭﺷُﺮْﺏُ ﺍﻟﺨَﻤْﺮِ، ﻭﺣَﺪُّ ﺍﻟﺸّﺎﺭِﺏِ [ ﺃﻱ ﻋُﻘُﻮﺑَﺘُﻪُ ﺍﻟﻤُﺤَﺪَّﺩَﺓُ ﻓﻲ ﺍﻟﺸَّﺮْﻉِ ] ﺃَﺭْﺑَﻌُﻮﻥَ ﺟَﻠْﺪَﺓً ﻟِﻠْﺤُﺮِّ، ﻭﻧِﺼْﻔُﻬﺎ ﻟِﻠﺮَّﻗِﻴﻖِ، ﻭﻟِﻺﻣﺎﻡِ ﺍﻟﺰِّﻳﺎﺩَﺓُ ﺗَﻌْﺰِﻳﺮًﺍ [ﺃﻱ ﺗَﺄْﺩِﻳﺒًﺎ ] ؛ ﻭﻣﻨﻬﺎ ﺃﻛْﻞُ [ﻭﺷُﺮْﺏُ ] ﻛُﻞِّ ﻣُﺴْﻜِﺮٍ؛ ﻭ [ﺃﻛْﻞُ ﻭﺷُﺮْﺏُ ] ﻛُﻞِّ ﻧَﺠِﺲٍ؛ ﻭ [ﺃﻛْﻞُ ﻭﺷُﺮْﺏُ ﻛﻞِّ ] ﻣُﺴْﺘَﻘْﺬَﺭٍ؛ ﻭﺃﻛْﻞُ ﻣﺎﻝِ ﺍﻟﻴَﺘِﻴﻢِ؛ ﺃﻭ [ﺃﻛْﻞُ ] ﺍﻷَﻭْﻗﺎﻑِ ﻋﻠﻰ ﺧِﻼﻑِ ﺷَﺮْﻁِ ﺍﻟﻮﺍﻗِﻒِ؛ ﻭ [ﺃﻛْﻞُ ] ﺍﻟﻤَﺄْﺧُﻮﺫِ ﺑِﻮَﺟْﻪِ ﺍﻟﺤَﻴﺎﺀِ .
Diantara maksiat perut ialah :
1. Memakan barang riba
2. Pungutan liar (pajak liar)
3. Menggasab (memakan atau mengambil barang orang lain dengan terang-terangan tanpa izin dan tidak bertujuan untuk dimiliki)
4. Mencuri, yaitu mengambil barang orang lain dengan sembunyi-sembunyi dan untuk di miliki serta setiap penganmbilan atau penerimaan barang dengan cara yang diharamkan oleh hukum syara’.
5. Minum arak dan hukumannya ialah dengan 40 kali dera pada badan bagi orang merdeka dan 20 kali bagi hamba sahaya, sedangkan bagi imam (pemerintah) boleh menambahnya dengan hukuman ta’zir.
6. Memakan barang yang memabukkan (misalnya madat, ganja, narkotik dsb) 7. Memakan setiap barang yang najis (misalnya darah, bangkai dan daging hewan yang haram dimakan) dan barang yang dianggap menjijikan (misalnya ingus, dan sebagainya yang dianggap menjijikan oleh kebanyakan orang yang beradab).
8. Makan harta benda anak yatim tanpa hak atau harta wakaf dengan menyalahi persyaratan yang ditentukan oleh wakif, dan barang yang diberikan oleh pemberi karena merasa malu atau takut kalau ia tidak memberikannya (misalnya suapan dsb).
MAKSIAT MATA
ﻓَﺼْﻞٌ : ﻓﻲ ﻣَﻌﺎﺻِﻲ ﺍﻟﻌَﻴْﻦِ
ﻭﻣِﻦْ ﻣَﻌﺎﺻِﻲ ﺍﻟﻌَﻴْﻦِ : ﺍﻟﻨَّﻈَﺮُ [ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺮِّﺟﺎﻝِ ] ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻨِّﺴﺎﺀِ ﺍﻷَﺟْﻨَﺒِﻴّﺎﺕِ [ ﺑِﺸَﻬْﻮَﺓٍ ﻣُﻄْﻠَﻘًﺎ، ﻭﺑِﻐَﻴْﺮِ ﺷَﻬْﻮَﺓٍ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥَ ﺇﻟﻰ ﻏَﻴْﺮِ ﺍﻟﻮَﺟْﻪِ ﻭﺍﻟﻜَﻔَّﻴْﻦِ، ﻭﻗِﻴﻞَ ﻭﺑِﻐَﻴْﺮِ ﺷَﻬْﻮَﺓٍ ﺇﻟَﻴْﻬِﻤﺎ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥَ ﻟِﻐَﻴْﺮِ ﺣﺎﺟَﺔٍ ﻛَﻤُﻌﺎﻣَﻠَﺔٍ ] ، ﻭﻛَﺬﺍ [ ﻳَﺤْﺮُﻡُ ] ﻧَﻈَﺮُﻫُﻦَّ ﺇﻟَﻴْﻬِﻢْ [ ﺃﻱ ﻧَﻈَﺮُ ﺍﻟﻨِّﺴﺎﺀِ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺮِّﺟﺎﻝِ ﺍﻷﺟﺎﻧِﺐِ ﻣُﻄْﻠَﻘًﺎ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥَ ﺑِﺸَﻬْﻮَﺓٍ، ﻭﺇﻟﻰ ﻣﺎ ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟﺴُّﺮَّﺓِ ﻭﺍﻟﺮُّﻛْﺒَﺔِ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥَ ﺑِﺪُﻭﻥِ ﺷَﻬْﻮَﺓٍ ] ؛ ﻭ [ ﻳَﺤْﺮُﻡُ ] ﻧَﻈَﺮُ ﺍﻟﻌَﻮْﺭﺍﺕِ [ ﻣِﻦَ ﺍﻵﺧَﺮِﻳﻦَ ﻣُﻄْﻠَﻘًﺎ ﻟِﻐَﻴْﺮِ ﺣﺎﺟَﺔٍ ﺷَﺮْﻋِﻴَّﺔٍ ] : ﻓَﻴَﺤْﺮُﻡُ ﻧَﻈَﺮُ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞِ ﺇﻟﻰ ﺷَﻲْﺀٍ ﻣِﻦْ ﺑَﺪَﻥِ ﺍﻟﻤَﺮْﺃَﺓِ ﺍﻷَﺟْﻨَﺒِﻴَّﺔِ ﻏَﻴْﺮِ ﺍﻟﺤَﻠِﻴﻠَﺔِ [ﺳِﻮَﻯ ﺍﻟﻮَﺟْﻪِ ﻭﺍﻟﻜَﻔَّﻴْﻦِ، ﻭﻳَﺤْﺮُﻡُ ﻋﻠﻰ ﻏَﻴْﺮِ ﺍﻟﺤَﻠِﻴﻠَﺔِ ﻧَﻈَﺮُ ﻣﺎ ﺑَﻴْﻦَ ﺳُﺮَّﺓِ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞِ ﻭﺭُﻛْﺒَﺘِﻪِ ] ؛ ﻭﻳَﺤْﺮُﻡُ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻛَﺸْﻒُ ﺷَﻲْﺀٍ ﻣِﻦْ ﺑَﺪَﻧِﻬﺎ [ﺳِﻮَﻯ ﺍﻟﻮَﺟْﻪِ ﻭﺍﻟﻜَﻔَّﻴْﻦِ ] ﺑِﺤَﻀْﺮَﺓِ ﻣَﻦْ ﻳَﺤْﺮُﻡُ ﻧَﻈَﺮُﻩُ ﺇﻟَﻴْﻬﺎ [ ﺃﻱ ﺇﻟﻰ ﻋَﻮْﺭَﺗِﻬﺎ، ﻭﻫﻲ ﻣﺎ ﺳِﻮﺍﻫُﻤﺎ ] ،ﻭﻳَﺤْﺮُﻡُ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻭﻋﻠﻴﻪ [ ﺃﻱ ﻋﻠﻰ ﻛُﻞٍّ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞِ ﻭﺍﻟﻤَﺮْﺃَﺓِ ] ﻛَﺸْﻒُ ﺷَﻲْﺀٍ ﻣِﻤّﺎ ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟﺴُّﺮَّﺓِ ﻭﺍﻟﺮُّﻛْﺒَﺔِ ﺑِﺤَﻀْﺮَﺓِ ﻣُﻄَّﻠِﻊٍ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌَﻮْﺭﺍﺕِ، ﻭﻟَﻮْ ﻣَﻊَ [ ﻛَﻮْﻧِﻪِ ﻣِﻦْ ] ﺟِﻨْﺴِـ [ ـﻪِ ﺃﻭ ﺟِﻨْﺴِﻬﺎ ]، ﻏَﻴْﺮِ ﺣَﻠِﻴﻞٍ، ﻭﻳَﺤْﺮُﻡُ ﻋﻠﻴﻬﻤﺎ ﻛَﺸْﻒُ ﺍﻟﺴَّﻮْﺃَﺗَﻴْﻦِ [ ﻣﻨﻪ، ﻭﻣﺎ ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟﺴُّﺮَّﺓِ ﻭﺍﻟﺮُّﻛْﺒَﺔِ ﻣﻨﻬﺎ ] ، ﻓﻲ ﺍﻟﺨَﻠْﻮَﺓِ ﻟِﻐَﻴْﺮِ ﺣﺎﺟَﺔٍ، ﺇﻟّﺎ ﻟِﺤَﻠِﻴﻞٍ، ﻭﺣَﻞَّ ﻣَﻊَ ﻣَﺤْﺮَﻣِﻴَّﺔٍ، ﺃﻭ ﻣَﻊَ ﺟِﻨْﺴِﻴَّﺔٍ، ﺃﻭ [ ﺇﻟﻰ ] ﺍﻟﺼَّﻐِﻴﺮِ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﻻ ﻳُﺸﺘَﻬَﻰ [ﻭﻟﻮ ﺑِﻼ ﻣَﺤْﺮَﻣِﻴَّﺔٍ ﻭﻻ ﺟِﻨْﺴِﻴَّﺔٍ ] ، ﻧَﻈَﺮُ ﻣﺎ ﻋَﺪﺍ ﻣﺎ ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟﺴُّﺮَّﺓِ ﻭﺍﻟﺮُّﻛْﺒَﺔِ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥَ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﺷَﻬْﻮَﺓٍ، ﺇﻟّﺎ [ ﺇﻟﻰ ] ﺻَﺒِﻲٍّ ﻭﺻَﺒِﻴَّﺔٍ ﺩُﻭﻥَ ﺳِﻦِّ ﺍﻟﺘَّﻤْﻴِﻴﺰِ ﻓﻴَﺤِﻞُّ ﻧَﻈَﺮُﻩُ [ ﺃﻱ ﻛُﻞِّ ﺟِﺴْﻤِﻪِ ]، ﻣﺎ ﻋَﺪﺍ ﻓَﺮْﺝَ ﺍﻷُﻧْﺜَﻰ ﻟِﻐَﻴْﺮِ ﺃُﻣِّﻬﺎ، [ﻭﺣَﻞَّ ﻛﻞُّ ﺫٰﻟﻚ ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞِ ﻭﺯَﻭْﺟَﺘِﻪِ ] . ﻭﻳَﺤْﺮُﻡُ ﺍﻟﻨَّﻈَﺮُ ﺑِﺎﺳْﺘِﺤْﻘﺎﺭٍ ﺇﻟﻰ ﻣُﺴْﻠِﻢٍ؛ ﻭﺍﻟﻨَّﻈَﺮُ ﻓﻲ ﺑَﻴْﺖِ ﺍﻟﻐَﻴْﺮِ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﺇﺫْﻧِﻪِ؛ ﺃﻭ [ ﺍﻟﻨَّﻈَﺮُ ] ﻓﻲ ﺷَﻲْﺀٍ ﺃَﺧْﻔﺎﻩُ ﻛَﺬٰﻟﻚ؛ ﻭﻣُﺸﺎﻫَﺪَﺓُ ﺍﻟﻤُﻨْﻜَﺮِ [ﺑِﺤُﻀُﻮﺭِﻩِ ] ﺇﺫﺍ ﻟﻢ ﻳُﻨْﻜِﺮْ، ﺃﻭ ﻳُﻌﺬَﺭْ، ﺃﻭ ﻟﻢ ﻳُﻔﺎﺭِﻕْ .
Di antara maksiat mata ialah :
1. Laki-laki melihat wanita ajnaby (bukan mahram atau bukan istrinya tanpa penghalang).
2. Wanita melihat laki-laki lain (tanpa penghalang)
3. Melihat aurat (baik sesama jenis laki-laki atau wanita) dan haram bagi laki-laki melihat sesuatu dari badan wanita ajnaby (bukan mahram) selain istrinya.
Keterangan : Haram melihat aurat, karena pada umumnya melihat aurat dapat menimbulkan fitnah, (yaitu menggerakkan syahwat) oleh karena itu hukum syara’ menutup pintu fitnah tersebut.
Firman Alloh : “Katakanlah kepada laki-laki yang mukmin : hendaklah mereka menahan pandangan atau penglihatannya dari kaum wanita dan peliharalah kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih baik atau suci dari mereka, sesungguhnya Aloh Maha Mengetahui apa-apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah kepada kaum wanita yang mukmin hendaklah merekapun hendaklah menahan pandangan atau penglihatannya (dari kaum laki-laki) dan peliharalah kemaluannya dan janganlah mereka menampakkna perhiasannya kecuali yang biasa tampak darinya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suaminya…”(QS. An-Nur 30-31) v Bagi suami diperbolehkan melihat seluruh badan istrinya kecuali melihat farjinya. Melihat farji istrinya hukumnya makruh dan di dalam hadis Nabi Saw disabdakan bahwa melihat lubang farji istri itu dapat menimbulkan kebuataan baik bagi yang melihatnya ataupun bagi anaknya yang akan lahir. Kecuali dalam pengobatan, bagi yang mengobati diperbolehkan melihat aurat pasiennya sekedar anggota yang diperlukan saja.
4. Haram bagi wanita membuka sesuatu dari anggota badannya di depan laki-laki yang haram melihatnya.
5. Haram bagi laki-laki dan wanita membuka sesuatu dari badannya diantara pusar dan lutut di depan orang yang bisa melihat auratnya, walaupun sama jenisnya (laki-laki dengan laki-laki, wanita dengan wanita) atau mahramnya selain suami atau istrinya.
6. Haram bagi laki-laki atau wanita membuka lubang depan (qubul) atau belakang (dubur) di kamarnya selain karena kebutuhan (misalnya pengobatan, kegerahan, mandi, menjaga pakaian dari kotoran) kecuali bagi suaminya.
7. Diperbolehkan melihat anggota tubuh orang lain selain anggota tubuh yang ada diantara pusar dan lututnya, apabila tanpa terdorong oleh nafsu-syahwatnya, uga yang dilihatnya itu masih mahramnya atau sesame jenisnya dan atau anak kecil yang tidak wajar dicintai. Boleh melihat anggota tubuh orang lain apabila orang yang dilihatnya itu anak kecil yang masih ingusan atau di bawah usia tamyiz (± 5 tahun kebawah = balita). Dalam hal ini pun masih ada yang tidak diperbolehkan, yakni kemaluan atau farjinya jika anak itu perempuan, kecuali bagi ibunya.
8. Haram memandang kepada orang muslim dengan sinis melihat-lihat keadaan rumah orang lain tanpa izin atau barang apa saja yang dirahasiakan oleh yang punyanya tanpa izin pula.
9. Haram menyaksikan perbuatan mungkar (maksiat) apabila tidak mengingkarinya atau tidak karena udzur syara’ (misalnya tidak mampu melenyapkannya) atau tidak bisa meninggalkan tempatnya. Sangat penting mengingkarinya dalam hati apabila melihat perbuatan mungkar tersebut).
MAKSIAT TANGAN
ﻓَﺼْﻞٌ : ﻓﻲ ﻣَﻌﺎﺻِﻲ ﺍﻟﻴَﺪِ ﻭﻣِﻦْ ﻣَﻌﺎﺻِﻲ ﺍﻟﻴَﺪِ : ﺍﻟﺘَّﻄْﻔِﻴﻒُ ﻓﻲ ﺍﻟﻜَﻴْﻞِ ﻭﺍﻟﻮَﺯْﻥِ ﻭﺍﻟﺬَّﺭْﻉِ [ ﺃﻱ ﺍﻟﻐِﺶُّ ﻓِﻴﻬﺎ ] ؛ ﻭﺍﻟﺴَّﺮِﻗَﺔُ، ﻭﻳُﺤَﺪُّ ﺇﻥْ ﺳَﺮَﻕَ ﻣﺎ ﻳُﺴﺎﻭِﻱ ﺭُﺑْﻊَ ﺩِﻳﻨﺎﺭٍ ﻣِﻦْ ﺣِﺮْﺯِﻩِ ﺑِﻘَﻄْﻊِ ﻳَﺪِﻩِ ﺍﻟﻴُﻤْﻨَﻰ، ﺛُﻢَّ ﺇﻥْ ﻋﺎﺩَ ﻓَﺮِﺟْﻠُﻪُ ﺍﻟﻴُﺴْﺮَﻯ، ﺛُﻢَّ ﻳَﺪُﻩُ ﺍﻟﻴُﺴْﺮَﻯ، ﺛُﻢَّ ﺭِﺟْﻠُﻪُ ﺍﻟﻴُﻤْﻨَﻰ؛ ﻭﻣﻨﻬﺎ ﺍﻟﻨَّﻬْﺐُ؛ ﻭﺍﻟﻐَﺼْﺐُ؛ ﻭﺍﻟﻤَﻜْﺲُ؛ ﻭﺍﻟﻐُﻠُﻮﻝُ؛ ﻭﺍﻟﻘَﺘْﻞُ [ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﺣَﻖٍّ ] ، ﻭﻓﻴﻪ ﺍﻟﻜَﻔّﺎﺭَﺓُ ﻣُﻄْﻠَﻘًﺎ [ ﺃﻱ ﺣَﺘّﻰ ﻓﻲ ﺍﻟﺨَﻄَﺄِ ] ، ﻭﻫﻲ ﻋِﺘْﻖُ ﺭَﻗَﺒَﺔٍ ﻣُﺆْﻣِﻨَﺔٍ ﺳَﻠِﻴﻤَﺔٍ، ﻓَﺈﻥْ ﻋَﺠَﺰَ ﺻﺎﻡَ ﺷَﻬْﺮَﻳْﻦِ ﻣُﺘَﺘﺎﺑِﻌَﻴْﻦِ؛ ﻭﻓﻲ ﻋَﻤْﺪِﻩِ ﺍﻟﻘِﺼﺎﺹُ ﺇﻟّﺎ ﺇﻥْ ﻋَﻔَﻰ ﻋﻨﻪ [ ﺍﻟﻮﺍﺭِﺙُ ] ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺪِّﻳَﺔِ ﺃﻭ ﻣﺠَّﺎﻧًﺎ، ﻭﻓﻲ ﺍﻟﺨَﻄَﺄِ ﻭﺷِﺒْﻬِﻪِ ﺍﻟﺪِّﻳَﺔُ، ﻭﻫﻲ ﻣِﺎﺋَﺔٌ ﻣِﻦَ ﺍﻹﺑِﻞِ ﻓﻲ ﺍﻟﺬَّﻛَﺮِ ﺍﻟﺤُﺮِّ ﺍﻟﻤُﺴْﻠِﻢِ، ﻭﻧِﺼْﻔُﻬﺎ ﻓﻲ ﺍﻷُﻧْﺜَﻰ ﺍﻟﺤُﺮَّﺓِ ﺍﻟﻤُﺴْﻠِﻤَﺔِ، ﻭﺗَﺨْﺘَﻠِﻒُ ﺻِﻔﺎﺕُ [ ﺇﺑِﻞِ ] ﺍﻟﺪِّﻳَﺔِ ﺑِﺤَﺴَﺐِ ﺍﻟﻘَﺘْﻞِ؛ ﻭﻣﻨﻬﺎ ﺍﻟﻀَّﺮْﺏُ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﺣَﻖٍّ؛ ﻭﺃَﺧْﺬُ ﺍﻟﺮَّﺷْﻮَﺓِ؛ ﻭﺇﻋْﻄﺎﺅُﻫﺎ [ﺃﻱ ﺍﻟﺮَّﺷْﻮَﺓِ ﺇﻟّﺎ ﺇﺫﺍ ﺍﺿْﻄُﺮَّ ﺇﻟﻴﻬﺎ ﻟِﺘَﺤْﺼِﻴﻞِ ﺣَﻖٍّ ﺃﻭ ﺩَﻓْﻊِ ﻇُﻠْﻢٍ ] ؛ ﻭﺇﺣْﺮﺍﻕُ ﺍﻟﺤَﻴَﻮﺍﻥِ ﺇﻟّﺎ ﺇﺫﺍ ﺁﺫَﻯ ﻭﺗَﻌَﻴَّﻦَ ﻃَﺮِﻳﻘًﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﺪَّﻓْﻊِ؛ ﻭﺍﻟﻤُﺜْﻠَﺔُ ﺑِﺎﻟﺤَﻴَﻮﺍﻥِ [ ﺃﻱ ﺗَﻘْﻄِﻴﻌُﻪُ ﺣَﻴًّﺎ ] ؛ ﻭﺍﻟﻠَّﻌِﺐُ ﺑِﺎﻟﻨَّﺮْﺩِ، ﻭﺍﻟﻄﺎﺏِ، ﻭﻛُﻞِّ ﻣﺎ ﻓﻴﻪ ﻗِﻤﺎﺭٌ، ﺣَﺘَّﻰ ﻟَﻌِﺐُ ﺍﻟﺼِّﺒْﻴﺎﻥِ ﺑﺎﻟﺠَﻮْﺯِ ﻭﺍﻟﻜِﻌﺎﺏِ [ ﻻ ﻳَﺠُﻮﺯُ ﺃﻥْ ﻳُﺆْﺫَﻥَ ﻟﻬﻢ ﺑﻪ ﺇﻥْ ﻛﺎﻥَ ﻋﻠﻰ ﻭَﺟْﻪٍ ﻣُﺤَﺮَّﻡٍ ] ؛ ﻭﺍﻟﻠّﻬْﻮُ [ﺃﻱ ﺍﻟﻌَﺰْﻑُ ﺍﻟﻤُﻄْﺮِﺏُ ] ﺑِﺂﻻﺕِ ﺍﻟﻠَّﻬْﻮِ [ﺃﻱ ﺍﻟﻤُﻮﺳِﻴﻘﺎ ] ﺍﻟﻤُﺤَﺮَّﻣَﺔِ ﻛَﺎﻟﻄُّﻨْﺒُﻮﺭِ ﻭﺍﻟﺮَّﺑﺎﺏِ ﻭﺍﻟﻤِﺰﻣﺎﺭِ ﻭﺍﻷﻭْﺗﺎﺭِ؛ ﻭﻟﻤَﺲُ ﺍﻷَﺟْﻨَﺒِﻴَّﺔِ [ ﺃﻱ ﻏَﻴْﺮِ ﺯَﻭْﺟَﺘِﻪِ ﻭﺃَﻣَﺘِﻪ ﻭﻣَﺤﺮَﻣِﻪِ ] ﻋَﻤْﺪًﺍ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﺣﺎﺋِﻞٍ [ﻣﻄﻠﻘًﺎ ] ، ﺃﻭ ﺑﻪ ﺑِﺸَﻬْﻮَﺓٍ ﻭﻟَﻮْ ﻣَﻊَ ﺟِﻨْﺲٍ ﺃﻭ ﻣَﺤْﺮَﻣِﻴَّﺔٍ؛ ﻭﺗَﺼْﻮِﻳﺮُ ﺍﻟﺤَﻴﻮﺍﻥِ [ ﺃﻱ ﻣُﺤﺎﻛﺎﺓُ ﺻُﻮﺭَﺓِ ﺫِﻱ ﺭُﻭﺡٍ، ﺳَﻮﺍﺀٌ ﻛﺎﻥَ ﺑِﺤَﺠْﻢٍ ﺃﻡ ﺑِﺪُﻭﻧِﻪِ، ﺳِﻮَﻯ ﺩُﻣْﻴَﺔِ ﺍﻟﺒِﻨْﺖِ ﺍﻟﺼَّﻐِﻴﺮَﺓِ ] ؛ ﻭﻣَﻨْﻊُ ﺍﻟﺰَّﻛﺎﺓِ ﺃﻭ ﺑَﻌْﻀِﻬﺎ، ﺑَﻌْﺪَ ﺍﻟﻮُﺟُﻮﺏِ ﻭﺍﻟﺘّﻤَﻜُّﻦِ، ﺃﻭ ﺇﺧْﺮﺍﺝُ ﻣﺎ ﻻ ﻳُﺠْﺰِﺉُ، ﺃﻭ ﺇﻋْﻄﺎﺅُﻫﺎ ﻣَﻦْ ﻻ ﻳَﺴْﺘَﺤِﻘُّﻬﺎ [ ﻛَﺈﻧْﻔﺎﻗِﻬﺎ ﻓﻲ ﺑِﻨﺎﺀِ ﺍﻟﻤﺴﺎﺟِﺪِ ]؛ ﻭﻣَﻨْﻊُ ﺍﻷَﺟِﻴﺮِ ﺃُﺟْﺮَﺗَﻪُ؛ ﻭﻣَﻨْﻊُ ﺍﻟﻤُﻀْﻄَﺮِّ [ ﺍﻟﻤَﻌْﺼُﻮﻡِ ﺍﻟﺪَّﻡِ ] ﻣﺎ ﻳَﺴُﺪُّﻩُ [ ﺃﻱ ﻣﺎ ﻳُﻨْﻘِﺬُﻩُ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻬَﻼﻙِ ] ؛ ﻭﻋَﺪَﻡُ ﺇﻧْﻘﺎﺫِ ﻏَﺮِﻳﻖٍ [ ﻣَﻌْﺼُﻮﻡِ ﺍﻟﺪَّﻡِ ]، ﻣِﻦْ ﻏَﻴْﺮِ ﻋُﺬْﺭٍ ﻓﻴﻬﻤﺎ [ ﺃﻱ ﻫﺬِﻩِ ﻭﺍﻟَّﺘِﻲ ﻗَﺒْﻠَﻬﺎ ] ؛ ﻭﻛِﺘﺎﺑَﺔُ ﻣﺎ ﻳَﺤْﺮُﻡُ ﺍﻟﻨُّﻄْﻖُ ﺑﻪ؛ ﻭﺍﻟﺨِﻴﺎﻧَﺔُ، ﻭﻫﻲ ﺿِﺪُّ ﺍﻟﻨَّﺼِﻴﺤَﺔِ، ﻓَﺘَﺸْﻤَﻞُ ﺍﻷﻓْﻌﺎﻝَ ﻭﺍﻷَﻗْﻮﺍﻝَ ﻭﺍﻷَﺣْﻮﺍﻝَ .
Diantara maksiat kedua tangan ialah :
1. Mengurangi timbangan atau ukuran (hitungan dalam jual beli)
2. Mencuri
3. Merebut, merampas, membegal,
menggasab, memungut pajak secara liar, berkhianat pada barang yang akan dibagikan agar mendapat bagian yang banyak atau lebih dari orang lain.
4. Pembunuh
5. Memukul orang lain tanpa hak dan
menerima suapan atau memberikannya (sama-
sama berdosa)
6. Membakar binatang (meskipun semut),
kecuali binatang itu mengganggu dan tidak ada jalan lain untuk menghindarinya (kecuali dangan membakarnya)
7. Menyiksa binatang dengan memotong telingan atau kakinya dan sebagainya (walaupun terhadap anjing).
8. Bermain dengan menggunakan dadu, sinter, dan setiap permainan yang bersifat perjudian, demikian pula permainan anak-anak yang menggunakan kemiri dan ki’ab (yaitu permainan dengan kuku kaki domba)
9. Bermain dengan menggunakan alat permainan yang diharamkan, misalnya thunbur (semacam biola), rebab, suling, atau terompet dan siter (kecapi).
Pasal: Maksiat Farji (Kemaluan)
ﻓَﺼْﻞٌ : ﻓﻲ ﻣَﻌﺎﺻِﻲ ﺍﻟﻔَﺮْﺝِ
ﻭﻣِﻦْ ﻣَﻌﺎﺻِﻲ ﺍﻟﻔَﺮْﺝِ : ﺍﻟﺰِّﻧﺎ ﻭﺍﻟﻠِّﻮﺍﻁُ، ﻭﻳُﺤَﺪُّ [ ﺑﺎﻟﺰِّﻧﺎ ﺃﻭ ﺍﻟﻠِّﻮﺍﻁِ ] ﺍﻟﺤُﺮُّ ﺍﻟﻤُﺤْﺼَﻦُ، ﺫَﻛَﺮًﺍ ﺃﻭ ﺃُﻧْﺜَﻰ، ﺑِﺎﻟﺮَّﺟْﻢِ ﺑِﺎﻟﺤِﺠﺎﺭَﺓِ ﺍﻟﻤُﻌْﺘَﺪِﻟَﺔِ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﻤُﻮﺕَ، ﻭﻏَﻴْﺮُﻩُ [ﺃﻱ ﻏَﻴْﺮُ ﺍﻟﻤُﺤْﺼَﻦِ ] ﺑِﻤﺎِﺋَﺔِ ﺟَﻠْﺪَﺓٍ ﻭﺗَﻐْﺮِﻳﺐِ ﺳَﻨَﺔٍ ﻟِﻠﺤُﺮِّ، ﻭﻧِﺼْﻒِ ﺫٰﻟﻚ ﻟِﻠﺮَّﻗِﻴﻖِ؛ ﻭﻣﻨﻬﺎ [ﺷُﺬُﻭﺫُ ] ﺇﺗْﻴﺎﻥِ ﺍﻟﺒَﻬﺎﺋِﻢِ ﻭﻟﻮ ﻣِﻠْﻜَﻪُ؛ ﻭﺍﻻﺳْﺘِﻤْﻨﺎﺀُ [ ﺃﻱ ﺍﺳْﺘِﺪْﻋﺎﺀُ ﺧُﺮُﻭﺝِ ﺍﻟﻤَﻨِﻲِّ ] ﺑِﻴَﺪِ ﻏَﻴْﺮِ ﺍﻟﺤَﻠِﻴﻠَﺔِ [ﺃﻱ ﺍﻟﺰَّﻭْﺟَﺔِ ﻭﺍﻷَﻣَﺔِ ﺍﻟَّﺘِﻲ ﺗَﺤِﻞُّ ﻟﻪ ]؛ ﻭﺍﻟﻮَﻁْﺀُ ﻓﻲ ﺍﻟﺤَﻴْﺾِ، ﺃﻭ ﺍﻟﻨِّﻔﺎﺱِ، ﺃﻭ ﺑَﻌْﺪَ ﺍﻧْﻘِﻄﺎﻋِﻬِﻤﺎ ﻭﻗَﺒْﻞَ ﺍﻟﻐُﺴْﻞِ، ﺃﻭ ﺑَﻌْﺪَ ﻏُﺴْﻞٍ ﺑِﻼ ﻧِﻴَّﺔٍ [ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻤُﻐْﺘَﺴِﻠَﺔِ ]، ﺃﻭْ ﻣَﻊَ ﻓَﻘْﺪِ ﺷَﺮْﻁٍ ﻣِﻦْ ﺷُﺮُﻭﻃِﻪِ؛ ﻭﺍﻟﺘَّﻜَﺸُّﻒُ [ﻟِﻠْﻌَﻮْﺭَﺓِ ] ﻋِﻨْﺪَ ﻣَﻦْ ﻳَﺤْﺮُﻡُ ﻧَﻈَﺮُﻩُ ﺇﻟﻴﻪ [ ﺃﻱ ﺇﻟﻰ ﻋَﻮْﺭَﺗِﻪِ ] ، ﺃﻭ ﻓﻲ ﺧَﻠْﻮَﺓٍ ﻟِﻐَﻴْﺮِ ﻏَﺮَﺽٍ [ﻛَﺎﻏْﺘِﺴﺎﻝٍ ﺃﻭ ﺗَﺒَﺮُّﺩٍ ﺃﻭ ﺗَﻤَﺘُّﻊِ ﺯَﻭْﺝٍ ] ، ﻭﺍﺳْﺘِﻘْﺒﺎﻝُ ﺍﻟﻘِﺒْﻠَﺔِ ﺃﻭ ﺍﺳْﺘِﺪْﺑﺎﺭُﻫﺎ ﺑِﺒَﻮْﻝٍ ﺃﻭ ﻏﺎﺋِﻂٍ ﻣِﻦْ ﻏَﻴْﺮِ ﺣﺎﺋِﻞٍ [ ﻛَﻨَﺤْﻮِ ﺟِﺪﺍﺭٍ ﺍﺭْﺗِﻔﺎﻋُﻪُ ﻋﻠﻰ ﺍﻷَﻗَﻞِّ ﺛُﻠُﺜﺎ ﺫِﺭﺍﻉٍ ﺗَﻘْﺮِﻳﺒًﺎ ﻳَﺴْﺘُﺮُ ﺍﻟﻌَﻮْﺭَﺓَ ﺧَﻠْﻔَﻪُ ] ، ﺃﻭ ﻛﺎﻥَ ﻭﺑَﻌُﺪَ ﻋﻨﻪ ﺃَﻛْﺜَﺮَ ﻣِﻦْ ﺛَﻼﺛَﺔِ ﺃَﺫْﺭُﻉٍ، ﺃﻭ ﻛﺎﻥَ ﺃﻗَﻞَّ ﻣِﻦْ ﺛُﻠُﺜَﻲْ ﺫِﺭﺍﻉٍ، ﺇﻟّﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﻤُﻌَﺪِّ ﻟِﺬٰﻟﻚ؛ ﻭﺍﻟﺘَّﻐَﻮُّﻁُ [ ﻭﺍﻟﺘَﺒَﻮُّﻝُ ] ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘَﺒْﺮِ، ﻭﺍﻟﺒَﻮْﻝُ ﻓﻲ ﺍﻟﻤَﺴْﺠِﺪِ ﻭﻟَﻮْ ﻓﻲ ﺇﻧﺎﺀٍ، ﻭ [ﺍﻟﺒَﻮْﻝُ ] ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤُﻌَﻈَّﻢِ [ ﻛَﺎﻟﻤُﺼْﺤَﻒِ، ﻭﻫُﻮَ ﻛُﻔْﺮٌ ﻣَﻬْﻤﺎ ﻛﺎﻥَ ﻣُﺮﺍﺩُﻩُ ] ، ﻭﺗَﺮْﻙُ ﺍﻟﺨِﺘﺎﻥِ ﺑَﻌْﺪَ ﺍﻟﺒُﻠُﻮﻍِ [ﻭﻻ ﻳَﺤْﺮُﻡُ ﻋﻠﻰ ﻭَﺟْﻪٍ ] .
Termasuk maksiat farji, antara lain :
1. Berzina
2. Wathi di dubur. Orang zina harus di had, yaitu dilempari batu dengan ukuran cukup (tak besar tak kecil) hingga mati, bagi laki-laki atau perempuan yang bersuami /beristri (muhsan). Apabila yang berzina itu belum pernah menikah, maka harus dihukum dengan seratus kali cambukan dan dibuang (diasingkan)
selama satu tahun, demikian bagi orang merdeka, jika sahaya, maka hukumannya separuh dari orang merdeka itu.
3. Menjimak binatang meskipun milik sendiri
4. Mengeluarkan mani (onani) dengan selain tangan halibnya (istri/budaknya).
5. Mengumpuli istri (jimak) dalam keadaan haid, nifas setelah tuntas tapi belum mandi, sesudah mandi tapi tidak niat mandi, atau niat mandi tapi salah satu syarat dari syarat-syarat mandi ada yang tidak dipenuhi.
6. Membuka aurat didepan orang yang haram melihat aurat itu atau membuka aurat ditempat sepi tanpa ada hajat.
7. Buang air besar dan kencing dengan menghadap kiblat atau membelakanginya tanpa ada tutup. Kalau pun ada, tapi jauh dari orang itu, lebih dari tiga ratus zirok (satu zirok tambah 60 cm). Kalaupun dekat, tapi kurang dari dua pertiga zirok, kecuali ditempat yang disediakan untuk buang air besar.
8. Berak didalam masjid sekalipun didalam bejana atau berak ditempat yang dihormati
9. Tidak berkhitan setelah baligh.
Pasal: Maksiat Kaki
ﻓَﺼْﻞٌ : ﻓﻲ ﻣَﻌﺎﺻِﻲ ﺍﻟﺮِّﺟْﻞِ
ﻭﻣِﻦْ ﻣَﻌﺎﺻِﻲ ﺍﻟﺮِّﺟْﻞِ : ﺍﻟﻤَﺸْﻲُ ﻓﻲ ﻣَﻌْﺼِﻴَﺔٍ، ﻛَﺎﻟﻤَﺸْﻲِ ﻓﻲ ﺳِﻌﺎﻳَﺔٍ
ﺑِﻤُﺴْﻠِﻢٍ ﺃﻭ ﻗَﺘْﻠِﻪِ ﺃﻭ ﻓِﻴﻤﺎ ﻳَﻀُﺮُّﻩُ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﺣَﻖٍّ [ﻭﻟﻮ ﻟﻢ ﻳَﻔْﻌَﻞْ ﻣﺎ
ﻣَﺸَﻰ ﺇﻟَﻴْﻪِ ]؛ ﻭﺇِﺑﺎﻕُ [ ﺃﻱْ ﻫَﺮَﺏُ ] ﺍﻟﻌَﺒْﺪِ [ ﻣِﻦْ ﺳَﻴِّﺪِﻩِ ] ﻭﺍﻟﺰَّﻭْﺟَﺔِ
[ ﻣِﻦْ ﺯَﻭْﺟِﻬﺎ ] ، ﻭﻣَﻦْ ﻋﻠﻴﻪ ﺣَﻖٌّ ﻋَﻤّﺎ ﻳَﻠْﺰَﻣُﻪ ﻣِﻦْ ﻗِﺼﺎﺹٍ ﺃﻭ ﺩَﻳْﻦٍ
ﺃﻭ ﻧَﻔَﻘَﺔٍ ﺃﻭ ﺑِﺮِّ ﻭﺍﻟﺪٍ ﺃﻭ ﺗَﺮْﺑِﻴﺔِ ﺃَﻃْﻔﺎﻝٍ؛ ﻭﺍﻟﺘَّﺒَﺨْﺘُﺮُ ﻓﻲ ﺍﻟﻤَﺸْﻲِ [ﺃﻱْ
ﺍﻟﻤَﺸْﻲُ ﺑِﻜِﺒْﺮٍ ﻭﺧُﻴَﻼﺀَ ﻭﺗَﻌﺎﻇُﻢٍ ] ؛ ﻭﺗَﺨَﻄِّﻲ ﺍﻟﺮِّﻗﺎﺏِ ﺇﻟّﺎ ﻟﻔُﺮْﺟَﺔٍ؛
ﻭﺍﻟﻤُﺮُﻭﺭُ ﺑَﻴْﻦَ ﻳَﺪَﻱِ ﺍﻟﻤُﺼَﻠِّﻲ ﺇﺫﺍ ﻛَﻤَﻠَﺖْ ﺷُﺮُﻭﻁُ ﺳُﺘْﺮَﺗِﻪِ، ﻭﻣَﺪُّ
ﺍﻟﺮِّﺟْﻞِ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻤُﺼْﺤَﻒِ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥَ ﻏَﻴْﺮَ ﻣُﺮْﺗَﻔِﻊٍ [ ﻭﻟﻢ ﻳَﻜُﻦْ ﻓﻲ ﺧِﺰﺍﻧَﺔٍ
ﻣَﺮْﺩُﻭﺩَﺓِ ﺍﻟﺒﺎﺏِ ﺃﻭ ﺧَﻠْﻒَ ﺣﺎﺋِﻞٍ ] ؛ ﻭﻛُﻞُّ ﻣَﺸْﻲٍ ﺇﻟﻰ ﻣُﺤَﺮَّﻡٍ؛ ﺃﻭ
[ ﻛُﻞُّ ] ﺗَﺨَﻠُّﻒٍ ﻋﻦ ﻭﺍﺟِﺐٍ .
Di antara maksiat kaki antara lain :
1. Berjalan menuju maksiat, seperti berjalan
untuk mengoreksi keburukan sesama muslim,
untuk membunuhnya atau untuk apa saja yang
dapat membahayakan orang islam tanpa jalan
yang benar.
2. Minggatnya sahaya, istri, atau bahkan orang
yang mempunyai hak yang wajib dipenuhi,
seperti hak di qisas (dibalas karena
membunuh), berhutang, wajib memberi nafkah,
atau lari dari berbakti kepada kedua orang tua
atau lari untuk tidak mendidik anak-anaknya.
3. Banyak tingkah ketika berjalan (engklek,
jawa).
4. Melangkahi leher (orang-orang duduk
berbaris) kecuali untuk menutup saf yang
kosong.
5. Berjalan dihadapan orang sholat bila yang
dilewati itu sudah cukup syarat menutup
tempatnya (misalnya sudah dengan sajadah).
6. Memanjangkan kaki kepada mushaf yang
ada ditempat bawah.
7. Setiap perjalanan menuju perbuatan yang
haram.
8. Menyingkir dari kewajiban.[alkhoirot.org]
Pasal: Maksiat Badan
ﻓَﺼْﻞٌ : ﻓﻲ ﻣَﻌﺎﺻِﻲ ﺍﻟﺒَﺪَﻥِ
ﻭﻣِﻦْ ﻣَﻌﺎﺻِﻲ ﺍﻟﺒَﺪَﻥِ : ﻋُﻘُﻮﻕُ ﺍﻟﻮﺍﻟِﺪَﻳْﻦِ [ ﻭﻣﺎ ﺩُﻭﻧَﻪُ ﻣِﻦْ ﺇﻳﺬﺍﺋِﻬِﻤﺎ ] ؛
ﻭﺍﻟﻔِﺮﺍﺭُ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺰَّﺣْﻒِ [ ﺃﻱ ﺍﻟﻬَﺮَﺏُ ﻣِﻦْ ﺑَﻴْﻦِ ﺍﻟﻤُﻘﺎﺗِﻠِﻴﻦَ ﻓﻲ ﺳَﺒِﻴﻞِ
ﺍﻟﻠﻪِ ﺑَﻌْﺪَ ﺍﻟﺤُﻀُﻮﺭِ ﻣﻌﻬﻢ ﻓﻲ ﻣَﻮْﺿِﻊِ ﺍﻟﻘِﺘﺎﻝِ ] ؛ ﻭﻗَﻄِﻴﻌَﺔُ ﺍﻟﺮَّﺣِﻢِ؛
ﻭﺇﻳﺬﺍﺀُ ﺍﻟﺠﺎﺭِ، ﻭﻟﻮ ﻛﺎﻓِﺮًﺍ ﻟﻪ ﺃﻣﺎﻥٌ، ﺇﻳﺬﺍﺀً ﻇﺎﻫِﺮًﺍ؛
ﻭﺍﻻﺧْﺘِﻀﺎﺏُ [ ﺃﻱ ﺗَﻠْﻮِﻳﻦُ ﺍﻟﺸَﻌْﺮِ ] ﺑِﺎﻟﺴَّﻮﺍﺩِ؛ ﻭﺗَﺸَﺒُّﻪُ ﺍﻟﺮِّﺟﺎﻝِ
ﺑِﺎﻟﻨِّﺴﺎﺀِ ﻭﻋَﻜْﺴُﻪُ [ ﻓﻲ ﺍﻟﻤَﻠْﺒَﺲِ ﻭﻏَﻴْﺮِﻩِ ] ؛ ﻭﺇﺳْﺒﺎﻝُ ﺍﻟﺜَّﻮْﺏِ ﻟِﻠْﺨُﻴَﻼﺀِ
[ ﺃﻱْ ﺗَﻄْﻮِﻳﻞُ ﺍﻟﺜَّﻮْﺏِ ﺇﻟﻰ ﻣﺎ ﺩُﻭﻥَ ﺭُﺳْﻎِ ﺍﻟﻘَﺪَﻡِ ﺗَﻜَﺒُّﺮًﺍ ﻭﺑَﻄَﺮًﺍ ] ؛
ﻭﺍﻟﺤِﻨّﺎﺀُ ﻓﻲ ﺍﻟﻴَﺪَﻳْﻦِ ﻭﺍﻟﺮِّﺟْﻠَﻴْﻦِ ﻟِﻠﺮَّﺟُﻞِ ﺑِﻼ ﺣﺎﺟَﺔٍ؛ ﻭﻗَﻄْﻊُ ﺍﻟﻔَﺮْﺽِ
ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﻋُﺬْﺭٍ؛ ﻭﻗَﻄْﻊُ ﻧَﻔْﻞِ ﺍﻟﺤَﺞِّ ﻭﺍﻟﻌُﻤْﺮَﺓِ [ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﻋُﺬْﺭٍ ] ؛ ﻭﻣُﺤﺎﻛﺎﺓُ
ﺍﻟﻤُﺆْﻣِﻦِ [ ﻭﻫﻮ ﺍﻟﻤُﺴْﻠِﻢُ ] ﺍﺳْﺘِﻬْﺰﺍﺀً ﺑِﻪِ؛ ﻭﺍﻟﺘَّﺠَﺴُّﺲُ [ ﺃﻱ ﺍﻟﺘَّﺘَﺒُّﻊُ
ﻭﺍﻟﺒَﺤْﺚُ ] ﻋﻠﻰ ﻋَﻮْﺭﺍﺕِ ﺍﻟﻨّﺎﺱ [ ﺃﻱ ﻋُﻴُﻮﺑِﻬِﻢْ ] ؛ ﻭﺍﻟﻮَﺷْﻢُ؛ ﻭﻫَﺠْﺮُ
ﺍﻟﻤُﺴْﻠِﻢِ ﻓَﻮْﻕَ ﺛَﻼﺙٍ [ ﺃﻱْ ﺛَﻼﺛَﺔِ ﺃَﻳّﺎﻡٍ ] ﻟِﻐَﻴْﺮِ ﻋُﺬْﺭٍ ﺷَﺮْﻋِﻲٍّ؛
ﻭﻣُﺠﺎﻟَﺴَﺔُ ﺍﻟﻤُﺒْﺘَﺪِﻉِ ﻭﺍﻟﻔﺎﺳِﻖِ ﻟِﻺﻳﻨﺎﺱِ [ ﻟﻪ ﻋﻠﻰ ﺿَﻼﻟِﻪِ ] ؛ ﻭﻟُﺒْﺲُ
ﺍﻟﺬَّﻫَﺐِ، ﻭﺍﻟﻔِﻀَّﺔِ، ﻭﺍﻟﺤَﺮِﻳﺮِ ﺃﻭ ﻣﺎ ﺃَﻛْﺜَﺮُﻩُ ﻭَﺯْﻧًﺎ ﻣﻨﻪ، ﻟِﻠﺮَّﺟُﻞِ ﺍﻟﺒﺎﻟِﻎِ،
ﺇﻟّﺎ ﺧﺎﺗَﻢَ ﺍﻟﻔِﻀَّﺔِ؛
ﻭﺍﻟﺨَﻠْﻮَﺓُ ﺑِﺎﻷَﺟْﻨَﺒِﻴَّﺔِ [ ﺃﻱ ﻏَﻴْﺮِ ﺍﻟﻤَﺤْﺮَﻡِ ﻭﺍﻟﺰَّﻭْﺟَﺔِ ﻭﺍﻷَﻣَﺔ ]؛ ﻭﺳَﻔَﺮُ
ﺍﻟﻤَﺮْﺃَﺓِ [ ﻟِﻐَﻴْﺮِ ﻓَﺮْﺽِ ﺍﻟﺤَﺞِّ ] ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﻧَﺤْﻮِ ﻣَﺤْﺮَﻡٍ؛ ﻭﺍﺳْﺘِﺨْﺪﺍﻡُ ﺍﻟﺤُﺮِّ
ﻛُﺮْﻫًﺎ [ ﺃﻱ ﺳُﺨْﺮَﺓً ]؛ ﻭﺍﻻﺳْﺘِﺨْﻔﺎﻑُ ﺑِﺎﻟﻌُﻠَﻤﺎﺀِ [ﺍﻟﺸَّﺮْﻋِﻴِّﻴﻦَ ] ، ﻭ
[ ﺍﻻﺳْﺘِﺨْﻔﺎﻑُ ] ﺑِﺎﻹﻣﺎﻡِ [ ﺃﻱ ﺍﻟﺨَﻠِﻴﻔَﺔِ ] ﺍﻟﻌﺎﺩِﻝِ،
ﻭ [ﺍﻻﺳْﺘِﺨْﻔﺎﻑُ ] ﺑِﺎﻟﺸﺎﺋﺐِ ﺍﻟﻤُﺴْﻠِﻢِ؛ ﻭﻣُﻌﺎﺩﺍﺓُ ﺍﻟﻮِﻟِﻲِّ؛ ﻭﺍﻹﻋﺎﻧَﺔُ
ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤَﻌْﺼِﻴَﺔِ؛
ﻭﺗَﺮْﻭِﻳﺞُ ﺍﻟﺰّﺍﺋِﻒِ؛ ﻭﺍﺳْﺘِﻌْﻤﺎﻝُ ﺃَﻭﺍﻧِﻲ ﺍﻟﺬَّﻫَﺐِ ﻭﺍﻟﻔِﻀَّﺔِ ﻭﺍﺗِّﺨﺎﺫُﻫﺎ
[ ﺃﻱ ﺍﻗْﺘِﻨﺎﺅُﻫﺎ ﻟِﻐَﻴْﺮِ ﺍﺳْﺘِﻌﻤﺎﻝٍ ] ؛ ﻭﺗَﺮْﻙُ ﺍﻟﻔَﺮْﺽِ، ﺃﻭ ﻓِﻌْﻠُﻪُ ﻣَﻊَ ﺗَﺮْﻙِ
ﺭُﻛْﻦٍ ﻟﻪ ﺃﻭ ﺷَﺮْﻁٍ، ﺃﻭ ﻣَﻊَ ﻓِﻌْﻞِ ﻣُﺒْﻄِﻞٍ ﻟﻪ؛ ﻭﺗَﺮْﻙُ ﺍﻟﺠُﻤُﻌَﺔِ ﻣَﻊَ
ﻭُﺟُﻮﺑِﻬﺎ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺇﻥْ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻈُّﻬْﺮَ؛ ﻭﺗَﺮْﻙُ ﻧَﺤْﻮِ ﺃَﻫْﻞِ ﻗَﺮْﻳَﺔٍ ﺍﻟﺠَﻤﺎﻋَﺔَ
ﻓﻲ ﺍﻟﻤَﻜْﺘُﻮﺑﺎﺕِ [ﺃﻱ ﺍﻟﺼَّﻠَﻮﺍﺕِ ﺍﻟﻤَﻔْﺮُﻭﺿَﺔِ ] ؛ ﻭﺗَﺄْﺧِﻴﺮُ ﺍﻟﻔَﺮْﺽِ ﻋَﻦْ
ﻭَﻗْﺘِﻪِ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﻋُﺬْﺭٍ؛ ﻭﺭَﻣْﻲُ ﺍﻟﺼَّﻴْﺪِ ﺑِﺎﻟﻤُﺜَﻘَّﻞِ ﺍﻟﻤُﺬَﻓِّﻒِ [ ﺃﻱ ﻣﺎ ﻳَﻘْﺘُﻞُ
ﺑِﺜِﻘْﻠِﻪِ ﻛَﺎﻟﺤَﺠَﺮِ ]؛ ﻭﺍﺗِّﺨﺎﺫُ ﺍﻟﺤَﻴﻮﺍﻥِ ﻏَﺮَﺿًﺎ [ﺃﻱ ﻫَﺪَﻓًﺎ ﻟِﻠﺮِّﻣﺎﻳَﺔِ ] ؛
ﻭﻋَﺪَﻡُ ﻣُﻼﺯَﻣَﺔِ ﺍﻟﻤُﻌْﺘَﺪَّﺓِ ﻟِﻠْﻤَﺴْﻜَﻦِ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﻋُﺬْﺭٍ؛ ﻭﻋَﺪَﻡُ ﺍﻹﺣْﺪﺍﺩِ ﻋﻠﻰ
ﺍﻟﺰَّﻭْﺝِ [ ﺍﻟﻤُﺘﻮَﻓَّﻰ ] ؛ ﻭﺗَﻨْﺠِﻴﺲُ ﺍﻟﻤَﺴْﺠِﺪِ، ﻭﺗَﻘْﺬِﻳﺮُﻩ ﻭﻟﻮ ﺑِﻄﺎﻫِﺮٍ؛
ﻭﺍﻟﺘَّﻬﺎﻭُﻥُ ﺑِﺎﻟﺤَﺞِّ ﺑَﻌْﺪَ ﺍﻻﺳْﺘِﻄﺎﻋَﺔِ ﺇﻟﻰ ﺃﻥْ ﻳَﻤُﻮﺕَ؛ ﻭﺍﻻﺳْﺘِﺪﺍﻧَﺔُ
ﻟﻤﻦْ ﻻ ﻳَﺮْﺟُﻮ ﻭَﻓﺎﺀً ﻟِﺪَﻳْﻨِﻪِ ﻣِﻦْ ﺟِﻬَﺔٍ ﻇﺎﻫِﺮَﺓٍ ﻭﻟﻢ ﻳَﻌْﻠَﻢْ ﺩﺍﺋﻨُﻪُ
ﺑِﺬٰﻟﻚ؛ ﻭﻋَﺪَﻡُ ﺍﻧْﻈﺎﺭِ ﺍﻟﻤُﻌْﺴِﺮِ؛ ﻭﺑَﺬْﻝُ ﺍﻟﻤﺎﻝِ ﻓﻲ ﻣَﻌْﺼِﻴَﺔٍ؛
ﻭﺍﻻﺳْﺘِﻬﺎﻧَﺔُ ﺑِﺎﻟﻤُﺼْﺤَﻒِ [ﻭﻫﻲ ﻛُﻔْﺮٌ ﺇﻥْ ﻛﺎﻧَﺖْ ﻧَﺤْﻮَ ﺭَﻣْﻴِﻪِ ﻓﻲ
ﺍﻟﻘَﺬَﺭِ، ﻭﻣَﻌْﺼَﻴَﺔٌ ﺩُﻭﻥَ ﺍﻟﻜُﻔْﺮِ ﺇﻥْ ﻛﺎﻧَﺖْ ﻧَﺤْﻮَ ﻣَﺴِّﻪِ ﺑِﻼ ﻭُﺿُﻮﺀٍ ] ،
ﻭ [ ﺍﻻﺳْﺘِﻬﺎﻧَﺔُ ] ﺑِﻜُﻞِّ ﻋِﻠْﻢٍ ﺷَﺮْﻋِﻲٍّ [ﻭﻫﻲ ﻛُﻔْﺮٌ ﺇﻥْ ﻛﺎﻧَﺖْ ﺑِﻤَﻌْﻨَﻰ
ﺍﻻﺳْﺘِﺨْﻔﺎﻑِ، ﻭﻣَﻌْﺼِﻴَﺔٌ ﻟَﻴْﺴَﺖْ ﻛُﻔْﺮًﺍ ﺇﻥ ﻛﺎﻧَﺖْ ﺑِﻤَﻌْﻨَﻰ ﻣﺎ ﻳُﺸْﻌِﺮُ
ﺑِﻤُﺠَﺮَّﺩِ ﺍﻹﺧْﻼﻝِ ﺑِﻮﺍﺟِﺐِ ﺍﻟﺘَّﻌْﻈِﻴﻢِ ] ؛ ﻭﺗَﻤْﻜِﻴﻦُ ﺍﻟﺼَّﺒِﻲِّ ﻏَﻴْﺮِ
ﺍﻟﻤُﻤﻴِّﺰِ ﻣﻨﻪ [ ﺃﻱ ﺍﻟﻤُﺼْﺤَﻒِ ﻣُﻄْﻠَﻘًﺎ، ﻭﺍﻟﻤُﻤَﻴِّﺰِ ﻟِﻐَﻴْﺮِ ﺍﻟﺪِّﺭﺍﺳَﺔِ ] ؛
ﻭﺗَﻐْﻴِﻴﺮُ ﻣَﻨﺎﺭِ ﺍﻷَﺭْﺽِ؛
ﺃﻭ ﺍﻟﺘّﺼَﺮُّﻑُ ﻓﻲ ﺍﻟﺸّﺎﺭِﻉِ ﺑِﻤﺎ ﻻ ﻳَﺠُﻮﺯُ [ﻛﺄﻥْ ﻳَﺴُﺪَّﻩُ ﺃﻭ ﻳَﻀَﻊَ
ﻓﻴﻪ ﻣﺎ ﻳَﻀُﺮُّ ﺑِﺎﻟﻤﺎﺭَّﺓِ ]؛
ﻭﺍﺳْﺘِﻌْﻤﺎﻝُ ﺍﻟﻤُﻌﺎﺭِ ﻓﻲ ﻏَﻴْﺮِ ﺍﻟﻤَﺄْﺫُﻭﻥِ ﻓﻴﻪ؛ ﺃﻭ ﺯﺍﺩَ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤُﺪَّﺓِ
ﺍﻟﻤَﺄْﺫُﻭﻥِ ﻟﻪ ﻓِﻴﻬﺎ؛ ﺃﻭ ﺃَﻋﺎﺭَﻩُ ﻟِﻐَﻴْﺮِﻩِ [ ﺑِﻼ ﺇﺫْﻥٍ ]؛ ﻭﺗَﺤْﺠِﻴﺮُ ﺍﻟﻤُﺒﺎﺡِ،
ﻛَﺎﻟﻤَﺮْﻋَﻰ ﻭﺍﻻﺣْﺘِﻄﺎﺏِ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻤَﻮﺍﺕِ [ ﺃﻱ ﺍﻷﺭْﺽِ ﺍﻟَّﺘِﻲ ﻻ ﻳَﻤْﻠِﻜُﻬﺎ
ﺇﻧْﺴﺎﻥٌ ] ، ﻭﺍﻟﻤِﻠْﺢِ ﻣِﻦْ ﻣَﻌْﺪِﻧِﻪِ [ﺃﻱ ﻣَﻨْﺠَﻤِﻪِ ]، ﻭﺍﻟﻨَّﻘْﺪَﻳْﻦِ ﻭﻏَﻴْﺮِﻫِﻤﺎ،
ﻭﺍﻟﻤﺎﺀِ ﻟِﻠﺸُّﺮْﺏِ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻤُﺴْﺘَﺨْﻠَﻒِ؛ ﻭﺍﺳْﺘِﻌْﻤﺎﻝُ ﺍﻟﻠُّﻘَﻄَﺔِ ﻗَﺒْﻞَ ﺍﻟﺘَّﻤَﻠُّﻚِ [ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﻳَﻠِﻲ ﺍﻟﺘَّﻌْﺮِﻳﻒَ ] ﺑِﺸُﺮُﻭﻃِﻪِ؛ ﻭﺍﻟﺠُﻠُﻮﺱُ [ ﻓﻲ ﻣَﻜﺎﻥِ ﺍﻟﻤَﻌْﺼِﻴَﺔِ ] ﻣَﻊَ ﻣُﺸﺎﻫَﺪَﺓِ ﺍﻟﻤُﻨْﻜَﺮِ [ ﺃﻱ ﺍﻟﻌِﻠْﻢِ ﺑِﻪِ ] ﺇﺫﺍ ﻟﻢ ﻳُﻌْﺬَﺭْ؛ ﻭﺍﻟﺘَّﻄَﻔُّﻞُ ﻓﻲ ﺍﻟﻮَﻻﺋِﻢِ، ﻭﻫﻮ ﺍﻟﺪُّﺧُﻮﻝُ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﺇﺫْﻥٍ ﺃﻭ [ ﺇﺫﺍ ] ﺃَﺩْﺧَﻠُﻮﻩُ ﺣَﻴﺎﺀً؛ ﻭﺃﻥْ [ﻳَﻜُﻮﻥَ ﺍﻟﻤَﺮْﺀُ ﺑِﺤَﻴْﺚُ ] ﻳُﻜْﺮِﻣُـ [ ـﻪ ] ﺍﻟﻤَﺮْﺀُ ﺍﺗِّﻘﺎﺀً ﻟِﺸَﺮِّﻩِ؛ ﻭﻋَﺪَﻡُ ﺍﻟﺘَّﺴْﻮِﻳَﺔِ ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟﺰَّﻭْﺟﺎﺕِ [ ﻓﻲ ﺍﻟﻨَّﻔَﻘَﺔِ ﻭﺍﻟﻤَﺒِﻴﺖِ ] ؛ ﻭﺧُﺮُﻭﺝُ ﺍﻟﻤَﺮْﺃَﺓِ ﻣُﺘَﻌَﻄِّﺮﺓً ﺃﻭ ﻣُﺘَﺰَﻳِّﻨَﺔً، ﻭﻟَﻮْ ﻣَﺴْﺘُﻮﺭَﺓً ﻭﺑِﺈﺫْﻥِ ﺯَﻭْﺟِﻬﺎ، ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻧَﺖْ ﺗَﻤُﺮُّ ﻋﻠﻰ ﺭِﺟﺎﻝٍ ﺃَﺟﺎﻧِﺐَ [ ﺑِﻘَﺼْﺪِ ﺍﺳْﺘِﻤﺎﻟَﺘِﻬِﻢْ ﺇﻟَﻴْﻬﺎ، ﺃﻭ ﺗَﺸﺒُّﻬًﺎ - ﻓﻲ ﺯِﻳﻨَﺘِﻬَﺎ - ﺑﺎﻟﻔَﺎﺳِﻘَﺎﺕِ ﺍﻟﻌَﺎﻫِﺮﺍﺕِ ﺃﻭ ﺍﻟﻜَﺎﻓِﺮﺍﺕِ، ﻭﺇﻻ ﻛُﺮِﻩ ] ؛ ﻭﺍﻟﺴِّﺤْﺮُ [ ﻭﻟﻮ ﻟِﻔَﻚِّ ﺳِﺤْﺮٍ ﺃﻭ ﻟِﺘَﺤْﺒِﻴﺐٍ ] ؛ ﻭﺍﻟﺨُﺮُﻭﺝُ ﻋَﻦْ ﻃﺎﻋَﺔِ ﺍﻹﻣﺎﻡِ [ ﺃﻱ ﺍﻟﺨَﻠِﻴﻔَﺔِ ] ؛ ﻭﺍﻟﺘَّﻮَﻟِّﻲ ﻋﻠﻰ ﻳَﺘِﻴﻢٍ ﺃﻭ ﻣَﺴْﺠِﺪٍ ﺃﻭ ﻟِﻘَﻀﺎﺀٍ ﻭﻧَﺤْﻮِ ﺫٰﻟﻚ ﻣَﻊَ ﻋِﻠْﻤِﻪِ ﺑِﺎﻟﻌَﺠْﺰِ ﻋَﻦِ ﺍﻟﻘِﻴﺎﻡِ ﺑِﺘِﻠْﻚَ ﺍﻟﻮَﻇِﻴﻔَﺔِ؛ ﻭﺇﻳﻮﺍﺀُ ﺍﻟﻈّﺎﻟِﻢِ ﻭﻣَﻨْﻌُﻪُ [ ﺃﻱ ﺣِﻤﺎﻳَﺘُﻪُ ] ﻣِﻤَّﻦْ ﻳُﺮِﻳﺪُ ﺃَﺧْﺬَ ﺍﻟﺤَﻖِّ ﻣﻨﻪ؛ ﻭﺗَﺮْﻭِﻳﻊُ ﺍﻟﻤُﺴْﻠِﻤِﻴﻦَ [ ﺃﻱ ﺇﺧﺎﻓَﺘُﻬُﻢْ ] ؛ ﻭﻗَﻄْﻊُ ﺍﻟﻄَّﺮِﻳﻖِ، ﻭﻳُﺤَﺪُّ [ ﺃﻱ ﻳُﻌﺎﻗَﺐُ ] ﺑِﺤَﺴَﺐِ ﺟِﻨﺎﻳَﺘِﻪِ، ﺇﻣّﺎ ﺑِﺘَﻌْﺰِﻳﺮٍ [ﺇﻥْ ﺃَﺧﺎﻑَ ﺍﻟﺴَّﺒِﻴﻞَ ﻓَﻘَﻂْ ] ، ﺃﻭ ﺑِﻘَﻄْﻊِ ﻳَﺪٍ ﻭﺭِﺟْﻞٍ ﻣِﻦْ ﺧِﻼﻑٍ [ﺇﻥْ ﺃَﺧﺎﻑَ ﻭﺃَﺧَﺬَ ﺍﻟﻤﺎﻝَ ﻭﻟﻢ ﻳَﻘْﺘُﻞْ ] ، ﺃﻭ ﺑِﻘَﺘْﻞٍ ﻭﺻَﻠْﺐٍ [ﺇﻥْ ﺃَﺧﺎﻑَ ﻭﺃَﺧَﺬَ ﺍﻟﻤﺎﻝَ ﻭﻗَﺘَﻞَ ] ؛ ﻭﻣﻨﻬﺎ ﻋَﺪَﻡُ ﺍﻟﻮَﻓﺎﺀِ ﺑِﺎﻟﻨَّﺬْﺭِ؛ ﻭﺍﻟﻮِﺻﺎﻝُ ﻓﻲ ﺍﻟﺼَّﻮْﻡِ [ﻋَﻤْﺪًﺍ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﻋُﺬْﺭٍ ]؛ ﻭﺃَﺧْﺬُ ﻣَﺠْﻠِﺲِ ﻏَﻴْﺮِﻩِ [ ﻓﻲ ﻧَﺤْﻮِ ﻣَﺴْﺠِﺪٍ ] ، ﺃﻭ ﺯَﺣْﻤَﺘُﻪُ ﺍﻟﻤُﺆْﺫِﻳَﺔُ، ﺃﻭ ﺃَﺧْﺬُ ﻧَﻮْﺑَﺘِﻪِ .
Diantara maksiat badan, antara lain:
1. Berani kepada kedua orang tua
2. Lari dari peperangan
3. Memutus sanak famili
4. Menyakiti tetangga, sekalipun kafir yang sudah ada jaminan aman dengan menyakiti yang terang.
5. Menyemir rambut dengan warna hitam
6. Orang laki-laki menyerupai orang perempuan (dengan pakaian atau gaya) dan sebaliknya.
7. Menurunkan (menyengserkan) pakaian karena sombong.
8. Memacari kedua tangan atau kedua kaki, bagi laki-laki tanpa ada hajat.
9. Memutus perbuatan fardhu tanpa uzur.
10. Menggagalkan kesunatan haji dan umrah.
11. Menirukan orang mukmin karena menghina.
12. mengoreksi kekurangan-kekurangan orang.
13. Membuat tahi lalat (tato).
14. Memutus pembicaraan (sateru, jawa) dengan sesama muslim lebih dari tiga hari, kecuali ada uzur syara’.
15. Duduk bersama orang ahli bid’ah, atau bersama orang fasiq (ahli maksiat) untuk menghibur.
16. Mengenakan emas atau perak, atau pakaian yang campur dengan emas/perak, tapi lebih banyak emas/perak. Demikian bagi laki-
laki yang sudah balig kecuali cincin perak, kalau itu boleh.
17. Menyendiri bersama perempuan bukan
mahram (pacaran)
18. Pergi tanpa ditemani mahram (perempuan
pergi sendirian)
19. Mengambil buruh orang merdeka dengan paksa
20. Merendahkan Ulama, pemimpin yang adil, atau orang yang sudah masuk islam.
21. Memusuhi wali (kekasih Alloh)
22. Membantu perbuatan maksiat.
23. Membelanjakan (menggunakan) uang yang sudah tak laku.
24. Menggunakan bejana-bejana emas/perak atau membuatnya.
25. Meninggalkan kefardhuan atau
melakukannya tapi ada syarat dan rukun yang ditinggalkan. kalaupun syarat dan rukunnya
dipenuhi tapi melakukan hal yang membatalkan
kefardhuan itu.
26. Meninggalkan sholat jum’at padahal sudah
berkewajiban, sekalipun sudah sholat duhur.
27. Meninggalkan berjamaah sholat fardhu
bagi seluruh penduduk kampung.
28. Menunda sholat fardhu, hingga keluar dari
waktunya tanpa ada uzur.
29. Melempar binatang buruan dengan barang
berat yang mempercepat hilangnya nyawa.
30. Memasang binatang untuk dijadikan
sasaran lemparan.
31. Perempuan yang ditinggal mati suaminya
tidak mau diam dirumah dan tak mau
meninggalkan berhias diri.
32. Perempuan yang tak mau diam dirumah
saat idah.
33. Mengotori masjid dengan najis atau
dengan barang yang suci.
34. Meremehkan ibadah haji, padahal telah
mampu (tidak segera naik haji) sampai
meninggal.
35. Memberi hutang kepada orang yang tidak
ada harapan untuk membayar dari jihad lahir,
jika yang memberi tidak tahu akan hal itu.
36. Tidak mau menunggu kepada orang yang
belum mampu membayar hutang.
37. mendermakan harta untuk kemaksiatan.
38. Menghina Al-quran atau setiap ilmu syara’.
39. Memperkenankan anak-anak yang belum
tamyiz untuk membawa mushaf.
40. Merubah tapal batas tanah.
41. Memanfaatkan jalan umum untuk sesuatu
yang tak diperbolehkan.
42. Menggunakan barang pinjaman untuk hal-
hal yang tidak diizini oleh yang meminjamkan.
43. Melampaui batas masa meminjam
44. Meminjamkan barang pinjaman.
45. Melarang sesuatu yang diperbolehkan,
seperti tempat menggembala ternak, atau
tempat mencari kayu bakar dari tanah mati
(belum dimiliki), atau garam dari sumbernya
(laut), emas perak dari pertambangan, dan
atau melarang mengambil air yang sudah lebih
dari kebutuhan.
46. Mempergunakan barang temuan sebelum
diumumkan dengan syarat-syaratnya.
47. Duduk-duduk sambil menyaksikan
kemungkaran dan dia tidak termasuk orang
ada uzur
48. Tataful (mengikuti undangan walimah
padahal tidak di undang) atau tidak diizinkan
masuk atau disuruh masuk tapi malu.
49. Menghormati orang lain karena takut pada
kejahatan orang yang dihormati.
50. Tidak adil diantara para istri (dalam
giliran)
51. Keluarnya orang perempuan dengan
mengenakan wangi-wangian atau menghias diri
(misal, dengan pakaian yang menyala).
sekalipun tertutup seluruh auratnya atau
diperbolehkan oleh suami. Haramnya bila
berjalan dihadapan laki-laki lain.
52. Menggunakan sihir.
53. Tidak patuh pemimpin
54. Menangani (mengurus) anak yatim, atau
masjid atau menjabat sebagai juru putus dan
lain sebagainya, tapi sebenarnya dia tahu
bahwa dia tidak mampu memangku tugas
tersebut.
55. Mencegah orang lain yang akan menuntut
hak atas dirinya.
56. Menakut-nakuti orang islam (misal,
mengacungkan pisau kearah orang).
57. Memotong jalan (merampok dengan
mencegat ditengah perjalanan). Pelakunya
harus dihukum menurut penganiayaan yang
dilakukan. Ada kalanya di ta’zir, dipotong kaki
dan tangannya secara bersilang, dan ada
kalanya dibunuh kemudian dipancung.
58. Tidak mau memenuhi nazar
59. Menyambung puasa (misal, selama tiga
hari tiga malam berpuasa tanpa berbuka sama
sekali).
60. Mengambil (menempati) tempat orang lain,
atau mendesaknya dengan cara yang
menyakitkan
61. mengambil giliran orang.[alkhoirot.org]
ﻓَﺼْﻞٌ : ﻓﻲ ﺍﻟﺘَّﻮْﺑَﺔِ
ﺗَﺠِﺐُ ﺍﻟﺘَّﻮْﺑَﺔُ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺬُّﻧُﻮﺏِ [ ﺻَﻐِﻴﺮِﻫﺎ ﻭﻛَﺒِﻴﺮِﻫﺎ ] ﻓَﻮْﺭًﺍ ﻋﻠﻰ ﻛُﻞِّ
ﻣُﻜَﻠَّﻒٍ، ﻭﻫﻲ : [ 1 ] ﺍﻟﻨَّﺪَﻡُ، [2 ] ﻭﺍﻹﻗْﻼﻉُ، [3 ] ﻭﺍﻟﻌَﺰْﻡُ ﻋﻠﻰ ﺃﻥْ
ﻻ ﻳَﻌُﻮﺩَ ﺇﻟَﻴْﻬﺎ، ﻭ [ ﻻ ﻳُﺸْﺘَﺮَﻁُ ] ﺍﻻﺳْﺘِﻐْﻔﺎﺭُ [ﺑِﺎﻟﻠِّﺴﺎﻥِ ] ، ﻭﺇﻥْ ﻛﺎﻥَ
ﺍﻟﺬَّﻧْﺐُ ﺗَﺮْﻙَ ﻓَﺮْﺽٍ ﻗَﻀﺎﻩُ، ﺃﻭ ﺗَﺒِﻌَﺔً ﻟِﺂﺩَﻣِﻲٍّ ﻗَﻀﺎﻩُ ﺃﻭ ﺍﺳْﺘَﺮْﺿﺎﻩُ .
Kewajiban bagi setiap orang mukalaf (muslim
yang baligh) untuk segera bertaubat dari segala
dosa kecil dan besar yaitu (dengan cara):
menyesal, meninggalkan dosa, dan berniat
untuk tidak mengulanginya. Tidak disyaratkan
istighfar atau memohon ampun secara lisan.
Apabila dosa itu berupa meninggalkan
kewajiban maka harus diqadha (dilunasi) atau
dosa hak sesama manusia maka ia harus
melunasi atau meminta kerelaannya .
Penutup
ﺧﺎﺗِﻤَﺔٌ
ﺍﻧْﺘَﻬَﻰ ﻣﺎ ﻗَﺪَّﺭَ ﺍﻟﻠﻪُ ﺟَﻤْﻌَﻪ، ﻭﺃَﺭْﺟُﻮ ﻣﻨﻪ ﺳُﺒْﺤﺎﻧَﻪُ ﺃﻥْ ﻳُﻌِﻢَّ ﻧَﻔْﻌَﻪ،
ﻭﻳُﻜﺜِﺮَ ﻓﻲ ﺍﻟﻘُﻠُﻮﺏِ ﻭَﻗْﻌَﻪ، ﻭﺃَﻃْﻠُﺐُ ﻣِﻤَّﻦِ ﺍﻃَّﻠﻊَ ﻋﻠﻴﻪ ﻣِﻦْ ﺃُﻭﻟِﻲ
ﺍﻟﻤَﻌْﺮِﻓَﺔِ ﻭﺭَﺃَﻯ ﻓﻴﻪ ﺧَﻄَﺄً ﺃﻭ ﺯَﻟَﻼً ﺃﻥْ ﻳُﻨَﺒِّﻪَ ﻋﻠﻰ ﺫٰﻟﻚ، ﺑِﺎﻟﺮَّﺩِّ
ﺍﻟﺼَّﺮِﻳﺢِ، ﻟِﻴَﺤْﺬَﺭَ ﺍﻟﻨّﺎﺱُ ﻣِﻦَ ﺍﺗِّﺒﺎﻋِﻲ ﻋﻠﻰ ﻏَﻴْﺮِ ﺍﻟﺼَّﻮﺍﺏِ، ﻓَﺎﻟﺤَﻖُّ
ﺃَﺣَﻖُّ ﺃﻥْ ﻳُﺘَّﺒَﻊَ، ﻭﺍﻹﻧْﺴﺎﻥُ ﻣَﺤَﻞُّ ﺍﻟﺨَﻄَﺄِ ﻭﺍﻟﻨِّﺴْﻴﺎﻥِ .
﴿ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﺍﻏْﻔِﺮْ ﻟَﻨَﺎ ﻭَﻹِﺧْﻮَﺍﻧِﻨَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺳَﺒَﻘُﻮﻧَﺎ ﺑِﺎﻹِﻳﻤَﺎﻥِ ﻭَﻻ ﺗَﺠْﻌَﻞْ
ﻓِﻲ ﻗُﻠُﻮﺑِﻨَﺎ ﻏِﻠًّﺎ ﻟِﻠَّﺬِﻳﻦَ ﺀﺍﻣَﻨُﻮﺍ ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﺇِﻧَّﻚَ ﺭَﺀُﻭﻑٌ ﺭَﺣِﻴﻢٌ﴾، ﺍﻟﻠّٰﻬُﻢَّ
ﻣَﻐْﻔِﺮَﺗُﻚَ ﺃَﻭْﺳَﻊُ ﻣِﻦْ ﺫُﻧُﻮﺑِﻨﺎ، ﻭﺭَﺣْﻤَﺘُﻚَ ﺃَﺭْﺟَﻰ ﻋِﻨْﺪَﻧﺎ ﻣِﻦْ
ﺃَﻋْﻤﺎﻟِﻨﺎ، ﴿ﺳُﺒْﺤَﺎﻥَ ﺭَﺑِّﻚَ ﺭَﺏِّ ﺍﻟْﻌِﺰَّﺓِ ﻋَﻤَّﺎ ﻳَﺼِﻔُﻮﻥَ * ﻭَﺳَﻼﻡٌ ﻋَﻠَﻰ
ﺍﻟﻤُﺮْﺳَﻠِﻴﻦَ * ﻭَﺍﻟْﺤَﻤْﺪُ ﻟﻠﻪِ ﺭَﺏِّ ﺍﻟْﻌَﺎﻟَﻤِﻴﻦَ﴾ - ﺁﻣِﻴﻦَ .
Usai sudah apa yang telah ditakdirkan Allah
terhimpun dan aku berharap dariNya Yang
Maha Suci agar memberikannya manfaat
secara merata dan memperbanyak
kedudukannya dalam hati juga aku berharap
ada seseorang yang rela menelaahnya dari
kalangan cendekiawan dan apabila ternyata
melihat kesalahan atau kekeliruan yang ada di
dalamnya agar mengingatkan hal itu dengan
pembenaran yang jelas, supaya orang lebih
berhati-hati mengikuti perkataanku pada hal
yang tidak benar karena kebenaran itu lebih
berhak diikuti.
Sedangkan manusia adalah tempat kesalahan
dan lupa. Wahai Allah swt ampunilah kami dan
saudara kami yaitu orang-orang yang telah
mendahului kami dengan membawa iman, dan
janganlah Engkau jadikan dalam hati kami
sebagai kebencian terhadap orang-orang yang
beriman.
Wahai Tuhan kami sesungguhnya Engkau Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang. Wahai Allah
swt ampunanMu yang paling luas dibanding
dosa-dosa kami dan RahmatMu lah yang aku
harapkan di sisi kami. Maha Suci Tuhanmu Ya
Nabi Muhammad yang menguasai kemuliaan
jauh dari orang banyak, juga kesejahteraan atas
para Rasul dan segala puji bagi Allah yang
menguasai seluruh alam.[alkhoirot.org]
Biografi Pengarang Kitab Sullam Taufiq
ﺗﺮﺟﻤﺔ ﺍﻟﻤﺆﻟﻒ ﻋﺒﺪﺍﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﺣﺴﻴﻦ ﺑﻦ ﻃﺎﻫﺮ ﺑﺎﻋﻠﻮﻱ
ﻋﺒﺪﺍﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﺣﺴﻴﻦ ﺑﻦ ﻃﺎﻫﺮ ﺑﺎﻋﻠﻮﻱ . ( H 1191 - 1272 /
M 1777 - 1855 )
ﻭﻟﺪ ﻓﻲ ﻣﺪﻳﻨﺔ ﺗﺮﻳﻢ ( ﺣﻀﺮ ﻣﻮﺕ - ﺍﻟﻴﻤﻦ ) ﻭﺗﻮﻓﻲ ﻓﻲ
ﻣﺴﻴﻠﺔ ﺁﻝ ﺷﻴﺦ ( ﺗﺮﻳﻢ - ﺣﻀﺮﻣﻮﺕ ) .
ﻋﺎﺵ ﻓﻲ ﺍﻟﻴﻤﻦ، ﻭﺍﻟﺤﺠﺎﺯ .
ﺗﻠﻘﻰ ﻣﻌﺎﺭﻓﻪ ﻓﻲ ﻣﻌﺎﻫﺪ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻭﺍﻟﺜﻘﺎﻓﺔ ﺑﻤﺪﻳﻨﺔ ﺗﺮﻳﻢ ﻓﺄﺣﺮﺯ
ﺑﻌﺾ ﺍﻟﻌﻠﻮﻡ ﻋﻠﻰ ﻳﺪ ﻋﻠﻤﺎﺋﻬﺎ ﻭﻣﺸﺎﻳﺨﻬﺎ، ﻭﺗﺰﻭﺩ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻠﻮﻡ
ﺍﻟﻌﺮﺑﻴﺔ ﻭﺍﻟﻔﻘﻬﻴﺔ ﺃﺛﻨﺎﺀ ﻣﻜﻮﺛﻪ ﺑﺎﻟﺤﺠﺎﺯ ﺍﻟﺬﻱ ﺍﻣﺘﺪ ﻋﺪﺓ ﺃﻋﻮﺍﻡ،
ﺣﺘﻰ ﺃﺻﺒﺢ ﺷﺨﺼﻴﺔ ﻋﻠﻤﻴﺔ ﻓﻲ ﺯﻣﺎﻧﻪ، ﻭﻛﺎﻥ ﻷﺧﻴﻪ ﻃﺎﻫﺮ
ﺃﺛﺮ ﻛﺒﻴﺮ ﻓﻲ ﺗﺮﺑﻴﺘﻪ ﻭﺗﺄﺩﻳﺒﻪ ﻭﺍﻃﻼﻋﻪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻜﺜﻴﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻠﻮﻡ .
ﻋﻤﻞ ﻣﻌﻠﻤًﺎ ﻭﻣﺮﺷﺪًﺍ ﺩﻳﻨﻴًﺎ ﻭﻭﺍﻋﻈًﺎ ﻓﺎﺟﺘﻤﻊ ﻟﻪ ﺍﻟﻌﺪﻳﺪ ﻣﻦ
ﺍﻟﻄﻼﺏ ﻭﺍﻟﻤﺮﻳﺪﻳﻦ ﻣﻦ ﺷﺘﻰ ﺍﻟﺒﻘﺎﻉ ﻓﻲ ﻣﺪﻳﻨﺔ ﺣﻀﺮﻣﻮﺕ
ﻭﻏﻴﺮﻫﺎ .
ﻛﺎﻥ ﻓﻲ ﻃﻠﻴﻌﺔ ﺍﻟﺰﻋﻤﺎﺀ ﻣﻤﻦ ﻣﻬﺪﻭﺍ ﻟﻠﺜﻮﺭﺓ ﺍﻟﻮﻃﻨﻴﺔ ﻋﻠﻰ
ﻣﺮﻭﺟﻲ ﺍﻟﻔﻮﺿﻰ ﻭﺍﻟﻔﺴﺎﺩ ﻓﻲ ﻣﺪﻳﻨﺔ ﺣﻀﺮﻣﻮﺕ، ﻭﻛﺎﻥ ﻣﻦ
ﺍﻟﻤﺒﺎﺩﺭﻳﻦ ﺇﻟﻰ ﺣﻤﻞ ﺍﻟﺴﻼﺡ ﻭﺍﻟﺪﻋﻮﺓ ﺇﻟﻰ ﻣﺒﺎﻳﻌﺔ ﺃﺧﻴﻪ ﻃﺎﻫﺮ
ﻋﻠﻰ ﺧﻼﻓﺔ ﺣﻀﺮﻣﻮﺕ .
Ia bernama Abdullah bin Husain bin Tohir Ba
Alawi. Ia lahir di Tarim, Hadramaut, Yaman
pada 1777 M bertepatan dengan 1191 Hijriah
dan wafat pada 1855 Masehi atau 1272
Hijriah. Ia hidup di Yaman dan Hijaz.
Ia belajar di sejumlah mahad ilmu di kota
Tarim di bawah para ulama dan masyayikh di
sana. Ia menambah keilmuannya di Hijaz
selama beberapa tahun sampai menjadi ulama
di zamannya. Saudaranya, Tohir, mempunyai
pengaruh besar dalam mendidik berbagai
macam ilmu.
Ia menjadi seorang pengajar, mursyid dan
pendakwah sehingga memiliki banyak pelajar
dan murid (tarekat) dari berbagai kawasan
Hadramaut dan lainnya.
Syarah Sullamut Taufiq
ﺷﺮﺡ ﺳﻠﻢ ﺍﻟﺘﻮﻓﻴﻖ
ﻣﺮﻗﺎﺓ ﺻﻌﻮﺩ ﺍﻟﺘﺼﺪﻳﻖ ﻓﻲ ﺷﺮﺡ ( ﺳﻠﻢ ﺍﻟﺘﻮﻓﻴﻖ ﻟﻤﺤﻤﺪ ﺑﻦ
ﻋﻤﺮ ﻧﻮﻭﻱ ﺍﻟﺠﺎﻭﻱ ﺍﻟﺒﻨﺘﻨﻲ
ﺷﺮﺡ ﻛﺘﺎﺏ ﺳﻠّﻢ ﺍﻟﺘﻮﻓﻴﻖ ﺇﻟﻰ ﻣﺤﺒﺔ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺘﺤﻘﻴﻖ
ﻟﻠﺸﻴﺦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﺎﻋﻠﻮﻱ ﻟﻌﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﻬﺮﺭﻱ
Ada dua kitab syarah sullamut taufiq yaitu:
- Mirqat Shu'ud Al-Tashdiq fi Syarhi Sullamit
Taufiq karya Muhammad bin Umar Nawawi Al-
Jawi Al-Bantani
- Syarah Kitab Sullamit Taufiq ila Mahabbatillah
alat Tahqiq karya Abdullah Al-Harari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar