Rabu, 02 Februari 2022

durroh bag5

diriwayatkan dari Nabi Saw. bahwa beliau
bersabda:
اذا كان يوم القيامة يجيء قوم لهم أجنحة كأجنحة الطير فيطيرون بها على حيطان الجنة، فيقول لهم خازن الجنة: من أنتم؟ فيقولون: نحن من أمة محمد عليه الصلاة والسلام، فيقول: هل رأيتم الحساب؟ فيقولون: لا ، ثم يقول ثانیا: هل رأيتم الصراط؟ فيقولون: لا، ثم يقول: بم وجدتم هذه الدرجات ؟ فيقولون: عبدنا الله تعالی سرا في دار الدنيا، وأذحلنا الجنة سرا  في الآخرة ( زبدة الواعظين )

"Apabila hari kiamat telah tiba, maka datanglah suatu kaum yang mempunyai sayap seperti sayap burung. Dengan sayap-sayap itu mereka
terbang melintasi tembok-tembok surga. Maka berkatalah perjaga surga kepada mereka: "Siapakah kalian?" Mereka menjawab: "Kami dari umat Muhammad Saw.""Apakah kalian telah mengalami hisab?" tanya penjaga surga.
"Tidak," jawab mereka "Apakah kalian telah mengalami Shirath?" tanyanya lagi.
Jawab mereka: "Tidak. "Kemudian penjaga surga itu bertanya: “Dengan apakah kalian memperoleh
derajat-derajat ini?" Mereka menjawab: "Kami telah menyembah Allah Ta'ala secara rahasia
di dunia, lalu Allah memasukkan kami ke surga secara rahasia diakhirat." (Zubdatul Wa'izhin).

واذا خاف الصائم على نفسه الهلاك

Apabila orang yang berpuasa khawatir dirinya binasa karena lapar dan haus; atau dia sakit lalu khawatir bertambah penyakitnya dia boleh berbuka karena keadaan seperti ini adalah darurat. Sedangkan darurat itu membolehkan hal-hal yang terlarang.
(Raudatul Ulama')

Diriwayatkan dari Nabi Saw. bahwa beliau bersabda:

أعطيت امتى خمسة أشياء لم تعط لأحد قبلهم: الأول اذا كان اول ليلة من رمضان ينظر الله اليهم بالرحمة، ومن نظر الله إليه بالرحمة لا يعذبه بعده أبدا. والثاني يأمر الله تعالى الملائكة بالاستغفار لهم. والثالث أن رائحة فم الصائم أطيب عند الله من ريح المسك.  والرابع يقول الله تعالى للجنة اتخذي زينتك، ويقول: طوبى لعبادى المؤمنين هم أوليائى.  والخامس يغفر الله تعالى لهم جميعا.

"Umatku dikaruniai lima perkara yang tidak diberikan kepada seorang yang sebelum mereka: Pertama, apabila malam pertama dari bulan
Ramadhan tiba, maka Allah memandang mereka dengan belas-kasih,dan barangsiapa yang dipandang Allah dengan belas-kasih, maka Dia
takkan mengazabnya sesudah itu buat selama-lamanya. Kedua, Allah Ta'ala menyuruh para malaikat memohonkan ampunan untuk mereka.
Ketiga, bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah dari-pada bau kasturi /misik. Keempat Allah Ta'ala berkata kepada surga "Berhiaslah engkau," dan berkata: "Berbahagialah hamba-hamba-Ku yang beriman, mereka adalah kekasih-kekasih-Ku." Dan kelima, Allah Ta'ala mengampuni mereka semua."
Oleh sebab itu, diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa dia berkata: Nabi Saw. bersabda:

من صام رمضان إيمانا واحتسابا غفر له ماتقدم من ذنبه ( زبدة الواعظين )
"Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadan dengan iman dan ikhlas, maka diampunilah dosanya yang telah lalu." (Zubdatul Wa'izhin)

Bersumber dari Nabi Saw. bahwa beliau bersabda:

ان الله تعالى في كل ساعة من رمضان يعتق ستمائة ألف رقبة من النار ممن استوجب العذاب الى ليلة القدر، وفي ليلة القدر يعتق بعدد من أعتق من أول الشهر، وفي يوم الفطر يعتق بعدد من أعتق من أول الشهر إلى يوم الفطر (مشكاة )

"Sesungguhnya Allah Ta'ala pada setiap jam di bulan Ramadhan menbebaskan enam ratus ribu orang dari neraka, di antara mereka yang
sepatutnya mendapat siksa, sampai tiba Lailatul Qadar, sedang pada malam Qadar itu, Dia membebaskan sebanyak orang yang dibebaskan
sejak awal bulan. Dan pada Hari Raya Fitri dia membebaskan sebanyak orang yang dibebaskan sejak awal bulan sampai Hari Raya Fitrah itu."
(Misykat).

Dan bersumber dari Jabir, dari Nabi Saw. bahwa beliau bersabda:

اذا كان آخر ليلة من رمضان بكت السموات والأرض والملائكة مصيبة لأمة محمد عليه الصلاة والسلام،  قيل یا رسول الله أي مصيبة هي؟ قال عليه الصلاة والسلام: ذهاب رمضان، فإن الدعوات فيه مستجابة والصدقات مقبولة، والحسنات مضاعفة والعذاب مدفوع

"Apabila tiba malam terakhir dari bulan Ramadhan, maka menangislah langit, bumi dan para malaikat atas musibah yang menimpa umat
Muhammad Saw. Seorang bertanya: "Ya Rasulullah, musibah apakah itu?"Jawab Rasul Saw.: "Perginya bulan Ramadhan. Karena sesungguhnya doa-doa di waktu itu dikabulkan, sedekah-sedekah diterima, kebaikan-kebaikan dilipatkan, sedang azab ditahan."
Oleh karenanya, musibah manakah yang lebih besar daripada perginya bulan Ramadhan. Apalagi langit dan bumi saja menangis
demi kita, maka kita lebih patut menangis dan menyesal atas terputusnya keutamaan-keutamaan dan kemuliaan-kemuliaan ini dari
kita. (Hayatul Qulub)
Dan diriwayatkan pula dari Nabi Saw. bahwa beliau bersabda:

ان الله تعالى خلق ملكا له أربعة أوجه من وجه إلى وجه مسيرة ألف سنة فبوجه  يسجد الى يوم القيامة يقول فى سجوده
: سبحانك ما أعظم جمالك، وبوجه ينظر إلى جهنم ويقول: الويل لمن دخلها، وبوخه ينظر الى الجنان ويقول: طوبى لمن دخلها، وبوجه ينظر الى عرش الرحمن ويقول: رب ارحم ولا تعذب صائمى رمضان من أمة محمد عليه الصلاة والسلام ( زهرة الرياض )

"Sesungguhnya Allah Ta'ala menciptakan seorang malaikat yang mempunyai empat wajah, dari satu ke lain wajah sejauh perjalanan seribu tahun. Dengan salah satu wajah-(nya), ia bersujud sampai hari kiamaat, dalam sujudnya, ia berkata: "Maha Suci Engkau, betapa agung keindahanMu." Dan dengan wajah yang lain, ia memandang kepada neraka Jahannam, seraya berkata, "Celakalah orang yang memasukinya."Dan dengan wajah yang lain, ia memandang kepada surga seraya berkata: kebahagian bagi orang yang memasukinya. Dan dengan wajah yang lain, ia memandang kepada 'Arsy Tuhan Yang Maha Pengasih seraya berkata, "Tuhanku, kasihanilah dan jangan Engkanu siksa orang-orang yang berpuasa Ramadhan, dari umat Muhammad Saw." (Zahratur Riyadh).

Dan bersumber dari Nabi Saw. bahwa beliau bersabda:
ان الله تعالى يأمر الكرام الكاتبين في شهر رمضان أن يكتبوا الحسنات لأمة محمد عليه الصلاة والسلام ولا يكتبوا عليهم السيئات ويذهب عنهم ذنوبهم الماضية.

Innallaaha ta'aalaa ya'murul kiraamal kaatibiina fii syahri Ramadhaana an yaktubul hasanaati li-ummati Muhammadin
'alaihish shalaatu was-salaamu. Wa laa yaktubuu 'alaihimus
sayyi-aati wa yuzhhiba 'anhum dzunuubahumul maadhiyata.
"Sesungguhnya Allah Ta'ala menyuruh para Malaikat Pencatat yang mulia pada bulan Ramadhan supaya mencatat kebaikan-kebaikan dari umat Muhammad Saw., dan jangan mencatat kesalahan-kesalahan mereka serta menghapuskan dosa-dosa mereka yang lalu."

Dan Nabi Saw. bersabda:
من صام رمضان ايمانا واحتسابا غفر له ماتقدم من ذله ( زهرة الرياض )
"Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan ikhlas, maka diampunilah dosanya yang telah lalu." (Zahratur Riyadh)

يقال الصوم ثلاثة درجات

Dikatakan bahwa puasa itu ada tiga tingkatan: Puasa orang biasa, puasa orang-orang istimewa dan puasa orang-orang teristimewa.
Adapun puasa orang biasa ialah mencegah perut dan farji dari memenuhi syahwat.
Adapun puasa orang-orang istimewa ialah puasanya orang-orang saleh, yaitu mencegah panca indra dari melakukan dosa-dosa,
hal mana takkan terlaksana kecuali dengan senantiasa melakukan lima perkara:
Pertama, menundukkan mata dari tiap-tiap yang tercela menurut Syara'.
Kedua, memelihara lidah dari menggunjing berdusta, mengadu domba dan bersumpah palsu. Karena Anas telah meriwayatkan dari
Nabi Saw. bahwa beliau bersabda:

خمسة أشياء تحبط الصوم ] أي تبطل ثوابه [ الكذب والغيبة والنميمة واليمين الغموس والنظر بشهوة.

.
"Ada lima perkara yang menghancurkan puasa -yakni membatalkan pahalanya-: Berdusta, menggunjing, mengadu-domba, bersumpah palsu
dan memandang (lain jenis) dengan syahwat."
Ketiga, mencegah telinga dari mendengarkan apa saja yang makruh.
Keempat, mencegah seluruh anggota tubuh dari hal-hal yang makruh, dan mencegah perut dari makanan-makanan syubhat di waktu berbuka. Karena tak ada artinya, berpuasa dari makanan halal lalu berbuka dengan makanan haram. Perumpamaannya seperti orang
yang membangun sebuah gedung dengan menghancurkan sebuah
kota. Nabi Saw. bersabda:
كم من صائم ليس له من صيامه الا الجوع والعطش.

"Berapa banyak orang berpuasa, tidak memperoleh dari puasanya selain lapar dan haus."
Kelima, jangan memakan makanan halal terlampau banyak di waktu berbuka sampai memenuhi perutnya. Oleh sebab itu Nabi
Saw. bersabda:
.ما من وعاء أبغض إلى الله من بطن ملئ من الحلال

"Tidak ada sebuah wadah yang lebih dibenci Allah daripada perut yang dipenuhi makanan halal."
Adapun puasa orang-orang teristimewa adalah puasanya hati dari keinginan keinginan rendah dan fikiran-fikiran duniawi, dan mencegahnya sama sekali dari selain Allah. Apabila orang yang berpuasa seperti ini memikirkan sesuatu selain Allah, maka berarti dia berbuka dari puasanya. Dan puasa seperti ini adalah tingkatan para
Nabi dan Shiddiqin. Karena pelaksanaan dari tingkatan seperti ini adalah dengan menghadapkan diri sama sekali kepada Allah Ta'ala dan berpaling dari selain-Nya. (Zubdatul Wa'izhin)

اعلم ان الصوم لا يقع عليها حواس العباد 
Ketahuilah, bahwa puasa adalah ibadah yang tak bisa diteliti oleh indra hamba Allah. Artinya, hanya diketahui oleh Allah semata dan orang yang berpuasa itu sendiri. Dengan demikian, puasa adalah merupakan ibadah antara Tuhan dengan hamba-Nya. Dan oleh karena itu puasa ini merupakan ibadah dan ketaatan yang hanya diketahui oleh Allah semata, maka ibadah ini Dia nisbatkan dengan Diri-Nya sendiri, seraya firman-Nya:
الصوم لي وأنا أجزي به
Ash-shaumu lii wa ana ajzii bihi.
"Puasa itu untuk-Ku, dan Aku yang memberi balasan atasnya."
Dan ada pula yang mengatakan, puasa Dia nisbatkan kepada Diri-Nya, karena puasa itu suatu ibadah di mana tak pernah ada
seorangpun yang menyekutukan Allah Ta'ala padanya. Karena diantaranya manusia memang ada yang menyembah dan bersujud kepada patung, bersembahyang kepada matahari dan bulan, dan bersedekah demi patung yaitu orang-orang kafir. Namun tidak pernah ada seorang pun di antara hamba-hamba Allah yang berpuasa demi patung demi matahari, demi bulan, demi siang, bahkan secara murni ia berpuasa demi Allah Ta'ala. Oleh karena puasa ini merupakan ibadah yang paling tidak pernah digunakan untuk menyembah kepada selain Allah, jadi merupakan ibadah yang murni kepada Allah Ta'ala, maka
puasa Dia nisbatkan kepada Diri-Nya sendiri, seraya firman-Nya:
الصوم إلى وانا أخرى به

"Puasa itu untuk-Ku, dan Aku sendiri yang memberi balasan atasnya."
Kata-kata: "Wa ana ajzii bihi" (dan Aku yang memberi balasan atasnya).
Artinya: Atas puasanya, Aku perlakukan orang itu dengan kedermawanan ketuhanan-Ku, bukan dengan kepatutan-Ku untuk disembah.
Sedang Abul-Hasan mengatakan: Arti dari kata-kata "Wa anaa ajzii bihi" (dan Aku yang memberi balasan atasnya) ialah: Tiap-tiap ketaatan, pahalanya ialah surga. Sedang puasa, pahalanya ialah pertemuan dengan-Ku. Aku memandang kepada orang itu, sedang dia memandang kepada-Ku, sedang aku berbicara kepadanya, tanpa delegasi maupun juru bahasa. Demikian kata Al-Hasan dalam Mukhtashar ar-Raudhah. Maka hafalkanlah kata-kata itu, dan nasehatkan kepada orang lain, dan janganlah Anda tergolong orang-orang yang ragu. Bagi orang yang berpuasa, menurut kami boleh saja menyentuh dan mencium istrinya, apabila ia tidak merasa khawatir terhadap dirinya. Tapi kalau dia khawatir dirinya melakukan persetubuhan atau mengeluarkan mani dengan hanya menyentuh, maka hal itu tidak boleh Sedang menurut Sa'id bin al-Musayyab, orang yang berpuasa tidak boleh mencium dan menyentuh, baik dia merasa khawatir ataupun tidak. Karena menurut riwayat dari Ibnu Abbas, bahwasanya ada seorang pemuda menemui Ibnu Abbas, lalu bertanya kepadanya: "Bolehkah saya mencium selagi berpuasa?" Jawab Ibnu Abbas: "Tidak."Kemudian, datang pula kepadanya seorang tua lalu berkata:
"Bolehkah saya mencium selagi berpuasa?" Jawab Ibnu Abbas: "Ya." Maka pemuda tadi kembali lagi kepada Ibnu Abbas, lalu berkata
kepadanya: "Kenapa tuan halalkan untuknya apa yang tuan haramkan atas diriku, padahal kita satu agama?" Jawab Ibnu Abbas: "Karena
dia sudah tua, dia bisa menguasai hajatnya, sedang kamu masih muda, kamu tak mampu menguasai hajatmu," yakni anggotamu dan auratmu.(Raudlatul Ulama).

قيل المراد بالصوم قهر عدو الله
Ada yang mengatakan maksud dari puasa ialah untuk menundukkan musuh Allah karena jalan syetan itu syahwat, Padahal syahwat-syahwat itu menjadi kuat tak lain karena makan dan minum.
Maka puasa itu takkan berguna untuk menundukkan musuh Allah Ta'ala dan menghancurkan syahwat, selain dengan menaklukkan nafsu, dengan cara makan sedikit. Oleh sebab itu, ada diriwayatkan mengenai disyariatkannya puasa, bahwa Allah menciptakan akal, lalu berkata: "Menghadaplah kamu!" Maka akal pun menghadap Kemudian Allah berfirman: "Membelakanglah kamu!" Maka akal itu pun membelakang. Selanjutnya, Allah bertanya: "Siapakah kamu, dan siapa Aku?" Akal menjawab: "Engkau Tuhanku, dan aku hambamu yang lemah." Maka Allah Ta'ala pun berfirman: "Hai akal, Aku tidak menciptakan satu makhlukpun yang lebih mulia dari kamu."Selanjutnya, Allah Ta'ala menciptakan nafsu, lalu berfirman
kepadanya: "Menghadaplah kamu!" Namun, nafsu itu tidak mematuhi. Kemudian Allah bertanya kepadanya: "Siapakah kamu, dan siapa
Aku?" Jawab nafsu: "Aku adalah aku dan kamu adalah kamu." Maka diazablah nafsu itu oleh Allah dalam neraka Jahannam selama seratus
tahun, kemudian dikeluarkan lagi, lalu bertanyalah Allah: "Siapakah kamu dan siapa Aku?" Namun, nafsu itu tetap menjawab seperti tadi, hingga kemudian ditaruh dalam neraka lapar seratus tahun lamanya, lalu ditanya Allah, barulah dia mengaku bahwa dirinya adalah hamba,
sedang Dia adalah Tuhan. Maka, oleh sebab itulah, Allah mewajibkan atasnya berpuasa. (Misykat)
Ada yang mengatakan, hikmah dari difardhukannya puasa tiga puluh hari ialah, bahwa nenek moyang kita, Adam as. ketika memakan buah pohon dalam surga, maka buah itu tetap tinggal dalam perutnya selama tiga puluh hari. Dan tatkala dia bertaubat kepada Allah Ta'ala, maka Allah menyuruhnya berpuasa tiga puluh hari tiga puluh malam. Karena kelezatan dunia itu ada empat makan, minum, bersetubuh dan tidur. Sesungguhnya semua itu adalah penghalang bagi hamba
terhadap Allah Ta'ala. Sedang atas Nabi Muhammad dan umatnya, Allah mewajibkan siangnya saja, dan di waktu malam diperbolehkan makan, hal mana merupakan karunia dari Allah Ta'ala dan kemurahan
bagi kita. (Bahjatul Anwar)

حكى أن مجوسيا رأى ابنه فى رمضان يأكل فى السوق

Ada diceritakan, bahwa seorang Majusi melihat anaknya di bulan Ramadhan sedang makan di pasar, lalu dipukulnya seraya berkata:
"Kenapa kamu tidak memelihara kehormatan kaum muslimin di bulan Ramadhan?" Kemudian orang Majusi itu pun meninggal dunia. Lalu
ada seorang alim melihatnya dalam mimpi, duduk di atas singgasana kemuliaan dalam surga. Orang alim tersebut bertanya: "Bukankah
kamu orang Majusi?" Dia jawab: "Memang akan tetapi di waktu mati, aku mendengar suatu seruan dari atasku: 'Hai malaikat-malaikat-
Ku, janganlah kalian biarkan orang itu sebagai Majusi. Muliakanlah dia dengan keislaman, karena dia menghormati bulan Ramadhan'."
Ini menunjukkan, bahwa setelah orang Majusi iu menghormati bulan Ramadhan, maka dia memperoleh keimanan. Maka, apalagi orang
yang berpuasa di bulan itu dan menghormatinya.
(Zubdatul Majalis).

Diriwayatkan dari Rasulullah Saw., beliau menceritakan dari Tuhannya Yang Maha Tinggi:

كُل حسنة يعملها ابن آدم يضاعف له أجرها من عشرة الى سبعمائة ضعف الا الصوم فإنه لي وأنا أخرى به.

Kullu hasanatin ya’maluhaa ibnu Aadama yudhaa'afu ajruhaa min 'asyaratin ilaa sab'imiati dhifin illash-shauma fa-innahu lii wa ana ajzii bihi.

"Tiap-tiap kebaikan yang dilakukan anak Adam, digandakan pahalanya dari sepuluh sampai tujuh ratus kali lipatnya, selain puasa. Karena
sesungguhnya puasa itu untuk-Ku, dan Aku sendiri yang memberi balasan atasnya."
Para Ulama berselisih mengenai firman Allah Ta'ala:
الصوم لي وأنا أجزي به
Ash shaumu lii wa ana ajzii bihi.
"Puasa itu untuk-Ku, dan Aku sendiri yang memberi balasan atasnya."
Padahal semua amal adalah untuk-Nya juga dan Dialah yang membalasnya. Dalam beberapa pendapat Pertama, bahwa dalam puasa tidak terjadi riya', seperti halnya yang terjadi pada selain puasa. Karena pamer itu terjadi terhadap sesama manusia, sedang puasa itu tak lain adalah sesuatu yang ada di dalam hati. Yakni, bahwasanya semua perbuatan hanya bisa terjadi dengan gerakan-gerakan, kecuali puasa. Adapun puasa hanyalah dengan niat yang tidak diketahui oleh sebagian orang.
Kedua, bahwa maksud dari firman-Nya:
وانا أجزي به
Wa ana ajzii bihi.
"Dan Aku sendiri yang memberi balasan atasnya."
Ialah, bahwa hanya Dia sendirilah yang mengetahui ukuran pahala puasa dan penggandaan upahnya. Adapun ibadah-ibadah
lainnya, maka dapatlah diketahui oleh sebagian orang.
Ketiga, arti dari firman-Nya:
الصوم لي وأنا أجزي با
Ash-shaumu lii wa ana ajzii bihi.
"Puasa itu untuk-Ku, dan Aku sendiri yang memberi balasan atasnya." Ialah bahwa puasa itu ibadah yang paling disukai oleh-Nya.
Keempat, Penisbatan kepada Diri-Nya adalah penisbatan yang berarti pemuliaan dan penggandaan, seperti kata-kata Baitullah.
Kelima, Bahwa sikap tidak memerlukan makanan dan syahwat-syahwat lainnya, adalah termasuk sifat-sifat Tuhan. Dan oleh karena
orang yang berpuasa itu mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu sikap yang sesuai dengan sifat-sifat-Nya, maka puasa itu Dia nisbatkan kepada Diri-Nya.
Keenam, Bahwa artinya memang seperti itu, tetapi dalam kaitan-nya dengan malaikat. Karena itu semua adalah sifat-sifat mereka.
Dan ketujuh, bahwa semua ibadah bisa digunakan untuk menebus penganiayaan terhadap sesama manusia, selain puasa.
Namun demikian, para ulama sepakat bahwa yang dimaksud puasa pada firman-nya:
الصوم لي وأنا أخيري به
Ash-shaumu lii wa ana ajzii bihi.
"Puasa itu untuk-Ku, dan Aku sendiri yang memberi balasan atasnya."Ialah puasa orang, yang puasanya itu bersih dari kedurhakaan-kedurhakaan, baik berupa perkataan maupun perbuatan.
(Miftahush Shalat)

Diriwayatkan dari Nabi Saw, bahwa beliau bersabda:
من صام رمضان ايمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه صدق رسول الله بما قال.
Man shaama Ramadhaana iimaanan wahtisaaban ghufira lahu maa taqaddama min dzanbihi. Shadaqa Rasuulullaahi fiima qaala.
"Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan iman dan ikhlas, maka diampunilah dosanya yang telah lalu. Benarlah Rasulullah dalam
sabdanya."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terjemah kitab kuning

Taqrib tengah Safinatun naja   Fathul muin Nashoihul ibad Syarah sittin Jurumiah Riyadul badiah Ta'limul muta...