Sabtu, 19 Februari 2022

zakat cabang masalah

Cabang

[فرع]: من دفعَ زكاتَه لمدِينِه بشرط أن يردَّها له عن ديْنِه، لم يَجُزْ، ولا يصح قضاء الدين بها. فإِن نويا ذلك بلا شرط، جاز وصحّ، وكذا إن وَعَدَهُ المَدِينُ بِلا شَرْطٍ، فلا يلْزَمْهُ الوَفاءُ بالوَعْدِ. ولو قال لغريمِه: جعلتُ ما عَليكَ زكاةً، لم يجزىء  على الأوْجَه  إلا إن قبضَهُ ثم رَدَّهُ إليه. ولو قال: اكتَلْ من طَعَامِي عندَكَ كذا. ونَوَى به الزكاةَ، ففعلَ  فهل يُجْزىء؟ وَجْهانِ، وظاهرُ كلام شيخنا ترجيحُ عدمِ الإِجزاءِ.

( Cabang masalah ) Barang siapa memberikan zakatnya kepada penghutangnya dengan syarat diserahkan kembali sebagai bayaran hutangnya, maka tidak boleh dan tidak shah pembayaran hutang seperti itu. Kalau keduanya berniat seperti itu tetapi tidak dipersyaratkan maka bolehlah dan pembayaran hutangnya shah. Demikian pula (boleh) pula (boleh) jika penghutang menjanjikan hal itu namun tidak menjadi syarat, maka penghutang dalam hal ini tidak wajib memenuhi janjinya. Jika seseorang pemberi hutang berkata kepada penghutangnya "hartaku yang ada pada tanggunganmu saya jadikan zakat”, maka belum cukup sebagai zakatnya menurut pendapat yang aujah, kecuali ia mengambilnya dahulu lalu diserahkan kembali kepada penghutang tadi. Bila berkata "Takarlah makanan milikku yang ada padamu segini” serta berniat zakat, lalu iapun menakar sesuai perintah itu, maka apakah bisa mencukupi sebagai zakat ? Ada dua tinjauan: yang jelas dari pembicaran guru kita, adalah memenangkan pendapat bahwa belum mencupi sebagai zakat.

وسبيلُ الله: وهو القائمُ بالجهادِ متطوّعاً، ولو غنياً. ويُعْطَى المجاهِدُ النفقةَ والكسوَة لهُ ولعيالِهِ ذهاباً وإياباً، وثمن آلة الحربِ.

وابنُ السّبيل: وهو مسافِرٌ مجتازٌ ببلدِ الزَّكاةِ، أو مُنشِىءُ سفرٍ مباحٍ منها، ولو لنزهةٍ، أو كانَ كَسوباً بخلافِ المسافِرِ لمعصيةٍ إلا إن تابَ، والمسافرُ لغيرِ مقصَدٍ صحيحٍ  كالهائم  ويُعْطَى كفايَتُهُ، وكفايةُ من معه من مموِّنه  أي جميعُها  نفقةً، وكسوةً، ذهاباً، وإياباً، إن لم يكن له بطريقِهِ  أو مقصَدِهِ  مالٌ، ويُصَدَّقُ في دَعْوَى السَّفَرِ، وكذا في دَعْوَى الغَزْوِ، بلا يمينٍ. ويُسْتَرَدّ منه ما أخذَهُ إن لم يخرُج. ولا يُعْطَى أحدٌ بِوَصْفيْن. نعم إن أخذَ فقيرٌ بالغُرْمِ فأعطاه غريمُهُ، أعْطِيَ بالفَقْرِ، لأنه الآن محتاج.


Sabilillah ialah : Pejuang agama sukarelawan sekalipun kaya. Maka pejuang diberi bagian sebagai nafkahnya, pakaiannya dan juga untuk keluarganya, selama masa pergi dan pulang. Demikian pula diberi biaya alat peperangan. Ibnu Sabil ialah : Musafir yang melewati daerah zakat atau memulai kepergian yang mubah dari daerah zakat, sekalipun untuk rekreasi atau ia rajin bekerja. Lain halnya bila musafir maksiat kecuali jika telah bertaubat - atau musafir tanpa tujuan yang benar, misalnya orang yang bingung. Ibnu sabil diberi bagian yang cukup dengan kebutuhannya dan kebutuhan orang yang menjadi tanggungannya, baik biaya nafkah, pakaian, selama pergi sampai pulang, jika tidak memiliki harta di tengah perjalanan atau ditempat tujuan. Orang yang mendakwakan dirinya bepergian atau berperang sabilillah bisa dibenarkan adanya tanpa dengan sumpah. Dan ditarik kembali apa yang sudah diterimanya (dari bagian zakat), jika ternyata tidak pergi. Seseorang tidak bisa diberi bagian atas nama dua golongan, tapi jika orang faqir telah mengambil bagian atas nama gharim lalu diserahkan pada pemberi hutangnya, maka ia bisa diberi lagi sebagai faqir, karena ia sekarang memerlukannya.

[تنبيه]: ولو فرَّق المالكُ الزكاةَ سَقَطَ سَهْمُ العاملِ، ثم إن انحصَرَ المستحِقونَ، وَوَفى بهم المال، لزم تعميمهم، وإلا لم يجب، ولم يُنْدب. لكن يلزمهُ إعطاءُ ثلاثَةٍ من كل صنفٍ، وإن لم يكونوا بالبلدِ وقتَ الوجوبِ، ومِنَ المتَوطّنين أَوْلى. ولو أعْطَى اثنين من كل صنف، والثالث موجودٌ، لزمَهُ أقلُّ متموّلٍ غُرْماً له من مالِهِ، ولو فُقِدَ بعضُ الثلاثة رَدَّ حِصَّتَه على باقي صُنْفِهِ، إن احتاجَهُ، وإلا فَعَلى باقي الأصنافِ. ويلزمُ التسويةُ بين الأصنافِ، وإن كانت حاجَةُ بعضِهم أشدّ، لا التسوية بين آحادِ الصّنفِ، بل تُندَب.

(Peringatan ) Bila pemilik harta telah membagi-bagikan zakatnya, maka gugurlah bagian Amil. Kemudian, jika mustahiqqin itu jumlahnya terbatas serta harta zakat cukup bagi mereka, maka wajib dibagi rata untuk mereka semuanya. Kalau tidak cukup, maka tidak wajib membagi rata dan tidak pula disunahkan namun wajib membagikan kepada tiga orang untuk setiap golongan sekalipun mereka tidak berada di daerah zakat waktu kewajiban membayarkan zakat. Memilih membagikan kepada penduduk yang menetap lebih utama. Bilamana memberikan kepada dua orang saja sedang ada orang ke tiganya, maka pezakat terkena kewajiban sebesar harga minimal bagian semestinya untuk orang ketiga dari harta pezakat, sebagai hutang terhadap orang ketiga tersebut. Apabila salah satu diantara tiga orang itu tidak ada, maka bagiannya bisa diberikan kepada orang lain dalam golongannya jika membutuhkan. Kalau tidak membutuhkan, maka diberikan kepada golongan lain. Wajib menyamaratakan bagian diantara golongan, sekalipun kebutuhan suatu golongan melebihi golongan lain. Tidak wajib menyamaratakan bagian masing-masing individu dalam satu golongan, tetapi disunahkan.

واختارَ جماعةٌ  من أئمتنا  جوازَ صَرْفِ الفِطرة إلى ثلاثة مساكين، أو غيرهم من المستحقين، ولو كان كل صنفٍ  أو بعض الأصنافِ  وقتَ الوجوبِ محصوراً في ثلاثةٍ فأقلّ، استحقوها في الأُولى. وما يخصّ المحصورين في الثانية من وقتِ الوجوبِ، فلا يَضُرّ حدوثُ غِنىً أو مَوْتُ أحَدِهِم، بل حَقّه باقٍ بحالِهِ، فيدفَعُ نصيبُ الميّتِ لوارثِهِ، وإن كان هو المُزَكّي. ولا يشارِكُهم قادِمٌ عليهِم ولا غائبٌ عنهم وقتَ الوجوبِ. فإِن زادوا على ثلاثة، لم يمْلُكُوا إلا بالقِسْمَةِ. 


Segolongan Ulama dari para Imam kita memilih pendapat yang memperbolehkan memberikan zakat fitrah kepada tiga orang miskin atau tiga orang mustahiqgin lainnya.  Apabila pada waktu datang kewajiban memberikan zakat itu semua golongan mustahiqqin terbatas masing-masing pada tiga orang atau kurang, maka mereka menghaki seluruh zakat tersebut. Dan jika hanya sebagian golongan saja yang terbatas masing-masing pada tiga orang atau kurang, maka mereka menghaki bagian yang diperuntukkan mereka. Harta tersebut dimilikinya sejak waktu kewajiban tersebut, yang berarti harta itu tidak tanggal lantaran seseorang diantara mereka menjadi kaya atau mati, tapi haknya tetap ada ditangannya. Maka bagian yang mati diberikan kepada ahli warisnya, sekalipun ahli waris tersebut pezakatnya sendiri. Jika setiap ashnaf atau sebagian ashnaf hanya ada tiga orang atau kurang waktu zakat wajib dibayar, maka mereka berhak terhadap zakat untuk masalah pertama, yaitu setiap ashnaf. Untuk masalah kedua yaitu sebagian ashnaf, tiga orang atau kurang itu berhak terhadap zakat yang khusus bagi orang terbatas sejak zakat itu wajib. Yakni zakat itu sudah menjadi hak mereka, meskipun setelah itu mereka kaya atau mati Jika mati, maka haknya diberikan kepada ahli warisnya, meskipun warisnya itu adalah wajib zakat itu sendiri. Orang yang baru datang tidak bisa bersekutu turut memilikinya. Demikian juga orang yang sedang tidak ada di tempat pada waktu kewajiban zakat tiba. Apabila mustahiq zakat lebih dari tiga orang baik dari satu ashnaf atau dari seluruh ashnaf, maka mereka tidak bisa memilikinya, kecuali dengan dibagi. Dan orang yang baru datang tidak bisa bersekutu turut memilikinya, demikian orang yang sedang tidak ada di tempat pada waktu kewajiban pembagian zakat telah tiba. Apabila mustahiqqin lebih dari tiga orang pada masing-masing golongan, maka mereka tidak memiliki kecuali dengan dibaginya harta zakat.

ولا يَجوزُ لمالكِ نَقلُ الزّكاةِ عن بلدِ المالِ، ولو إلى مسافةٍ قريبةٍ، ولا تجزىء، ولا دفعُ القيمةِ في غير مالِ التجارِة، ولا دفعُ عينه فيه.

ونُقِلَ عن عمر وابن عباس وحُذَيْفَة  رضي الله عنهم  جوازُ صَرْفِ الزكاةِ إلى صَنفٍ واحدٍ وبه قال أبو حنيفة، ويجوزُ عنده نقلُ الزكاةِ  مع  الكراهَةِ  ودفُع قيمتها. وعينُ مالِ التجارِة. 

Tidak diperbolehkan bagi pemilik harta memindahkan zakatnya dari daerah setempat harta itu sekalipun ke daerah yang berdekatan, juga zakatnya menjadi tidak shah. Tidak diperbolehkan memberikan zakat dalam bentuk uang, kecuali pada zakat harta dagangan dan untuk zakat harga dagangan tidak boleh diberikan berwujud harta perdagangan pula.

Dikutip dari Umar, Ibnu abbas dan Hudzaifah ra. bahwa diperbolehkan memberikan zakat kepada hanya satu golongan. Dan seperti itu pula Abu Hanifah mengemukakan. Menurut Abu Hanifah, bolehlah memindahkan zakat, namun makruh. Boleh juga memberikan zakat dalam bentuk uang seharga dan juga boleh zakat harta dagangan dalam bentuk harta perdagangan itu.

(ولو أعطاها) أي الزكاةَ  ولو الفِطرَة  (لكافرٍ، أو مَنْ به رِقّ) ولو مُبَعَّضاً غير مكاتَب (أو هاشِميّ، أو مُطَّلِبيّ)، أو مَوْلىً لهما، لم يَقَعْ عن الزكاةِ، لأن شَرْطَ الآخذ الإِسلامُ، وتمامُ الحرية، وعدمُ كونه هاشِمياً، ولا مُطَّلِبياً، وإن انقطَعَ عنهُم خُمُسُ الخمسِ لخبر: “إِنّ هذهِ الصَّدقات  أي الزَّكَوات  إنما هي أوساخُ النّاسِ، وإنها لا تحِلّ لمحمدٍ، ولا لآلِهِ”. قال شيخنا: وكالزّكاة: كل واجبٍ  كالنّذرِ، والكفارَةِ بخلافِ التطوّعِ والهدِيّة.


Apabila pezakat memberikan zakatnya sekalipun fitrah kepada orang kafir atau budak sekalipun Muba adl yang bukan Mukatab, atau kepada Bani Hasyim atau Bani Muththalib atau budak milik bani-bani tersebut, maka pemberian disini tidak shah sebagai zakat. Karena syarat penerimaan zakat hendaklah Islam, merdeka serta bukan dari Bani Hasyim atau Bani Muththalib sekalipun bani-bani terputus dari mendapat bagian seperlimanya perlima (4 % (0,04) Ghanimah. Hal itu berdasarkan hadits : Sesungguhnya zakat-zakat ini hanyalah merupakan kotoran manusia dan tidak halal diterima oleh Muhammad dan keluarganya. Guru kita berkata: Dihukumi sebagai zakat, yaitu segala kewajiban harta, misalnya nadzar atau kaffarah, lain halnya dengan pemberian sukarela (tathawwu' atau hadiah.

 (أو غني) وهو من له كِفاية العمر الغالب  على الأصَحّ . وقيل: من له كفايَة سنة. أو الكسب الحلال اللائق (أو مكفيّ بنفقةِ قريب) من أصلٍ، أو فرعٍ، أو زوجٍ، بخلاف المكفيّ بنفقِة متبرَّعٍ (لم يجزىء) ذلك عن الزَّكاةِ،

Atau (belum shah sebagai zakat bila diberikan kepada orang kaya yaitu menurut pendapat yang lebih shahih adalah orang yang telah mempunyai biaya cukup selama umur wajarnya. Ada pendapat mengatakan bahwa orang kaya yaitu orang yang mempunyai biaya secukup hidup satu tahun atau telah mempunyai pekerjaan halal yang patut bagi dirinya. Atau (belum shah sebagai zakat bila diberikan kepada) orang yang telah dicukupi nafkahnya oleh kerabat baik orang tua atau keturunan atau suaminya." Lain halnya dengan nafkah orang lain secara sukarela.

 ولا تتأدَّى بذلك إن كان الدافِع المالك وإن ظَنَّ استحقاقَهم. ثم إن كانَ الدافعُ يظنّ الاستحقاقَ الإمام: برىء المالِكُ، وَلاَ يَضْمَنُ الإِمامُ، بَلْ يُستَردّ المدفوع، وما استردَّهُ صَرَفَهُ لِلمُسْتحِقينَ.


Maka semua permasalahan diatas dianggap belum cukup sebagai zakat dan kewajibannya dianggap belum dipenuhi, jika yang memberikan itu pemiliknya sendiri, sekalipun karena mengira bahwa mereka itu berhak menerimanya. Kemudian jika yang memberikannya itu Imam atas perkiraannya bahwa mereka berhak menerimanya, maka pemilik (pezakat) telah bebas tanggungan dan Imam pun tidak menanggung (penukaran) kekeliruan tersebut, tapi pemberian salah alamat itu ia tarik kembali lalu diberikan kepada yang memang berhak menerimanya.

 أما مَنْ لم يكتَفِ بالنفقَةِ الواجِبةِ له  من زَوْجٍ، أو قريبٍ  فيعْطِيهِ المنْفِقُ وغَيرُهُ، حَتى بالفَقْرِ. ويجوز للمَكْفيّ بها الأخْذُ بِغَيْرِ المسْكَنَةِ وَالفَقْرِ إنْ وُجِدَ فيه، حَتى ممّن تلزمه نَفَقَتُه.

ويُنْدَبُ لِلزّوْجَةِ إِعْطاءُ زَوْجها مِنْ زَكاتها، حتى بالفقرِ والمسكنة وإن أنْفَقَها عَليها. قال شيخنا: والذي يظهرُ أنّ قَرِيبهُ الموسِر لَوْ امتَنَعَ مِنَ الإِنفاقِ عَليهِ وعَجَزَ عنه بالحَاكِمِ، أُعطِيَ حينئذ، لتحَقّق فَقْرِهِ أو مَسْكَنَتِهِ الآنَ.

Adapun orang yang belum tercukupi dengan nafkah wajib baginya, baik dari suami atau kerabat, maka diperbolehkan menerima zakat dari pemberi nafkahnya sendiri atau orang lain, sehingga atas nama orang faqir. Sedang orang yang telah dicukupi nafkahnya, diperbolehkan menerima zakat selain atas nama faqir miskin, jika memang ada atas nama lain hingga zakat dari orang yang menanggung nafkah dirinya. Sunah sang isteri memberikan zakatnya pada suami sampai atas nama faqir miskin, sekalipun suami itu memberikan zakat tersebut sebagai nafaqahnya. Dalam hal ini Guru kita berkata : yang dhahir, apabila si kaya enggan memberi nafkah kepada kerabat faqirnya serta sifaqir tidak mampu mengadukan hal itu kepada Hakim, maka si faqir boleh diberi zakat, karena sekarang ini posisinya jelas faqir atau miskin.

[فائدة]: أفتى النَّوَوِيّ في بالغٍ تارِكاً لِلصّلاةِ كَسلاً أنه لا يقبَضها له إلا وَليّه  أي كصَبيّ ومجنونٍ  فلا تُعْطَى له، وإن غابَ وَليّه، خلافاً لمن زَعِمَه: بخلافِ ما لو طَرأ تَرْكُهُ لها أو تَبذِيرُهُ ولم يُحْجَر عليه: فإِنه يقبَضَها. ويجوزُ دَفْعُها لفاسِقٍ  إلا إن عُلمَ أنه يَستعينُ بها على مَعْصِيَةٍ فيَحْرُمُ وإن أجزَأَ.


(Faedah ) An-Nawawie mengeluarkan fatwa mengenai orang baligh yang meninggalkan shalat karena malas, bahwa yang boleh menerima zakat untuknya hanyalah walinya berarti ia seperti halnya anak kecil atau orang gila. Zakatnya tidak boleh diberikan kepadanya sendiri, sekalipun sang wali sedang tidak ada di tempat. Dalam hal ini berbeda pendapat dengan yang memperbolehkan zakat diberikan kepadanya dikala wali sedang tiada di tempat. Lain halnya jika ia masih baru dalam mengabaikan shalatnya atau masih baru dalam menyia-nyiakan hartanya serta tidak dicegah pentasyarufan hartanya maka diperbolehkan menerima sendiri pemberian zakatnya. Boleh memberikan zakat keorang fasik kecuali jika diketahui bahwa akan digunakan untuk maksiat, maka zakat haram diberikan kepadanya, sekalipun zakat tetap shah adanya.


Tentang Pembagian Harta Ghanimah

[تتمة]: في قِسمَةِ الغَنيمَةِ. ما أخَذناهُ من أهلِ حربٍ قهراً: فهو غنيمةٌ، وإلا فهو فيْءٌ، ومن الأوَّلِ: ما أخذناه من دارِهِم اخْتِلاساً، أو سَرِقةً  على الأصح  خلافاً للغزالي وإمامه: حيث قالا إنه مختصّ بالآخِذِ بلا تخميسٍ، وادَّعى ابن الرِّفعة الإِجماعَ عليه، ومن الثاني: جِزْيَة وعُشْر تجارَةٍ وتَرِكَة مُرْتَدّ، 

Segala yang kita ambil dari pihak musuh kafir harbi secara paksa adalah disebut ghanimah. Kalau bukan dari musuh kafir harbi atau juga dari mereka, tetapi tidak dengan kekerasan, maka disebut Fai". Termasuk ghanimah juga yaitu segala apa yang kita ambil dari daerah musuh dengan menjambret atau mencuri, menurut pendapat yang lebih shahih. Lain halnya menurut Al-Ghazaliy dan Imamnya dimana mereka berkata : bahwa harta tersebut khusus diberikan kepada yang mengambilnya, tidak usah dengan dibagi lima. Dan menurut Ibnu Rif'ah, apa yang dikatakan itu sebagai ijma' Ulama. Termasuk fa'i yaitu upeti, 10% pajak perdagangan dan harta peninggalan orang murtad.

ويبدأ في الغنيمة بالسّلبِ للقاتلِ المسلمِ بلا تخميسٍ، وهو ملبوسُ القتيل، وسلاحُه، ومركوبه، وكذا سِوارٌ، ومِنْطَقةٌ، وخاتم، وطَوْق. وبالمؤنِ: كأجْرَةِ حَمّال. ثم يُخَمَّس باقيها، فأربعة أخماسها، ولو عقاراً، لمن حَضَرَ الوَقْعَةِ، وإن لم يقاتِل، فما أحدٌ أَوْلى به من أحدٍ  لا لمن لحِقَهُم بعد انقضائها، ولو قَبْل جمعِ المالِ، ولا لمن ماتَ في أثناءِ القتالِ قبل الحِيازةَ على المذهب. وأربعةُ أخماسِ الفيْءِ للمُرْصَدِين للجهادِ وخُمُسهما يُخَمَّس: سَهْمٌ للمَصالح: كسدِّ ثَغرٍ، وعَمارَة حِصْنٍ، ومسجدٍ، وأرزاقُ القُضاةِ، والمشتغلين بعلومِ الشّرعِ وآلاتها  ولو مبتدئين  وحفْاظِ القرآنِ والأئمةِ، والمؤذّنين. ويُعْطَى هؤلاءِ مع الغنى ما رآهُ الإِمام. ويجبُ تقديمُ الأهَمّ  مما ذكر  وأهمها: الأوَّل. ولو مُنِع هؤلاء حقوقُهُم من بيتِ المال وأُعْطِيَ أحدُهم منه شيئاً: جازَ لَهُ الأخْذ، ما لم يزِدْ على كفايَتِه  على المعتمد.

Dalam pembagian ghanimah, terlebih dahulu barang-barang rampasan dari terbunuh diberikan kepada pembunuhnya' yang Muslim tanpa dibagi lima. Yaitu meliputi pakaian terbunuh, senjata, kendaraan, gelang, ikat pinggang, cincin dan kalungnya. Dan didahulukan pula tanggungan biaya yang keluar, misalnya upah pengangkutan ghanimah. Kemudian ghanimah selebihnya dibagi menjadi 5, yang 4 bagian sekalipun berupa tanah pekarangan dibagi rata kepada semua yang ikut ke medan perang sekalipun tidak turut berperang.' Satu nama lainnya tidak ada yang lebih unggul bagiannya. Bukan diratakan kepada orang yang bertemu dengan mereka setelah peperangan berakhir, walaupun sebelum pengumpulan harta dan bukan pula kepada orang yang gugur di tengah peperangan berjalan sebelum dikumpulkan harta, demikian menurut madzhab. Sedang 4 bagian harta fai’ diperuntukkan bagi tentara-tentara yang dipersipkan untuk berperang di medan juang. Yang satu bagian harta ghanimah dan fa'i dibagi lima : Bagian: Bagian pertama untuk kemaslahatan umum, semisal membentengi tempat pertahanan, membangun gedung dan masjid, gaji para Qadli dan nafkah para orang-orang yang menghabiskan waktunya untuk ilmu-ilmunya yang syari'ah dan ilmu pelengkapnya, sekalipun baru awal belajar, para penghafal al-Qur'an, para Imam Masjid dan muadzin. Mereka walaupun kaya tetap diberi bagian sebesar kebijaksanaan Imam. Wajib mendahulukan golongan mana yang terpenting diantara itu semua dan yang paling penting adalah golongan pertama (benteng tempat pertahanan). Apabila sang Imam menahan hak mereka dari baitul mal dan ada salah satu diantara mereka yang diberi sesuatu dari padanya, maka bolehlah ia ambil sendiri selama tidak lebih dari kecukupannya, demikian menurut pendapat yang mu'tamad.

  وسَهْمٌ للهاشميّ والمطلبيّ: للذّكَرِ مِنهما مثل حظّ الانثيينِ، ولو أغنياءَ. وسَهْمٌ للفقراءَ، اليتامى، وسهمٌ للمسكين، وسَهْمٌ لابنِ السّبيلِ الفقيرِ. ويجبُ تعميمُ الأصنافِ الأربعةِ بالعَطاءِ  حاضرهم، وغائبهم عن المحلّ  نعم،  يجوزُ التفاوتُ بين آحادِ الصِّنفِ غير ذوي القُربى، لا بين الأصنافِ، ولو قلَّ الحاصِلُ، بحيث لو عمّ لم يسدَّ مسدّاً: خُصّ به الأحْوَجُ، ولا يعمّ  للضرورة. ولو فُقِدَ بعضُهم: وُزِّعَ سهمُه على الباقين. ويجوزُ  عند الأئمّة الثلاثة  صرفُ جميعِ خمس الفيءِ إلى المصالح. ولا يصحّ شرطُ الإِمام: مَنْ أخذَ شيئاً فهو له. وفي قولٍ: يَصُحّ. وعليه الأئمّةُ الثلاثة. وعند أبي حنيفة ومالك: يجوزُ للإِمامِ أن يفضلَ بعضاً.

Bagian kedua diberikan kepada Bani Hasyim dan Bani Muththalib sekalipun mereka telah kaya. Untuk lelaki mendapat dua kali lipat orang wanita. Bagian ketiga berikutnya diberikan kepada anak-anak yatim yang fakir, bagian ke-empat kepada orang miskin, bagian yang terakir kepada ibnu sabil yang fakir Satu bagian untuk Ibnu Sabil yang fakir.Bagian keempat kelompok di atas mulai 2 sampai 5 harus adil, baik ada atau tidak ada. Namun boleh tidak adil membagi kepada personel dalam satu kelompok selain kelompok2. Namun harus adil antara satu kelompok dengan lainnya. Apabila 20 % dari harta fai' dan rampasan perang hanya sedikit dan tidak mampu menutup kebutuhan jika dibagikan secara merata, maka diutamakan kepada yang paling membutuhkan. Karenaterpaksa tidak usah dibagi secara merata.Jika sebagian dari kelompok tersebut tidak ada, maka bagiarmya diberikan kepada kelompok yang ada.Menurut tiga imam (selain Syafi'i) boleh membagikan semua seperlima harta fai' untuk kemaslahatan umum.Pemerintah tidak boleh memberikan peijanjian: "Barangsiapa mengambil sesuatu, maka dialah yang memilikinya". Namun menurut sebagian ulama peijanjian itu sah dan tiga imam berpendapat demikian. Menurut Abu Hanifah dan Malik pemerintah tidak boleh mengutamakan sebagian. 


[فرع]: لو حَصَل لأحدٍ من الغانمين شيء مما غنموا قبل التخميس والقسمة الشرعية: لا يجوزُ التصرُّف فيه، لأنه مُشتَرَكٌ بينهم وبين أهل الخمس. والشريك لا يجوزُ له التصرّف في المشترَكَ بغيرِ إذنِ شريكه

(Cabang masalah) Jika sebagian dari muslimin memperoleh sesuatu dari harta rampasan sebelum diperlima dan dibagi menurut undang-undang, maka dia tidak boleh menggunakannya, sebab itu dimiliki secara umum oleh muslimin yang berhak. Padahal seorang anggota sebuah persekutuan tidak boleh bertindak, kecuali seijin anggota lainnya.


Sunat sedekah sunat

(ويُسَنّ صدقةُ تطوّع) لآية: {مَنْ ذَا الّذِي يُقْرِضُ اللّهَ قَرْضاً حسَناً} ولِلأَحاديثِ الكثيرةِ الشهيرةِ. وقد تجِبُ: كأن يجدَ مضطراً ومعه ما يطعِمُه، فاضِلاً عنه، ويُكْرَهُ برَدِيءٍ، وليس منه: التصدُّق بالفلوسِ، والثوبِ الخلِقِ، ونحوهما  بل ينبغي أن لا يأنفَ من التّصدّقِ بالقليلِ. والتصدُّقُ بالماءِ أفضل: حيث كثُرَ الاحتياجُ إليه  وإلا فالطّعام.

Sunah sedekah sunah Sebab Allah berfirman pada ayat 245 surat AlBaqarah: "Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang bagus ....". Banyak hadits mendasari sunatnya sedekah.Sedekah terkadang wajib, misalnya seseorang melihat orang yang hampir mati, padahal dia memiliki makanan yang lebih.Sedekah dengan barang yang bermutu rendah itu makruh. Namun yang dimaksudkan bukan menyedekahkan uang recehan, pakaian lusuh dan sejenisnya. Sebaliknya dia tidak usah enggan untuk menyedekahkan sesuatu yang sedikit. Menyedekahkan air itu lebih utama apabila sangat dibutuhkan. Jika tidak, maka sebaiknya menyedekahkan makanan.

 ولو تعارَضَ الصَّدقةَ حالاً، والوَقف. فإِن كان الوقتُ وقتَ حاجةٍ وشِدّة: فالأوَّل أَوْلى، وإِلا فالثاني لكثرَةِ جَدْواهُ. قاله ابن عبد السّلام وتبعه الزركشيّ، وأطلقَ ابنُ الرّفعة ترجيحَ الأوّل، لأنّه قطَعَ حظَّه من المتصدَّقِ به حالاً وينبغي  للراغب في الخير  أن لا يُخلي (كلّ يَوْمٍ) مِنَ الأيّامِ مِنَ الصَّدقَةِ (بما تيَسَّر) وإن قلَّ، وإعطاؤها (سِرّاً) أفضلُ مِنهُ جَهْراً. أما الزّكاة: فإِظهارُها أفضل  إجماعاً  (و) إعطاؤها (برمضان): أي فيه  لا سيما في عَشرِهِ الأواخِر  أفضلُ، ويتأكّدُ أيضاً: في سائرِ الأزمِنَةِ، والأمكِنَةِ، الفاضِلة: كَعَشْرِ ذي الحجة، والعيدين، والجمعة. وكمكة، والمدينة 

Mana yang lebih utama antara sedekah sekarang dan wakaf? Jika saat itu orang sedang membutuhkan dan masa sulit, maka sedekah lebih utama. Jika tidak demikian, maka yang lebih baik adalah wakaf, sebab banyak manfaatnya. Demikian dikatakan Ibnu Abdus Salam diikuti oleh Zarkasyi. Ibnu Rif ah mengatakan bahwa secara mutlak sedekah lebih baik, sebab orang yang sedekah memutuskan haknya dari yang dia sedekahkan secara langsung. Orang yang ingin berbuat kebaikan sebaiknya tidak mengosongkan tiap hari dari sedekah sekedarnya, meskipun sedikit.Memberikannya dengan rahasia itu lebih baik daripada secara terang-terangan. Namun untuk zakat yang terbaik adalah diberikan dengan terang-terangan.Sedekah pada bulan Ramadlan terutama sepuluh hari terakhir Ramadlan itu lebih utama. Sedekah juga sangat dianjurkan di tempat dan waktu yang utama. Misalnya sepuluh hari Dzulhijjah, hari raya Fitri maupun Adha, hari Jum'at, Makkah dan Madinah.

(و) إعطاؤها (لقريبٍ) لا تَلْزَمْه نَفَقَتُه أَوْلى، الأقربُ فالأقربُ منَ المحارِمِ، ثم الزوج أو الزوجة، ثم غير المحرم والرّحِم من جهةِ الأب ومن جهةِ الأمّ سواء، ثم محْرَم الرَّضاعِ، ثم المُصاهَرَة أفضل. (و) صَرْفُها بعدَ القريبِ إلى (جارٍ، أفضلُ) منه لغيره. فعُلم أنّ القريبَ البعيدَ الدارِ في البلدِ: أفضلُ من الجارِ الأجنبيّ، 

Sedekah lebih utam a diberikan kepada kaum kerabat yang tidak wajib dinafkahi. Pertama kali yang paling diutamakan kerabat yang muhrim, lalu suami atau istri, lalu kerabat yang bukan muhrim. Kerabat dari ayah dan dari ibu itu sama. Lalu sedekah lebih utama diberikan kepada muhrim dari susuan, lalu muhrim dari mertua, lalu muhrim perkawinan.Setelah kaum kerabat, tetangga lebih berhak menerima sedekah daripada orang lain. Kerabat yang jauh rumahnya itu lebih berhak menerima sedekah daripada tetangga dekat rumah yang bukan kerabat.

(لا) يُسَنّ التصدّق (بما يحتاجه)، بل يَحْرُمُ بما يحتاجُ إليه: لنفقةٍ، ومُؤْنَةٍ. من تلزمه نفقتُهُ يومُه وليلته، أو لِوَفاءِ دَيْنِه  ولومُؤجّلاً، وإن لم يطلبْ منه  ما لم يغلِب على ظنّه حُصولُه من جِهةٍ أخرى ظاهرة لأن الواجبَ لا يجوزُ تركُه لِسُنّة، وحيثُ حَرُمَتِ الصّدقةُ بشيء لم يملكه المتصدَّق عليه  على ما أفتى به شيخنا المحقق ابن زياد رحمه الله تعالى. لكن الذي جزم به شيخنا في شرح المنهاجِ أنه يملكه. والمنّ بالصَّدَقةِ حَرامٌ محبِط للأَجْرِ كالأَذَى.


Tidak sunat menyedekahkan apa yang dibutuhkan. Bahkan haram menyedekahkan apa yang diperlukan untuk nafkah pribadi dan nafkah orang yang harus dinafkahi sehari semalam atau untuk membayar hutang, meskipun belum jatuh temponya dan tidak ditagih.Sebab fardlu tidak bisa ditinggalkan untuk sunat. Namun jika mengira bahwa nanti akan ada yang digunakan untuk membayar hutang, maka sunat sedekah. Sekira sedekah haram hukumnya, maka apa yang diberikan tidak bisa dimiliki oleh orang yang disedekahi. Demikian fatwa guru Ibnu Ziyad. Namun guru Ibnu Hajar dalam Tuhfah menegaskan bahwa orang yang disedekahi memiliki apa yang diberikan kepadanya. Mengungkit-ungkit sedekah itu haram dan menghancurkan pahala sebagai-mana menyakiti.

[فائدة]: قال في المجموع: يُكْرَهُ الأخذُ ممن بيَدِهِ حَلال وحَرامٌ  كالسلطانِ الجائرِ. وتختلفُ الكراهةُ بِقلَّة الشَّبُهَة وكثْرَتها، ولا يَحْرُم إلا إن تيقّنَ أنّ هذا مِنَ الحرام. وقول الغزالي: يَحرُم الأخذُ ممن أكثَرُ ماله حرامٌ وكذا معاملَتِه: شاذّ.


(Faedah )Nawawi dalam Majmuk berkata: "Makruh menerima sedekah dari orang yang memiliki harta halal dan haram, seperti pejabat yang lalim. Kemakruhan itu berselisih karena sedikit banyak syubhat. Menerima sedekah tersebut tidak haram, kecuali jika yakin bahwa sedekah yang diberikan itu dari harta haram.

Pendapat Ghazali adalah bahwa menerima dan berhubungan kerja dengan orang yang sebagian besar hartanya haram itu hukumnya haram, adalah pendapat yang aneh".

Selanjutnya klik disini

Atau disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terjemah kitab kuning

Taqrib tengah Safinatun naja   Fathul muin Nashoihul ibad Syarah sittin Jurumiah Riyadul badiah Ta'limul muta...